Home / Romansa / Sepanas Belaian Mantan Kekasihku / 6. Kegilaan di Meja CEO

Share

6. Kegilaan di Meja CEO

Author: Almiftiafay
last update Huling Na-update: 2025-12-02 13:52:24

Brianna menahan napas, jantungnya bertalu keras sewaktu berpikir ia telah tertangkap basah oleh anak buahnya sendiri.

Dalam ketegangan yang mencekik leher itu, mendadak anggota timnya yang lain menyela dengan mengatakan, “Kami hanya sebentar saja pergi ke sana dan pulang karena ada keributan.”

“Aah iya, ada wanita gila yang jadi simpanan dan dilabrak istri sah.” Anak buah Brianna yang tadi menatapnya itu membenarkan.

“Astaga, selain gila sepertinya wanita itu juga punya kebodohan yang menembus tulang!”

“Kenapa dia mau-mau saja jadi simpanan?”

Brianna sangat lega saat pandangan menelisik anak buahnya itu telah berpindah darinya.

Tak apa meski ia harus disebut gila dan bodoh oleh mereka.

Ia melirik Leon dan kebetulan pandangan mereka bersirobok. Intensitasnya dalam menahan senyuman meningkat, menikmati situasi saat Brianna jadi bahan olok-olokan anak buahnya sendiri.

Sedetik kemudian, Leon berdeham dan berujar, “Saya memang ada di sana, tapi tidak melihat kalian.”

“Apa Pak Leon juga pergi karena ada keributan?”

Sebelum diungkit lagi, Brianna segera membubarkan semua anggota timnya.

“Bubar, bubar!” usirnya. “Bukan waktunya bergosip. Katie, bawa mereka pergi!”

Katie menurut, ia yang berjalan paling depan untuk membawa para bawahannya pergi dari sekitaran Brianna dan Leon berdiri.

Setelah mereka menjauh, Brianna menoleh pada Leon dan mendorong napasnya dengan kasar.

“Apa mempermainkan orang lain memang sudah jadi kelebihanmu?” tanya Brianna, menyinggung kembali perihal Leon yang mengundang orang lain untuk menangani proyek ini padahal Arcadia masih ada di sana.

Pria itu bergeming, seringai terbit di salah satu sudut bibirnya dan itu membuat Brianna semakin kesal.

“Sudah berapa tahun kita tidak bertemu? Aku pikir egoismu itu sudah hilang, ternyata belum,” lanjutnya. “Tolonglah jangan bersikap begini, sekali ini saja.”

Rahang tegas pria itu mengetat saat Brianna memberi penekanan pada ‘egois’ yang dikatakannya.

Leon selangkah mendekat, baritonnya berbisik saat ia menunduk dan menjawab, “Aku sudah setuju dengan tawaranmu, tapi kamu yang tidak memberi kepastian. Jadi aku berikan kesempatan itu ke orang lain.”

Salah satu tangannya mengarah ke depan, ibu jarinya mengusap ringan dagu kecil Brianna.

“Jangan kesal dengan asumsimu sendiri. Ingat, sisa satu hari untuk membawa semua orang Arcadia pergi dari sini, Brianna Ellery!”

Senyumnya yang janggal terlihat sebelum Leon melangkah pergi meninggalkan Brianna.

‘Jadi tidur dengannya itu benar jadi syarat biar aku tetap ada di sini?’

Apa tidak ada cara lain?

Rasanya benar-benar frustrasi menghadapi Leon yang keras kepala.

Menjelang sore, Brianna yang masih ada di sekitar lokasi pembangunan rumah sakit itu mendapat panggilan telepon dari Kepala Divisi.

Pria dari seberang sana itu tak ingin berbasa-basi dan langsung menanyakan perihal berjalannya proyek.

“Bagaimana, Brianna? Kekacauan yang dilakukan project manager sebelumnya sudah bisa kamu atasi, ‘kan?”

“Masih … saya usahakan, Pak Ronny.”

“Kalau kamu tidak bisa selesaikan, kamu tahu konsekuensinya, ‘kan?” Nada bicara pria paruh baya dari seberang ponsel itu lebih terdengar seperti sebuah ancaman. “Kalau gagal, kamu akan dipecat. Namamu bisa dipastikan punya riwayat buruk dan tidak akan bisa kerja di manapun.”

