Share

bab 2

Penulis: Author Rina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 17:29:28

Herman memperhatikan Mona yang sedang sibuk menyiapkan makanan.

"Kamu duduk aja, Mas! Kasihan Melky sendirian," ucap Mona tanpa beban.

"Kamu gak marah?"tanya Herman bingung.

"Kenapa harus marah? Kalau memang itu yang kamu inginkan ya sudah, aku bisa apa," jawab wanita itu.

"Ya biasanya kan perempuan akan marah kalau suaminya pulang dengan bawa istri muda?"

Herman menatap istrinya, dia berharap Mona akan marah dan mengamuk. Nyatanya wanita itu justru tersenyum.

"Anggap saja aku beda dari mereka," jawabnya datar.

'Duh kok gini,' batin Herman yang semakin tak mengerti dengan sikap Mona.

"Oya. Aku mau tanya sesuatu sama kamu."

Mona yang hendak memasukkan ikan ke dalam wajan seketika menoleh.

"Mau nanya apa?"

"Kemarin aku melihat.."

"Mas!" Belum sempat Herman bertanya. Suara Melly sudah menggelegar memanggil.

"Itu istri kedua Kamu memanggil, cepat ke sana! Takutnya dia marah," ucap wanita itu lembut.

Herman terpaku sejenak, ini sungguh di luar dugaan. Dia berharap Mona akan menangis dan bersujud di kakinya. Tapi yang terjadi wanita itu justru diam saja.

'Apa Mona gak cinta lagi sama aku?' batinnya kembali bertanya.

_________

"Kamu ngapain sih dekat-dekat sama dia?" tanya Melly. Sebagai istri muda dan pelakor tentunya dia merasa cemburu kalau suaminya dekat dengan istri sahnya. Dia takut kalau Herman kembali pada Mona lalu mencampakkan dirinya.

"Gak papa. Aku cuma menemani dia karena dia lagi hamil. Kasian kalau masak sendirian," ucap Herman.

Lelaki itu masih bingung dengan sikap istri pertamanya, dia bingung kenapa Mona biasa saja. Kenapa Mona tak marah ataupun kelihatan sedih?

"Kamu sudah bilang Mas soal ATM itu?"

Herman yang tadinya melamun kini menoleh ke arah istri mudanya. Saking asyiknya dia memikirkan sikap Mona, sampai lupa tentang ATM.

"Belum."

"Loh, Kok belum sih, Mas!" Melly terlihat kesal," Kamu itu sebenarnya cinta nggak sih sama aku? Kenapa masalah ATM saja susah banget, lagi pula itu kan uang kamu. Ya terserah kamu dong mau dipakai siapa," kesal Melly. Bibirnya kian cemberut, dadanya bergelombang.

"Kita kan baru sampai. Nanti juga pasti aku bilang kok sama dia," ucap Herman lembut.

"Awas ya Mas kalau kamu bohong. Aku nggak mau kasih kamu lagi, biarin aja kamu dilayani sama istri tua kamu yang sudah longgar dan gak keset itu!" kesal Melly.

Selama ini Herman selalu bercerita tentang kekurangan istrinya dan karena itulah Melly yakin bahwa Herman mencintainya.

"Iya, iya. Aku janji."

Pembicaraan mereka selesai setelah mendengar panggilan Mona dari ruang makan. Wanita itu tampak mempersiapkan hidangan istimewa untuk tamunya. Rendang daging, sayur nangka muda dan juga sambal. Ada juga ikan goreng dan tempe. Itu semua adalah makanan kesukaan Herman.

"Kamu masak semuanya ini sendiri?"tanya Herman menatap istrinya yang tampak sibuk mengambil nasi lalu meletakkannya di piring.

"Iya. Senggaja untuk menyambut kalian," jawab Mona. Wanita itu kemudian memberikan piring yang sudah berisi nasi tadi kepada Herman dan Melly.

"Kamu nggak makan?"tanya Herman lembut.

"Mas, tolong ambilin lauknya. Aku mau ayam goreng," ucap Melly dengan nada ketus dan cemberut.

