Titan benar-benar kepayahan harus mengangkat semua buku cetak ini sendirian. Memang dasar nasibnya yang apes.
"Mana ini raknya tinggi-tinggi pula," gerutunya sembari mengembalikan beberapa buku cetak pelajaran ke rak kayu yang tinggi sesuai mata pelajarannya.
Bibirnya sampai manyun lima senti saat terus menggerutu.
Saat itu juga tiba-tiba ada satu tangan menghimpit rak kayu tertinggi disertai wajah seorang cowok yang menunduk menghadapnya. Cowok itu tersenyum miring.
"Pendek banget sih," katanya dengan senyum menyebalkan seperti biasa.
"Bisa lo minggirin muka lo itu?" Titan mendongak menatapnya kesal.
"Kenapa? Nggak kuat lihat muka
Esok sorenya, Tristan sudah nangkring ke rumah Titan seperti biasa. Sudah menjadi rutinitasnya belakangan ini untuk menjadi guru privat Titan. Dia sih mau-mau aja sekalian pendekatan gitu kan.Tristan melangkahkan kaki ke lantai dua rumah itu setelah berbincang sebentar dengan Aldo. Rumah yang sudah ia kenal baik seluk beluknya saking seringnya ia berkunjung. Ia juga diterima baik oleh Aldo, membuatnya tak lagi merasa canggung walau keseringan mampir begini.Anggap aja rumah sendiri!Ia bahkan tak perlu repot-repot mengetuk pintu kamar berwarna krem satu ini. Ia mah tinggal buka terus nyelonong masuk gitu aja. Saat masuk, ia melihat si pemilik kamar lagi asik baca novel di atas kasur. Si pemilik kamar menoleh sekilas, lalu menutup novelnya untuk bersembunyi di balik selimut tebal dan h
Rasa-rasanya Titan sudah berteriak cukup keras. Ia bahkan sudah pasang badan di depan tamu tak terduganya ini. Kedua tangannya melintang demi berusaha melindungi orang ini dengan tubuh kecilnya, namun yang ia rasakan hanya pundaknya yang ditarik ke belakang dan tubuhnya dihempas ke tembok samping.Benturannya keras, tapi ia tak merasakan sakit sama sekali. Matanya kembali fokus melihat apa yang terjadi di depannya. Kejadian yang tak disangka akan terulang kembali.Aldo tahu-tahu sudah maju. Ia menerjang tamu mereka alias kakak mereka, Raihan, bagai orang kesetanan. Memberikan pukulan sekuat tenaga di wajah lalu tendangan di perut. Raihan jatuh tersungkur dan menerima semua hantaman itu mentah-mentah. Ia bahkan tak punya niat melawan balik Aldo yang asik menduduki dan memukulinya di sana-sini. Menciptakan bekas bogeman kebiru-biruan dan
Pagi ini, Titan berangkat ke sekolah diantar oleh Raihan. Sepanjang perjalanan ke sekolah, Raihan terus berusaha memperpendek jarak yang terbentang di antara mereka akibat terpisah selama tiga tahun belakangan ini."Sekolah lo jauh banget sih dari rumah," omel Raihan dalam perjalanan."Biarin sih."Gara-gara Kak Raihan kan makanya Titan pilih sekolah yang jauh dari rumah."Nilai lo gimana, Dek? Gak ada gue terus yang ngajarin lo siapa?""Bagus-bagus aja.""Pulang sekolah biar gue aja yang jemput, ya?" tawarnya."Nggh, nggak usah deng."