“Pak Ronny—”

“Lakukan apapun buat menyelamatkan nama baik Arcadia, Brianna!”

Kepala Divisi mengakhiri panggilan tersebut sebelum Brianna memberi penjelasan apapun.

Matanya terpejam, beban menekan kedua bahunya semakin berat.

Ia membuka mata dengan cepat saat merasakan sentuhan dingin di pipi sebelah kirinya dan menoleh ke sana.

Katie menyodorkan segelas kopi dingin untuknya seraya bertanya, “Ada apa?”

“Pak Ronny bilang aku pasti dipecat kalau tidak bisa membuat Arcadia bertahan di sini,” jawab Brianna seraya menerima kopi dari Katie, dan berterima kasih setelahnya.

“Main pecat saja ... kalau dia pikir dia mampu kenapa bukan dia saja yang ke sini?”

Bersama-sama, mereka mendorong napas yang membelit penuh sesak.

“Brianna, kamu tahu ‘kan Mariana yang datang ke sininya dengan kita itu?” Katie mengernyit pada Brianna saat mereka memutuskan untuk duduk di teras.

“Dia kenapa, Kat?”

“Dia benar-benar bergantung sama pekerjaan ini. Anaknya perlu operasi bulan depan.”

Mendengar itu, ada rasa bersalah yang semakin membebani Brianna. Karena biar bagaimanapun, ia lah yang bertanggung jawab atas mereka semua.

Dalam hati ia bergumam seorang diri, ‘Syarat tidur dengan Leon itu hanya sekali, ‘kan?’

Sementara ini, yang ia perlukan hanyalah tidak ditendang dari sini. Nanti ke depannya akan seperti apa, Brianna akan memikirkannya lagi.

Ia bangun dari duduknya, menjauhi Katie yang dengan bingung memanggilnya.

“Brianna, mau ke mana kamu?”

“Mobilnya aku bawa, Kat!”

Brianna menuju ke tempat kerja Leon, RN Empire untuk bicara dengannya. Di lantai yang sebelumnya sudah pernah ia datangi, ia lebih dulu menemui sekretaris Leon.

“Ada yang perlu saya bicarakan dengan Pak Leon,” kata Brianna langsung. “Apakah beliau ada waktu?”

Pemuda itu menengok jam tangannya sebelum menjawab, “Segera ya, Nona. Karena Pak Leon ada jadwal lain dengan Nexora untuk menandatangani—”

Brianna tak menunggu kelanjutan kalimat itu, mendengar Nexora disebutkan saja membuatnya cemas setengah mati.

Ia berlari menuju ke ruang CEO. Membuka pintu berdaun dua itu dan masuk ke dalam sana.

Leon yang tadinya duduk dan menunduk membaca dokumen mengangkat wajah pada kedatangan Brianna yang tiba-tiba dan berhenti di seberang meja.

“Ayo kita lakukan, Leon,” kata Brianna yang seketika membuat salah satu alis lebat pria itu terangkat, diliputi kebimbangan. “Jangan menandatangani apapun dengan Nexora. Tidur denganku, kapan kamu mau melakukannya?”

Leon tertawa lirih, nyaris tak terdengar sewaktu bangun dari kursi kerjanya dan berjalan menghampiri Brianna.

“Yakin?” tanya Leon memperjelas. “Setelah ini, kamu tidak bisa mundur.”

“Ya, yakin.”

Brianna tak sempat mengelak sewaktu Leon merengkuh pinggangnya dan membuat tubuhnya terangkat ke atas meja.

“Ah!”

Napas Brianna tercekat, jarak mereka menipis.

Salah satu lengan kekar Leon melingkari pinggangnya, tak memberi ruang untuk mundur.

Sepasang mata birunya memindai manik hazel Brianna yang gugup, sebelum mendekatkan wajahnya dan berbisik, “Karena kamu sudah setuju, kita tidak perlu menundanya lagi. Sekarang, Brie. Di sini.”

“Kamu gila—Ahh—!”

