Share

Kisah Di Sekolah Dasar 2

Setelah selesai menggambar Irsab membuat sebuah topi dari kertas yang membuat Ira juga ingin membuatnya, setelah berusaha membuatnya Ira pun tetap tidak bisa dan mulai emosi merobek kertas yang ada ditangannya.

“Aku juga pengen buat kayak gitu……,” teriak Ira yang membuat semua teman-temannya melihat kearahnya. Irapun malu dan menundukan kepalanya di meja.

Navi pun segera membuatkan Ira topi kertas itu, tetapi lagi-lagi ia kalah cepat dengan Irsab.

“Nih buat kamu saja, aku udah nggak mau,” melemparkan topi kertas itu

“Wahhhhh kau memang selalu menjadi pahlawannya Ira Irsab,” ejek Alala

“Tentu saja aku akan selalu menjadi sahabatnya Ira sampai Ira tua,” jawab Irsab dengan percaya diri.

Navi pun lagi lagi merasa kecewa karena dirinya tidak bisa selalu ada untuk Ira. Navi pun merenung sejenak dan mengerti mengapa perasaannya gelisah dan sedih jika melihat Ira bersama dengan yang teman laki-lakinya. Navi pun tersadar dari lamunan.

“Apakah aku benar-benar menyukainya?” Gumam Navi sambil melirik kearah Ira.

“Tidak mungkinkan? Tapi setiap kali melihatnya tersenyum jantungku jadi deg degan serasa ingin keluar dari tubuhku,” gumamnya lagi

“Kau ini kenapa Nav? Sakit?” Tanya Guntur yang duduk disebelahnya

“Tidak sakit hanya saja….,” kata Navi sambil melihat Ira yang terus tertawa dengan Irsab dan belum sempat melanjutkan.

“Kau cemburu?” Tanya Guntur

“Cemburu?” Jawab Navi bingung

Tetttt…..tettt…. Bunyi bel istirahat pun berbunyi.

Mereka semua keluar untuk makan.

“Ira kamu tidak ikut kami keluar?” Tanya Icus

“Tak kalian makanlah aku ingin dikelas saja ngantuk,” jawab Ira

“Kalau gitu aku temanin kamu ya,” kata Irsab

“Tidak usah nanti kamu kelaparan, sana bergegaslah waktu istirahat tidak banyak,” jawab Ira

Irsab pun pergi meninggalkan Ira

“Nav ayo beli es di kantin,” ajak Guntur

“Tidak aku mau tidur,” jawab Navi

Guntur pun pergi meninggalkan Navi.

Didalam kelaspun terasa sunyi. Ira pun sadar dalam tidurnya jika ia berada didalam kelas hanya dengan Navi. Ira memutuskan untuk keluar karena ia merasa setiap kali dekat dengan Navi hatinya berdebar juga merasa jadi tidak tenang atau salah tingkah.

“Keluar saja lah,” kata Ira sambil diam-diam berjalan keluar

Sampai di depan pintu Navi tersadar

“Jangan pergi, aku tidak keluar karena ingin menemanimu,” kata Navi mengagetkan Ira

“Tapi untuk apa?” Ira bertanya

“Jangan membuat orang salah paham sama sikap kamu Nav,” lanjut Ira

Tetttt…tettt…. Bel masuk berbunyi Ira pun kembali ke tempat duduk dan tidak jadi keluar kelas.

Ira mengeluarkan kertas dan menulis sebuat surat.

“Navi maksudmu bicara seperti itu apa aku penasaran, tolong di jelaska,” tulis Ira

Irapun berjalan ke tempat duduk Navi dan memberikan surat itu

“Tidak ada besok jika sudah waktunya akan aku kasih tau,” balas Navi

“Apa jangan-jangan kamu suka ya sama aku?” Tanya Ira didalam surat

“Tidak kamu jangan ge er,” balas Navi.

Teman dekatnya Ira jadi tahu tentang dekatnya Ira dan Navi yang dikelas balas-balasan surat. Hal itu menjadi kebiasaan mereka dihari-hari biasanya mereka selalu berkirim pesan leat tulisan.

Ira melihat Nasah yang melamun di dalam kelas, ia pun segera menghampirinya.

“Nas kau ada masalah? Apa kau sakit?” Tanya Ira

“Tidak,” jawab Nasah

“Ira apa kau pernah suka sama seseorang?” Tanya Nasah

“Haaaa.. kau menyukai seseorang? Siapa?” Tanya Ira

“Diam, jangan keras-keras,” jawab Nasah sambil melirik kearah Yahes 

Ira pun langsung tau siapa yang disukai oleh temenya itu. Irapun pergi meninggalkan Nasah.

“Hai Yahes, kau sedang apa,” tanya Ira

Yahes yang sedang focus menggambar wajah seseorang pun terkejut dan langsung menyembunyikan gambaran itu.

“Kau sedang menggambar?” Tanya Ira lagi

“Iya, ada apa ya Ra? Tumben?” Tanya Yahes balik

“Aku mau lihat gambarannya boleh?” Tanya Ira lagi

Yahes pun diam sejenak dan mengambilkan gambar yang baru saja ia sembunyikan itu.

“Baiklah mungkin dia biasa membantuku,” kata Yahes dalam hati

“Berjanjilah padaku jika kamu melihat ini jangan kasih tau siapapun dan juga kamu harus membantuku ya,” kata Yahes yang penuh dengan syarat.

“Wahhh syaratnya banyak sekali, baik nanti aku bantu,” jawab Ira

Setelah melihat gambarannya Ira pun melihat Nasah dengan tersenyum, Nasah bertanya-tanya dan mengkode Ira untuk memberitahunya.