Di sepanjang acara makan Herman terus memperhatikan Mona. Lelaki itu sungguh berharap melihat kesedihan di wajah Mona, akan tetapi dia tidak melihat semuanya. Kedua mata Mona tetap cantik tanpa ada sebab, wajahnya juga terlihat biasa saja tanpa ada rasa tegang dan marah.

"Mau tambah lagi nasinya, Mas?"

Herman kaget lalu seketika menggangguk. Beberapa hari di luar kota membuat laki-laki itu rindu masakan istri pertamanya.

"Kamu mau nambah lagi, Mel?"tanya Mona yang kali ini menatap Melly.

"Nggak usah sok baik. Aku bisa kok ambil sendiri," sinis wanita itu. Baginya sebaik apapun Mona dia tetap saingan.

"Oh ya untuk sementara kalian boleh tidur di ruang tamu karena aku belum mengemasi semua barangku," ucap Mona yang membuat Herman mengernyitkan alisnya.

"Loh, kok kamu mau ngasih barang kamu, memangnya untuk apa?"

"Ibarat benda aku ini kan udah nggak terpakai, Mas. Aku sudah longgar dan gak wangi lagi, jadi aku rasa lebih baik aku sadar diri, daripada sakit hati," jawab Mona.

__________

"Kamu itu kenapa sih, Mas, kok malah melamun melulu?"tanya Melly ketika mereka berada di dalam kamar.

"Enggak kok. Aku biasa aja," jawab Herman ya kemudian berdiri untuk melepas bajunya.

"Mas, cas ulang yuk!" ajak Melly tersenyum menggoda.

"Kamu pasti kangen kan?"tanya Herman sambil tersenyum lalu naik ke atas tempat tidur. Seketika sakit kepalanya hilang.

"Iya, mas. Kamu membuatku candu."

Tanpa menunggu lama Herman segera mendekat dan memulai aksinya. Namun, pada saat semuanya sudah siap.

"Aduh, Yang. Aku ke toilet dulu ya perutku sakit," ucap Herman. Lelaki itu merasakan perutnya mulas bahkan sampai kentut beberapa kali di depan Melly.

"Mas, jorok kamu," teriak meli sambil menutup hidungnya. Sementara Herman tak peduli, lelaki itu terus berlari menuju kamar mandi untuk membuang hajatnya.

"Aduh, kok aku jadi mules."

Kali ini Melly merasakan hal yang sama, perutnya mulas dan tak bisa tertahan lagi. Wanita itu segera berdiri dan mengetuk pintu kamar mandi.

"Mas, cepetan! Aku juga pingin buang hajat!" teriaknya.

"Bentar! Aku belum selesai," jawab Herman dari dalam. Namun, Melly tidak peduli wanita itu terus mengetuk dan menggedor pintu kamar mandi hingga akhirnya dibuka oleh Herman. Mereka terus begitu secara bergantian hingga tubuh mereka menjadi lemas dan akhirnya berbaring di ranjang. Baru saja hendak memejamkan mata.

"Aduh, istri kamu ini pasti jorok deh, Mas. Kok gatel banget di sini," kata Melly sambil menggaruk badannya terasa gatal.

"Enak aja, Mona itu pembersih orangnya." Tanpa sadar Herman membela istri pertamanya.

"Kok kamu malah bela dia sih Mas," protes Melly. Namun, ketika dia hendak marah perutnya kembali mulas.

"Aduh, mulas lagi." Dia kembali bangun dan mendekap bokongnya dan tak lama kemudian berganti dengan Herman. Begitu terus sampai menjelang dini hari. Hingga mereka betul-betul lemas dan hampir pingsan, ditambah lagi dengan badan mereka yang semakin gatal.

"Jangan-jangan ini ulah istri tua kamu,Mas. Dasar nenek lampir gak tau diri, kita pasti dikerjain sama dia makanya kita seperti ini," ucap Melly sambil terus menggaruk-garuk tubuhnya yang terasa gatal.

"Kita nggak boleh nuduh sembarangan tanpa bukti," jawab Herman. Dia pun sama seluruh badannya bentol-bentol dan gatal.

"Lah terus Siapa lagi yang ngerjain kita kalau bukan dia. Di rumah ini nggak ada orang lain lagi selain dia!" ketus Melly.