Brianna secara spontan merenggut vest di dada Leon sebab pria itu tiba-tiba memberi dorongan, membuatnya nyaris kehilangan keseimbangan. Tubuhnya hampir berbaring di atas meja sedang Leon menunduk di atasnya.

Bibirnya bergerak tanpa suara, jantungnya berdebar tak karuan saat tangan Leon menyusuri kakinya yang terbalut oleh stoking tinggi hingga di pertengahan paha.

“Buka kakimu untukku, Brie ….”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Christy Lino
Anjiiiirrrr,. main langsung2 ajj yaaa...... udh gk than
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   6. Kegilaan di Meja CEO

    Brianna menahan napas, jantungnya bertalu keras sewaktu berpikir ia telah tertangkap basah oleh anak buahnya sendiri.Dalam ketegangan yang mencekik leher itu, mendadak anggota timnya yang lain menyela dengan mengatakan, “Kami hanya sebentar saja pergi ke sana dan pulang karena ada keributan.”“Aah iya, ada wanita gila yang jadi simpanan dan dilabrak istri sah.” Anak buah Brianna yang tadi menatapnya itu membenarkan.“Astaga, selain gila sepertinya wanita itu juga punya kebodohan yang menembus tulang!”“Kenapa dia mau-mau saja jadi simpanan?”Brianna sangat lega saat pandangan menelisik anak buahnya itu telah berpindah darinya.Tak apa meski ia harus disebut gila dan bodoh oleh mereka.Ia melirik Leon dan kebetulan pandangan mereka bersirobok. Intensitasnya dalam menahan senyuman meningkat, menikmati situasi saat Brianna jadi bahan olok-olokan anak buahnya sendiri.Sedetik kemudian, Leon berdeham dan berujar, “Saya memang ada di sana, tapi tidak melihat kalian.”“Apa Pak Leon juga per

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   5. Boleh di Atas, Boleh di Bawah

    Seseorang berdiri di ambang pintu sebelum terhuyung masuk ke dalam kamar.‘Katie?’“Ah, kenapa gelap sekali?” racau Katie, melemparkan tasnya ke lantai secara sembarangan.Aroma alkohol menguar saat Katie mendekat.‘Dia mabuk?’ gumam Brianna kemudian membungkam bibir Leon dengan telapak tangannya, mengisyaratkan agar ia diam.Brianna menarik Leon agar menyisih sewaktu Katie berjalan ke arah ranjang tanpa menghiraukan keberadaan mereka.Kegelapan yang membatasi jarak pandang dan ditambah Katie yang mabuk adalah perpaduan sempurna yang menyelamatkan Brianna agar tak tertangkap basah membawa masuk pria oleh temannya itu.Katie terlihat melepas sepatu yang ia kenakan lalu menghempaskan dirinya ke atas ranjang. Hanya dalam waktu singkat setelahnya, ia tak bergerak, jatuh dalam lelap.Brianna menoleh pada Leon saat tangannya yang ada di wajah pria itu diturunkan.“Sepertinya tidak bisa lanjut, Brie,” bisik Leon di dekat telinganya. “Tapi tenang, tawaranku tadi masih berlaku.”Leon mengusap

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   4. Ah, Sudah Terbakar Gairah

    “Lepaskan aku, Leon ….” pinta Brianna seraya menarik wajahnya menjauh.Tapi alih-alih pergi, Leon justru merenggut dagunya semakin erat. “Kamu tidak kedinginan?” tanyanya. “Bukannya kamu harus cepat ganti karena bajumu basah?”Brianna menelan kasar ludahnya sewaktu embusan hangat napas Leon dan wangi cocktail yang tadi diminumnya itu menyeruak. Ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri saat pria itu mengatakan, “Akan aku antar kamu ke kamar.”“Tidak perlu. Aku bisa sendiri,” tolak Brianna dengan cepat.“Artinya kamu tidak takut gelap? Yang tadi itu hanya alasan supaya aku masuk. Begitu?”Niat Brianna untuk meminta tolong kini telah berubah menjadi bumerang.Ini adalah pisau bermata dua. Jika Brianna tak mengizinkan Leon mengantarnya, artinya ia membenarkan pria itu bahwa ia memang tengah menggodanya. Tapi jika Brianna membiarkan Leon mengikutinya hingga ke kamar … entah apa yang akan terjadi.“Jadi kamu memang sengaja—”“Kamu bisa masuk,” potong Brianna agar prasangka Leon tidak menj

