Beranda / Rumah Tangga / Setelah Aku Kau Miliki / 2. Apa aku yang salah?

Share

2. Apa aku yang salah?

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-06 20:49:00

SETELAH AKU KAU MILIKI

Part 2 Apa Aku yang Salah?

"Kalian baru dua tahun menikah, belum terlambat untuk membuat keputusan. Lagian kalian juga belum punya anak." Kata-kata itu kembali menghantam dada Naima. Ia mematung dibalik tembok.

"Mama sejak dulu kan sudah bilang sih, Mir. Ngapain kamu nikahi janda itu. Bikin susah saja anaknya. Nanti lama kelamaan, Aurel yang kalah."

"Ma, mereka masih kanak-kanak. Nanti usia bertambah, akan semakin mengerti."

"Kamu selalu membelanya, kan? Perempuan itu sudah menghasutmu. Apa yang dikatakannya padamu, hingga kamu begitu tunduk padanya. Sampai nggak mau dengerin Mama. Apa kamu nggak kasihan sama anakmu?

"Mama nggak habis pikir. Bisa-bisanya kamu nikahin anak preman itu. Nah sekarang cucunya jadi preman perempuan. Masih kecil dah pinter membully."

Pertahanan Naima benar-benar runtuh. Air matanya tumpah tak terbendung mendengar ucapan mertuanya tentang masa lalu ayahnya. Ya, ayahnya dulu memang seorang preman. Tapi itu dulu sekali sebelum menikah. Sudah berapa puluh tahun sekarang ini. Kenapa masih saja diungkit. Sementara sang ayah pun sudah lama insyaf.

Dan kenapa, Bu Anjar begitu kejam berkata seperti itu pada Zahra. Kurang mengalah apa Zahra sama Aurel. Dirinya sebagai istri, kurang berbakti bagaimana lagi. Semua pekerjaan rumah, menjaga dua anak, dilakukannya sendiri. Memang ada pekerja paruh waktu yang bersih-bersih rumah, tapi itu tidak setiap hari.

"Apa aku salah memutuskan menikah dengan Mas Emir?" rintihnya dalam hati. Pria yang menjadi cinta pertamanya. Namun saat itu mereka berpisah, karena Bu Anjar menentang. Setahun kemudian Emir menikah dengan Yesi, teman kuliahnya. Sedangkan setengah tahun setelah itu Naima menikah dengan Ridho. Namun Ridho meninggal karena sakit saat Zahra baru berumur dua tahun.

Tiga tahun yang lalu, tanpa sengaja mereka dipertemukan kembali. Dalam keadaan sudah sama-sama sendiri. Saat itu pun Naima tak langsung menerima pendekatan Emir. Sebab menyadari kalau Bu Anjar pasti tetap tidak merestui. Terlebih Naima sudah menjanda. Emir berjuang keras meyakinkan, didukung juga oleh Pak Imam. Papanya Emir. Hingga akhirnya Naima luluh juga.

Mereka menikah. Hidup bahagia. Namun setahun kemudian, setelah Pak Imam meninggal dunia, Bu Anjar memutuskan ikut tinggal serumah dengan Emir. Padahal rumahnya sendiri megah dan besar. Aurel yang semula ikut Yesi, akhirnya ikut Emir karena Yesi bekerja dan tidak tega dijaga baby sitter. Dan dari sanalah kemelut bermula.

Naima masih mematung di balik tembok, sampai mertuanya selesai bicara dan masuk ke kamar.

"Nai," panggil Emir di depan pintu kamarnya Zahra.

"Aku di sini, Mas," jawabnya pelan.

Emir berbalik dan mendapati Naima menghapus air mata. Pria itu menghampiri. "Kamu dengar semuanya?"

"Hmm," gumam Naima.

"Maafkan mamaku dengan kata-katanya yang kasar tadi."

Naima mengangguk samar, kemudian melangkah masuk ke kamar mereka. Ia duduk di tepi pembaringan. Emir duduk di sebelahnya. Keheningan menerpa.

"Maafkan Mama, Nai," ucap Emir memecah sunyi.

"Aku capek, Mas. Setahun ini aku sudah menahan semuanya. Aku kasihan sama Zahra yang nggak pernah benar di mata Mama."

"Nai, Mama ingin anak-anak rukun. Mama ingin Zahra belajar sedikit mengalah, mungkin keadaan akan lebih baik."