Herman tidak menjawab, lelaki itu hanya menatap istri keduanya dengan tatapan mata sinis. Dia kesal karena Melly menuduh Mona tanpa bukti. Hingga akhirnya

"Mas, mas itu.." Mona menunjukkan arah kasur membuat Herman menoleh ke arah jari telunjuk Mona.

Seketika mata Herman membulat, dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Kok aneh, bagaimana bisa ada di situ?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Setelah Aku Mendua   bab 110

    Maria merasa puas, Johan memang selalu membuat dia puas. Permainannya selalu dirindukan oleh Maria."Hebat Lo, masih aja bikin gue puas," ucap Maria. Wanita yang selalu haus itu merasa keinginannya sudah terlampiaskan."Mau lagi?" Lelaki kurus hitam manis itu tersenyum menggoda."Anj*r Lo. Gak ada puas-puasnya. Pantes cewek Lo ajak cek in dua kali doang sudah hamidun," jawab Maria.Johan berdecak."Anj*r. Sekarang lu bantu gue dong gimana cara gue bisa ngatasi hal ini. Kok nggak mungkin ngebiarin tuh cewek terus-menerus pergi dari broadcast satu ke broadcast lainnya untuk menjatuhkan gue. Gue harus membersihkan nama gue kalau nggak mau kerjaan gue semua hilang," ucap JohanPria itu memang berprofesi sebagai seorang DJ. Dan semenjak ada masalah itu pekerjaannya banyak yang di cancel. Event-event besar yang telah menantinya sudah banyak dibatalkan oleh pihak penyelenggara karena tidak mau nanti nama mereka akan tercemar. "Ya satu-satunya jalan lu harus klarifikasi. Mendingan gini aja

  • Setelah Aku Mendua   bab 109

    Maria menatap Rendra yang keluar dari rumah bersama Mona. Mereka seperti keluarga kecil yang bahagia. Mona berjalan di depan dengan menggendong anak keduanya, sementara Rendra di belakang menggandeng Gea.Hati Mona bagaikan terbakar, bisa-bisanya Rendra lebih memilih Mona yang janda anak dua. Dibandingkan dirinya. Memang tidak dipungkiri, Maria juga bukan wanita baik-baik. Dia juga sudah tak lagi virgin, sudah banyak laki-laki yang menjadi teman mainnya. Tapi Setif dia belum punya anak. Setidaknya kelasnya Maria yakin lebih dari Mona.Maria mengepalkan tangannya. Wanita itu sepertinya perlu mencari hiburan. Dia kemudian menelpon seseorang. "Hallo Jo. Lo ada di mana?" tanya wanita itu begitu telepon tersambung. Alunan musik terdengar, suara orang berteriak, dan juga suara lainnya menjadi satu."Hallo, iya say. Ada apa?"tanya pria tadi dengan berteriak. "Aduh Jo, lo kejauhan deh gue nggak dengerin lu ngomong apa."Tak lama kemudian suara itu sudah mulai reda, terdengar sudah semakin

  • Setelah Aku Mendua   bab 108

    "Kenapa ibu berkata seperti itu. Apa ibu ada masalah atau ibu sakit?" Mona menatap Ibu Sukma."Gak, Nak. Ibu baik-baik saja."Mona menatap Ibu Sukma, dari wajahnya Ibu Sukma memang terlihat pucat. Tidak segar, bahkan tatapan matanya juga sedikit sayu. Mona selama ini berpikir kemungkinan Ibu Sukma capek karena wanita itu memang sangat hobi memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Walaupun ada pembantu."Tapi, Mona perhatikan wajah Ibu sedikit pucat. Apa mungkin Ibu kepingin aku temani untuk periksa?"Ibu Sukma menggeleng cepat sambil tersenyum. "Ibu baik-baik saja Nak. Ibu terlihat pucat mungkin karena Ibu capek. Ya sebagai orang tua seperti Ibu ini memang kepinginnya gerak terus tapi tenaganya sudah lemah. Jadinya begini, tiap gerak sedikit akan terlihat lemah dan pucat. Tapi nanti kalau sudah beristirahat semuanya akan hilang," jawab Ibu Sukma sambil tertawa. Tapi entah kenapa, Mona merasa bukan hanya karena itu. Tapi ada sesuatu yang disembunyikan oleh Bu Sukma. Apalagi se