"Ingat, pulang entar sama gue pokoknya."Titan masih ingat perkataan Tristan saat mereka makan berdua di kantin tadi. Katanya, dia harus pulang bareng sama Tristan pokoknya. Titan mah mau-mau aja. Malah dia semangat banget sampai-sampai tidak bisa tidur di jam terakhir karena keasikan mikirin cowok satu itu. Padahal, jam terakhir itu hukumnya sudah wajib buat tidur siang bagi Titan."Keapa lo senyam-senyum sendiri? Merinding gue lihatnya." Rheva melirik Titan yang dari tadi terus senyum-senyum tak jelas. Lebar banget pula senyumnya, si guru Kesenian sampai heran melihat senyum selebar bulan sabit itu."Nungguin bel pulang, harus semangat dong," ujarnya tanpa menghilangkan senyum itu."Nggak kram apa muka lo kelamaan
Hari ini seperti biasanya, Tristan datang berkunjung ke rumah Titan. Melaksanakan aksinya melakukan pendekatan yang berkedok mengajar. Dia sudah beneran macam guru les privat, bedanya sih cuma masalah imbalan dan jam kerja. Kalau les privat biasanya seminggu dua kali, Tristan justru datang hampir tiap hari. Tristan juga sukarela mengajar Titan, sekalian modus gitu.Tristan mah asalkan bisa dapat hati Titan, dia sudah pasti senang banget. Mungkin dia bisa jingkrak-jingkrak kesenangan, tapi kali ini ada yang agak berbeda. Dia berkunjung ke rumah Titan yang mana semua anggota keluarganya sedang lengkap di sana. Mereka sekeluarga rupanya sedang makan malam saat ia datang."Kamu yang kemarin bantuin ngurung Aldo kan ya?" Aditama bertanya memastikan begitu ia melihat Tristan yang sudah dipersilahkan istrinya bergabung makan.
Raihan menghembuskan napas dengan kasar. Ia akhirnya berhasil juga menendang keluar makhluk tengil satu itu dari rumahnya.Siapa namanya tadi? Tristan, ya?Cowok yang sedang gencar-gencarnya mendekati Titan, adiknya. Kelihatan sekali kalau bocah satu itu ingin diberi lampu hijau.Tapi yah,sorry-sorryaja. Yang ada mah malah kena tilang!Tampilannya berantakan, seragam kucel. Tas sekolahnya kelihatan enteng sekali, yang mana seharusnya terisi oleh buku-buku. Eh, tapi si Titan adiknya itu juga tasnya enteng banget sih. Semua buku pada ditinggal di sekolah rata-rata. Barang-barang Titan pun rasanya selalu berada pada tempat yang tidak semestinya.Raihan mendengus. Ba
Titan menyeret langkahnya malas-malasan menuju lantai dua, niatnya ingin kembali ke kelas. Ia benar-benar capek sehabis pelajaran olahraga yang mewajibkan mereka bermain sepak bola.Keringat menetes di sepanjang dahinya, belum lagi tenggorokannya yang sudah kering keronta minta dialiri air yang ada manis-manisnya gitu. Cuaca tadi juga sangat tidak mendukung, matahari seolah dengan senangnya memanggang semua murid XII IPA 4 di tengah lapangan, namun sekarang, setelah jam pelajaran melelahkan itu berakhir, justru barulah awan bergerak menyembunyikan matahari di baliknya. Sering terjadi nih yang beginian entah sehabis olahraga maupun sehabis upacara.Berita baiknya, sehabis ini akan diadakan rapat guru sehingga mereka akan punya jam kosong sampai waktu istirahat pertama yang kurang lebih masih 45 menit lagi.
26 Oktober 2018.Tepatnya peringatan hari pernikahan Dinda Azulla Mahendra dan Aditama Mahendra yang ke-23. Karena kebetulan sedang ada di Bandung, maka mereka mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakannya. Perayaan ini akan menjadi pesta kebun yang diadakan di halaman belakang rumah keluarga mereka berhubung halamannya yang memang cukup luas.Halaman belakang dihias dengan balon-balon berwarna putih dan hijau yang ditempel di sepanjang dinding halaman. Kursi dan meja bundar dilapis kain putih dengan pita hijau yang sederhana. Deretan menu makanan dijejer rapi di atas meja panjang yang dipesan dari pihakcateringdan diletakkan di samping kolam ikan. Tidak ada panggung kecil atau apapun karena acara ini memang disusun sederhana dan privat.Yang diundang tentu han