Mendengar ucapan itu, spontan Naima menoleh. Dadanya serasa membara dan sorot matanya begitu tajam memandang suaminya. Dia sudah bersabar dan tak pernah melawan. Tapi kali ini ia tidak bisa diam. "Mas, pikir Zahra tidak pernah mengalah? Dia selalu mengalah. Mas, hanya di rumah kalau malam dan hari libur saja. Nggak melihat apa yang terjadi di rumah dan di sekolah. Tiap akhir pekan Aurel dijemput mamanya. Jadi Mas nggak pernah melihat apa yang terjadi kalau mereka bermain bersama. Sebab Aurel nggak di rumah.

"Aku sudah menyarankan Mas untuk memasang CCTV, kan? Biar Mas bisa melihat apa yang dilakuakan anak-anak kalau di rumah. Mas, nggak mau karena Mama melarang."

"Mama ingin kita punya privasi. Toh di pemukiman sini selalu aman. Kenapa untuk urusan anak-anak saja harus memasang CCTV."

"Biar Mas melihat apa yang terjadi. Sebab omonganku nggak pernah Mas percayai."

Emir menarik napas panjang. Dia pun dalam dilema. Antara putri kandungnya dan anak sambung. Namun melihat goresan di lengan Aurel tadi, ia merasa kecewa.

Dan malam itu percakapan berhenti begitu saja seperti waktu-waktu sebelumnya. Melihat suaminya masih diam, Naima meraih selimut. Namun tangan lelaki itu menahannya. "Aku sedang haid, Mas," ucapnya sambil melepaskan tangan Emir. Dia tahu, suaminya mau apa.

Mereka berbaring dalam diam. Naima merasakan ada jarak yang mulai membentang.

Dulu waktu masih pacaran sama Emir, dia pria yang sangat care dan baik. Tapi dunia pacaran dan dunia rumah tangga sungguh memang jauh berbeda. Terlebih mereka bersatu lagi setelah pernah menikah dengan orang lain dan membawa anak masing-masing dalam hubungan mereka yang sekarang.

🖤LS🖤

"Zahra, jangan pegang apapun mainan milik Aurel, ya." Naima bicara pada sang anak, saat Zahra memandangi boneka panda milik Aurel yang ada di atas tempat tidurnya.

"Nggak, Ma," jawab bocah perempuan itu lalu mengekori mamanya keluar kamar.

"Zahra, sini!" Emir memanggil Zahra yang berdiri di samping sang mama yang sedang mencuci piring.

Gadis kecil itu menoleh, lantas berlari dan jatuh dipangkuan Emir. Tawa mereka memecah hening di Minggu pagi. Zahra bisa bermanja dengan Emir kalau Aurel tidak di rumah.

Naima menoleh sekilas. Hatinya terenyuh. Zahra tahunya, Emir adalah papa kandungnya. Saat ia menikah dengan Emir, usia Zahra empat tahun. Zahra belum mengerti apa yang terjadi. Mungkin dia bingung, kenapa punya nenek yang membencinya tapi sayang sama saudara perempuannya, Aurel.

Saat Bu Anjar muncul dari pintu depan, Zahra yang sedang tertawa langsung terdiam. Dia minta turun dan duduk di sofa. Saat itu Emir baru menyadari, kalau Zahra sangat takut dengan nenek tirinya.

"Zahra mau ikut Mama, Pa." Zahra melorot dari sofa, lalu berlari menyusul Naima.

"Zahra takut sama, Mama," ucap Emir.

"Biar saja takut. Supaya nggak gangguin Aurel."

"Ma, mereka masih anak-anak. Wajar kalau ...."

"Kamu sudah kepelet sama dua perempuan itu," potong Bu Anjar cepat. "Anak preman, pasti punya banyak cara untuk memikatmu. Dulu kalian sudah pisah, ngapain juga balikan lagi. Kamu terlalu gegabah menceraikan Yesi."

"Dia yang mengajukan cerai saat usahaku jatuh, Ma."

Bu Anjar melengos lantas beranjak pergi. Emir menghela napas panjang. Ia heran dengan sang mama, kenapa masih tetap membela mantan menantunya itu.

Ketika Emir hendak bangkit dari duduknya, dari arah depan terdengar ucapan salam. Aurel muncul bersama mamanya. Bocah perempuan itu berlari dan memeluk papanya.

"Hai, Mas," sapa Yesi tersenyum pada Emir. Wanita itu meletakkan beberapa paper bag di atas meja. "Aku beliin kemeja untukmu tadi." Satu paper bag diletakkan di depan Emir.

"Lain kali nggak usah repot-repot."