  • Setelah Aku Mendua   bab 107

    Bab 107Maria menatap kemesraan Mona dan Rendra dengan hati yang panas. Dia betul-betul tidak terima melihat itu. Bisa-bisanya Rendra jatuh ke tangan Mona yang janda dan punya anak dua. Apa kurangnya dia."Aku harus berbuat sesuatu sebelum mereka menikah!" Geram Maria. Kini di otak wanita itu telah tersimpan berbagai macam rencana._______Ibu Sukma menyambut gembira kedatangan Mona dan anak-anaknya. Terutama saat melihat Kaisar. Wanita itu langsung menggendongnya dan Kaisar kecil pun tak menolak. Bocah itu bahkan langsung lengket pada Ibu Sukma dan bibi pembantu di rumah Rendra. Mereka sungguh senang dengan kehadiran Kaisar."Cucu nenek ganteng ya, mirip mamanya," ujar Ibu Sukma yang membuat Mona merasa terharu. Ketakutan yang tadi sempat menghantuinya kini berubah rasa bahagia dan haru. Dia tak menyangka kalau Ibu Sukma akan menerima putranya dengan baik. "Itu yang jelas mirip mamanya. Lihat aja hidungnya persis banget," ujar Rendra. Bahkan ketika Kaisar mendekat anak itu pun ters

  • Setelah Aku Mendua   bab 106

    Bab 106Mona pergi setelah berbicara panjang lebar dengan Bi Lisa. Dia memutuskan untuk pergi dengan Rendra bersama dengan anak-anaknya. Rendra mengajak mereka untuk pergi ke mall. Lelaki itu bahkan mengajak anak-anak Mona ke tempat permainan anak-anak. Rendra tak bahagia sekali bermain dengan anak-anak Mona. Senyum dan tawa tak lepas dari bibir mereka. "Habis ini kita main ke rumah nenek ya?" Gea langsung mengangguk, anak itu memang cukup akrab dengan ibunya Rendra. "Hore, main ke rumah nenek," ujar Gea."Memangnya Ibu tidak repot. Kita kan ke sana bawa Kaisar. Aku nggak enak kalau nanti di sana Kaisar merepotkan," ujar Mona. Mungkin kalau Gea sudah biasa tetapi Kaisar masih kecil. Mona takut akan mengganggu istirahat ibunya Kaisar. "Justru ibu akan senang kalau kamu membawa Kaisar ke sana. Dia itu kepingin rumahnya rame, kan waktu dia ke sana juga Ibu senang banget kan. Apalagi ini Kaisar, Ibu kepengen sekali cucu laki-laki," ujar Rendra. Sementara Mona hanya tersenyum. "Tapi

  • Setelah Aku Mendua   bab 105

    Bab 105"Cuma apa?"tanya Bibi Mona. Wanita itu memang melihat keraguan di mata Mona. "Aku takut, Bi."Bibi Mona yang bernama Lisa itu semua tidak mengerti."Kamu takut apa. Takut kalau nanti sewaktu-waktu Herman akan mengganggu kamu?" Bi Lisa menatap keponakannya," memang kamu masih punya rasa dengan Herman?" Lanjut Lisa.Sementara Mona menggelengkan kepalanya."Tidak, bukan itu. Bukan masalah takut dengan Herman. Tapi aku takut kalau Rendra nanti menyesal menikah denganku. Walau bagaimanapun dia itu masih muda, dia bisa mendapatkan wanita yang bahkan lebih dari aku. Lebih dari segalanya," ujar Mona.Ini yang selama ini membuat Mona agak lama menerima lamaran dari Rendra. Dia takut kalau pemuda itu nanti menyesal.Lisa memegang pundak Mona."Mona, kamu harus yakin dengan pilihan kamu dan kamu harus yakin inilah yang terbaik untuk kamu. Banyak kok orang yang menikah dengan perbedaan seperti kamu. Seorang perjaka menikah dengan janda mereka juga bisa hidup bahagia. Karena pada dasarny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status