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   3. Godaan dalam Gelap

    Leon terlihat menyipitkan mata. Senyum tipis terlukis di bibirnya dan itu membuat Brianna lega karena sepertinya Leon akan bermurah hati membantunya.Tapi, ia salah. Brianna benar-benar putus harapan sewaktu Leon menepis tangannya.“Tidak!”Wanita yang ada di depannya itu tersenyum penuh ejekan dan melangkah mendekat pada Brianna.‘Here we go ….’ batinnya berpasrah.Niat hati ingin melepaskan lelah, kedatangannya ke tempat ini malah membuatnya mendapat label sebagai ‘penggoda suami orang.’Tapi, wanita itu tiba-tiba berhenti. Sepasang matanya melebar seperti halnya Brianna karena Leon mendadak merangkul bahunya.Tubuh mereka berbenturan saat Leon mengatakan, “Ya. Aku ke sini memang untuk bertemu dia.”Kebas, Brianna merasakan hentakan tak karuan di dalam rongga dadanya.“Bohong!” sangsi wanita itu, menatap curiga sewaktu Leon turun dari kursinya tanpa melepas rangkulannya.“Kalian berdua saling kenal?”“Mana ada perempuan gila yang sembarangan mengklaim pria asing jadi pacarnya, Nona?

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   2. Mantan yang Mendadak Jadi Pacar

    ‘Bodoh! Kenapa aku malah mengajak dia tidur?’ batin Brianna dalam kepanikan begitu ajakan itu lolos dari bibirnya.Wajahnya memanas, Brianna ingin menampar dirinya keras-keras.Menarik ucapan pun percuma karena Leon sudah mendengarnya dan memutar tubuhnya menghadap pada Brianna.“Katakan sekali lagi,” pinta Leon dengan nada bicara yang menuntut. Selangkah mendekat pada Brianna yang menelan ludah dan berusaha menjaga bahunya tetap tegak.Padahal Brianna hanya asal berucap dan ingin tahu bagaimana tanggapan Leon. Tapi sekarang, rasa percaya dirinya mendadak hilang.“A-aku tidak bermaksud—”Bibir Brianna terbungkam rapat, kalimat pembelaannya hanya sampai di tenggorokan saat Leon menundukkan kepalanya dan berbisik, “Tidak bermaksud apa?”“M-maksudnya aku salah bicara.”Salah satu alis lebat Leon menukik ke atas. “Salah bicara bagaimana?”Panas di wajahnya telah menjalar ke sekujur badan, sadar semakin bicara akan semakin salah kaprah, Brianna memilih untuk menjauh dari Leon.Melarikan di

  • Sepanas Belaian Mantan Kekasihku   1. Menantang Tidur Bersama

    “Tidak becus! Bawa timmu pergi dari sini dalam dua hari, Brianna Ellery!”Jari-jari Brianna mati rasa saat kalimat itu menghantam telinganya. Suara dingin yang membungkam seisi ruangan itu datang dari seorang CEO perusahaan developer, Leon Alejandro Ronan.Saat ini, mereka tengah bekerja sama dalam pembangunan sebuah rumah sakit. Banyaknya kelalaian yang dilakukan oleh project manager sebelumnya membuat Brianna dimutasi ke kota kecil ini. Kini, ia lah yang bertanggung jawab membersihkan ‘sampah’ yang ditinggalkan oleh rekannya itu.Meski sudah berusaha sebaik mungkin, tapi bagi Leon kehadirannya masih dianggap tidak bisa memperbaiki keadaan.Keterlambatan kedatangan bahan konstruksi dari pihak vendor dinilai Leon sebagai kelalaian yang menghambat, dan pria itu berakhir mengusir mereka.Berdiri di dekat layar proyektor, Brianna menelan ludah, darahnya berdesir panas sewaktu mengatakan, “Tolong, dengar—” “Rapat selesai,” potong Leon seraya menutup map di depannya.Leon berdiri, berjal

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status