"Nggak apa-apa," jawab Yesi kemudian duduk di sofa.

Dengan antusias, Aurel mengeluarkan mainannya. "Zahra, aku punya mainan baru." Bocah itu memamerkan boneka kuda poni warna ungu pada Zahra yang berdiri di samping mamanya.

Yang dipanggil hanya diam saja. Emir memandang Zahra. "Sini, Zahra!"

Namun Zahra menggelengkan kepala.

Next ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Bluberry Solenne
Yesi masih ngarep
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
udah kelihatan banget klo Yessy pengen ngajak balikan si Emir.. pake modus beliin baju.. hhhhhmmm
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Yang JALANG tuh mantan istri saat suami jatuh usahanya ditinggal saat udah bangkit lagi usahanya baru muncul bikin KERUSUHAN di rumah tangga orang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Setelah Aku Kau Miliki   143. Tamu Dari Jauh 3

    Ketegangan mulai melunak. Aprilia mengeluarkan dua kotak kecil, kado untuk Aurel dan Zahra. "Ini kado dari Nenek, ya. Ayo kalian terima.""Tante, Nenek sudah ngasih sepatu sama Aurel kemarin," ujar Aurel."Nggak apa-apa. Ini hadiah kembaran untuk kalian," jawab Aprilia. Dua hari yang lalu mama mertuanya minta tolong padanya untuk memberikan dua kalung emas yang liontinnya merupakan inisial nama Aurel dan Zahra."Terima kasih, Nek." Zahra bicara sambil menyentuh tangan Bu Anjar. Aurel juga melakukan hal yang sama."Dipakai selama liburan, ya. Kalau sekolah nggak boleh pakai perhiasan kecuali anting-anting." Naima memberitahu dua anaknya.Dua gadis kecil itu mengangguk.Kemudian mereka duduk berbincang-bincang. Emir menceritakan kedatangan pamannya Zahra dari Kalimantan. Cerita maksud kedatangannya mencari Zahra. Intinya untuk tanggung jawab. Ia juga menjelaskan kenapa mereka diam untuk beberapa tahun ini, karena kondisi mereka sedang tidak baik-baik saja. Emir sengaja membahasnya di de

  • Setelah Aku Kau Miliki   142. Tamu Dari Jauh 2

    "Sewaktu Kak Ridho baru meninggal, kondisi kami nggak baik-baik saja karena Papa sakit, Mbak. Beliau shock juga mendengar Kakak nggak ada. Saya sendiri juga masih tahap nyari pekerjaan waktu itu. Sedangkan kakak satunya juga baru menikah." Cerita Rony. Dia adiknya Ridho yang nomer dua. Mereka tiga bersaudara."Nggak apa-apa, Ron. Mbak juga ngerti. Alhamdulillah, kami baik-baik saja di sini bersama Mas Emir." Naima memandang pada suaminya. Tentu saja Naima tidak menceritakan kisah pahit yang dijalani selama ini.Rony manggut-manggut sambil menatap Emir. Melihat keadaan mereka, Rony yakin kalau kakak ipar dan keponakannya bersama orang yang tepat. Rumahnya besar dan mewah. Naima juga sudah berhijab. Zahra sangat terawat. Emir kelihatan sosok yang sangat bertanggung jawab dan melindungi."Ketika Papa sudah mulai pulih, kami menghubungi Mbak Naima. Tapi sudah nggak bisa. Papa sempat kepikiran, karena Zahra sebenarnya tanggung jawab kami."Emir yang duduk dengan tenang merasa kagum dengan

  • Setelah Aku Kau Miliki   141. Tamu Dari Jauh 1

    SETELAH AKU KAU MILIKI - 54 Tamu Dari JauhEmir melangkah ke arah pintu pagar. Dadanya sedikit berdebar saat memandang wajah pria itu. Dia seperti teringat seseorang yang tidak seberapa dikenalnya."Assalamu'alaikum," ucap lelaki yang berdiri di luar pagar, saat Emir membuka pintu."Wa'alaikumsalam. Maaf, Mas mencari siapa, ya?"Lelaki itu mengulurkan tangannya. "Saya Rony. Benarkah ini rumah Mas Emir suaminya Mbak Naima Fahira?""Ya, saya sendiri. Emir.""Saya adiknya Kak Ridho. Almarhum suaminya Mbak Naima. Maaf, kalau kedatangan saya mengganggu. Tadi saya ke alamatnya Mbak Naima, lalu di kasih tahu sama tetangga di sana, tentang Mas Emir dan alamat rumah ini. Saya datang dari Samarinda, Mas. Ingin bertemu ponakan saya. Maulida. Baru kali ini saya bisa berkunjung setelah kepergian kakak saya."Emir sekarang ingat dengan wajah itu. Mirip sekali dengan Ridho. Dia tidak pernah bertemu Ridho. Hanya melihat dari foto yang ada di rumah Naima waktu itu. Tapi masih lumayan ingat bagaimana