“Ini Nasah ya Hes?” Tanya Ira

Yahes mengangguk, dan Ira tersenyum

“Kamu mau aku bantu biar bisa dekat dengan Nasah?” Tanya Ira

Yahes mengangguk

“Baiklah sekarang kau tulislah surat cinta untuk Nasah nanti aku yang akan bawakan surat itu ke Nasah,” saran Ira

“Tapi nanti kalau aku ditolak bagaiman?” Tanya Yahes

“Tidak akan nanti kalau kamu ditolak aku akan beri pelajaran tu sama Nasah,” jawab Ira

“Gini aja deh aku akan menulis surat untuk Nasah tapi kamu juga harus nulis surat untuk Navi yang isinya mengungkapkan perasaan kita, jadi nanti kalau aku di tolak dan kamu juga ditolak aku ngk sendirian menanggung malu,” jawab Yahes memberikan syarat lagi

“Sebenarnya ini tu siapa yang mau ngungkapin perasaan sih kenapa juga aku harus ikut-ikutan tulis surat buat Navi, dasarrr Yahes kau ni yaaa penuh syarat aku kan hanya ingin membantumu,” kata Ira dalam hati

“Bagaimana Ra kok diem, kalau tidak mau ya sudah aku juga tidak akan tulis,” kata Yahes sedikit mengancam

“Baiklah iya aku akan tulis, jadi besok kamu kasih ke aku suratnya dan aku kasih ke kamu gitu kan?” Tanya Ira

“Apa yang harus aku lakukan ya, aku harus bilang sama Navi untuk pura-pura denganku. Ingatlah Nasah kau mendapatkan cintamu karena pengorbananku di atas rasa Maluku huhuhu….,” gumam Ira dalam hati

“Bagus kalau gitu,” jawab Yahes

Ira pun kembali ketempat duduknya.

“Ini semua karena kamu pokoknya Nasah, huftt,” sambil melirik ke Nasah

“Tapi kok kamu tau sih jika dia yang ku maksud?” Tanya Nasah

“Jika tatapan kau seperti itu bagaimana aku tidak tau, sebagai teman aku membantumu,” jawab Ira.

Ira pun merobek kertas dan menulis surat untuk Navi.

“Pulang sekolah aku tunggu kau dirumahku, ada hal yang ingin aku katakana pada mu,” tulis Ira

“Tolong kasih ke Navi,” kata Ira kepada Tidan

“Baik adikkkk,” jawab Tidan

Navi pun membacanya. Tidak membalas dengan tulisan tetapi hanya mengangguk saja.

Sesampainya dirumah Ira menunggu Navi didepan rumahnya.

“Kenapa belum datang juga sih,” kata Ira seikit panic karena mau bilang apa ke Navi

Tak lama kemudian Navi datang dengan sepedanya.

“Maaf Ira tadi aku ada urusan bentar jadi sedikit lama,” kata Navi

“Kau sebenarnya mau ngomong apa sih?” Lanjut Navi

“Gini Navi, jika aku minta tolong sama kamu apa kamu mau bantuin aku?” Tanya Ira pada Navi

“Ya tergantung, kamu bilang dulu mau minta tolong apa?” Jawabnya

“Ayo kita pacaran Nav?” Kata Ira sambil menunduk

“Apa??? Kau beneran?” Jawab Navi Terkejut.

“Ya tidaklah kau pikir aku mau nembak kamu duluan? Ini hanya pura-pura saja?” Jawab Ira menjelaskan

“Pura-pura?” jawab Navi dengan nada kecewa.

“Padahal aku berharapnya ini seriusan Ra, tapi ternyata kamu,,,,” kata Navi dalam hati

“Jadi gini Nasah kan suka sama Yahes dan Yahes juga menyukai Nasah aku ingin membatu mereka saja tetai Yahes juga ingin aku tulis pesan ke kamu jadi besok kamu terima saja surat dari aku ya walaupun isinya bukan surat cinta tetapi pastikan kau membalas suratku itu dan kasihkan ke Yahes,” jelas Ira

“Kenapa kau selalu ingin menjadi pahlawan untuk orang lain, sedangkan kamu mengurus dirimu sendiri saja belum becus,” jawab Navi

“Kamu harus mau ya plisss ini temanku sedang dalam masa jatuh cinta,” Ira terus meyakinkan Navi

“Bagaimana pun kau juga harus memikirkan perasaanku,” kata Navi dengan Lirih

“Apa Nav,” tanya Ira yang tidak terlalu mendengar ucapan Navi

“Baiklah kalu gitu aku pulang dulu, aku tunggu surat darimu,” Navi pamit dengan wajah kesal dan juga berharap.

Irapun masuk rumah dan menulis surat untuk Navi.

Keesokan harinya Ira memberikan surat yang ia tulis itu kepada Yahes untuk di berikan kepada Navi begitu juga dengan Yahes.

“Ini beneran kan isinya kamu ngungkapin perasaanmu?” Tanya Yahes

“Ya beneran cepat kau kasih ke Navi,” jawab Ira

Yahes dan Ira pergi dan menjalankan tugas masing-masing.

“Silahkan tuan dibaca dengan teliti dan berbahagialah,” kata Ira sambil memberikan surat Yahes dan kembali duduk merenung.   

“Kenapa aku membohongi diri sendiri, aku berharap dapat bersama dengan Navi dengan sesungguhnya tetapi ternyata aku dan dia hanya berpura-pura saja,” kata Ira dalam hati dan menghela nafas.

Navi pun membuka Surat dari Ira.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status