  • Setelah Aku Kau Miliki   140. Ingin Bertemu 3

    "Nggak pakai kausnya Mas malam ini?" tanya Emir sambil memandang istrinya.Spontan Naima memandang sang suami. "Zahra yang ngasih tahu," lanjut Emir. Membuat wajah Naima bersemu merah karena malu. Bisa-bisanya Zahra bocor pada papanya. Lalu apalagi yang diceritakan anak itu.Tapi kalau malam ini tidak memakai baju Emir, karena suaminya sedang bersamanya. Bukankah aroma tubuhnya yang digandrungi selama hamil ini. Duh, Naima mendadak melankolis. Dadanya sesak ingin menangis di pelukan suaminya. 'Sungguh kamu bikin malu ibu, Nak.'"Sini!" Emir menarik pelan lengan istrinya. Dan Naima tidak bisa menahan diri dan benar-benar menangis di dada sang suami. Emir mendekapnya erat. Semenjak kehamilan ini, ia menjadi berbeda. Apa ini bawaan bayi?Hari-hari yang dilalui tanpa Emir, dia menjadi sosok ibu yang kuat. Bahkan sanggup merahasiakan segala keluhan agar suaminya tidak khawatir. Tapi malam ini, Naima menyerah dan ingin dimanja. Untung anak-anak tidur lebih cepat.Malam beranjak larut dan

  • Setelah Aku Kau Miliki   139. Ingin Bertemu 2

    Emir membantu menata makanan di atas meja. Ada ayam goreng, ikan bakar, sup hangat, sambal matah, lalapan, dan buah-buahan yang kini memenuhi meja makan. Ia memanggil anak-anak, sedangkan Naima mencuci anggur dan memotong apel.Malam itu suasana ruang makan begitu hangat. 🖤Di Tulungagung, mobil Yesi melaju pelan menembus jalanan yang mulai sepi. Dia sedang perjalanan pulang dari rumah mamanya.Masih terngiang bagaimana percakapannya dengan mantan suaminya tadi. Lelaki yang seharusnya memaki-maki karena sudah dijebak, tapi Emir hanya memberikan ultimatum bahwa dirinya tidak bisa menemui Aurel dalam waktu dekat. Dan itu memang hukuman yang paling berat bagi seorang ibu."Aurel sudah liburan, Mbak nggak mau mengajaknya ke sini. Bisa dikenalin sama Mas Doni sebagai ayah sambungnya. Toh Mas Doni juga kelihatan welcome banget menerima kenyataan tentang kalian." Weni berkata demikian saat mereka ngobrol berdua di rumah mamanya.Mendengar itu Yesi masih diam."Nggak usah kelamaan mikir. Se

  • Setelah Aku Kau Miliki   138. Ingin Bertemu 1

    SETELAH AKU KAU MILIKI - 53 Ingin Bertemu "Halo," sapa Emir dengan dingin setelah menjauh dari anak-anak."Aku ingin bertemu Aurel. Dia sudah liburan sekolah, kan? Biarlah beberapa hari bersamaku." Suara Yesi di seberang. Kali ini nada suaranya merendah."Kamu ingin mengenalkan Aurel pada Papa barunya?" todong Emir. Hening. Saat itu Emir benar-benar mengendalikan emosinya biar tidak meledak. Kalau ikutkan kata hati, ingin rasanya memaki Yesi karena telah merencanakan jebakan untuknya malam itu. Namun ia menahan diri. Ingat kalau sekarang Naima sedang hamil dan dia sedang berada di hadapan anak-anak."Aku kangen sama dia. Paling nggak biarkan dua atau tiga hari bersamaku. Liburannya panjang, kan?""Aku nggak tega dia bersamamu untuk saat-saat sekarang ini.""Maaf. Aku benar-benar minta maaf atas kejadian beberapa hari yang lalu. Mungkin kamu nggak akan memaafkanku. Tapi tolong izinkan aku bertemu Aurel." "Kamu masih punya muka juga bertemu dengan anakmu. Jujur saja, aku nggak ingi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status