مشاركة

Bab 2

مؤلف: Violen
Andrian tidak pulang semalaman.

Namun, Vannisa tahu dia sedang di mana.

Di status media sosial Sinti, sedang ada siaran langsung pesta perayaan Renisa yang kembali ke negeri.

Andrian menyewa hotel terbesar di Kota Yale dan bahkan membiarkan kembang api menyala sepanjang malam.

Mawar-mawar sampanye yang indah memenuhi setiap sudut aula pesta.

Teman-temannya berkumpul merayakan kepulangan Renisa. Semua tampak penuh kebahagiaan.

Itu adalah komunitas pertemanan yang belum pernah disentuh oleh Vannisa.

Karena Andrian hanya menganggapnya sebagai pembantu rumah tangga, tidak pernah membawanya bertemu teman-teman, juga tidak mengumumkan keberadaannya ke publik.

Setelah sarapan, Vannisa menerima perjanjian cerai yang dikirim oleh Bu Feli.

Setelah menandatangani namanya, dia meletakkan dokumen itu di atas meja makan.

Kemudian, dia bangun dan pergi membeli sayur.

Dalam kontrak tertulis jelas bahwa selama pernikahan masih berlaku, dia harus merawat Andrian.

Jadi meskipun Andrian tidak pulang, dia harus menyiapkan makan malam untuknya.

...

Pukul delapan malam, Andrian pulang.

Setelan jasnya masih rapi, sepertinya dia sudah berganti pakaian di kantor.

Vannisa sedang bersiap memanaskan makanan.

Andrian berkata padanya, "Tidak usah repot, aku akan keluar sebentar lagi."

Dia tidak menatapnya sekali pun dan buru-buru naik ke lantai dua.

Vannisa mengikutinya dan melihat dia masuk ke kamar mandi.

Maka dia menyiapkan satu set pakaian bersih dan meletakkannya di lemari depan pintu.

Lalu dia turun dan duduk di meja makan, menunggu Andrian selesai mandi dan membicarakan soal perceraian.

Andrian turun sambil mengenakan jam tangan, suaranya dingin berkata, "Aku akan pergi dinas ke Kota Beirus selama tiga hari, berangkat besok malam, tolong siapkan pakaian untukku."

Vannisa mengangguk dan mengambil dokumen di meja.

"Dokumen ini kamu lihat dulu ... "

Andrian tampak terburu-buru.

Dia tidak sabar membaca dan bertanya, "Apakah ini pengajuan biaya pengobatan ibumu?"

Setiap bulan ketika ibunya butuh uang, harus mengajukan kontrak dan menjelaskan secara rinci ke dia.

Biaya terbesar adalah biaya perawatan ibunya.

Dia sudah terbiasa, tidak perlu membaca, langsung tanda tangan di halaman terakhir.

"Sudah, ingat bantu aku kemas barang."

Dia pun membuka pintu dan pergi.

Vannisa menatap punggungnya, tersenyum datar.

Sebenarnya kondisi ibunya sudah jauh lebih baik.

Sejak setengah tahun lalu, dia tidak lagi mengajukan biaya pengobatan.

Tapi Andrian sama sekali tidak peduli.

Dia menghubungi jasa pengiriman dalam kota dan mengirim dokumen itu ke Bu Feli.

Dengan cara Bu Feli, tanpa perlu ke Kantor Dinas Kependudukan, surat cerai pun bisa segera diurus.

Namun masa jeda cerai masih perlu sebulan.

Jadi dia harus menunggu satu bulan lagi baru bisa pergi.

Membuka ponsel, dia melihat postingan Sinti di status media sosial.

Sinti memamerkan tiket pesawat.

Mengatakan ingin memanfaatkan fasilitas dari kakak dan kakak ipar, lalu pergi bersama ke Kota Beirus untuk menonton konser idola.

Ternyata alasan Andrian pergi ke Kota Beirus adalah untuk menemani Renisa menonton konser.

Andrian pergi dinas, Vannisa juga sibuk.

Dia mencari agen properti, melihat beberapa rumah, dan akhirnya memilih sebuah apartemen satu kamar tidur dan satu ruang tamu, lalu menyewanya.

Vila yang diberikan Bu Feli memang bagus, tapi agak jauh dari tempat kerja, tidak praktis, dan biaya pengelolaannya juga tinggi.

Dia berencana setelah proses balik nama selesai, rumah itu akan dijual agar keuangan tidak terlalu ketat.

Selain itu, kondisi ibunya juga sudah jauh lebih stabil, jadi biaya perawatan tidak perlu sebanyak dulu.

Kemudian dia pulang ke rumah dan melanjutkan membereskan barang-barangnya.

Dia melirik lemari pakaiannya, semuanya adalah pakaian yang dibawanya sebelum menikah, Andrian tidak pernah membelikannya satu pun.

Sementara pakaian yang dia belikan untuk Andrian, tak pernah sekali pun dipakai, semuanya masih tergantung dengan labelnya.

Selama bertahun-tahun, Andrian hanya memakai dua merek pakaian.

Dia tahu dari Sinti bahwa dua merek itu adalah rekomendasi Renisa.

Dia merasa pakaian yang dia beli untuknya akan sia-sia jika disimpan, jadi dia mengemasnya dan menjualnya dengan harga murah di Tokopedia.

Begitulah tiga hari berlalu, barang-barang miliknya sudah dipindahkan dan dikirim ke rumah baru.

Sebenarnya, barang-barangnya memang tidak banyak. Bahkan jika Andrian pulang, dia tak akan sadar ada yang hilang dari rumah.

Sebab dia tidak pernah memperhatikan apa yang ada di rumah dan menaruhnya di mana.

Sebelum kembali ke Kota Yale, Andrian menelponnya.

"Vannisa, bersiaplah, besok kita pergi ke rumah Paman Mario Lukman untuk menghadiri pemakaman."

Keluarga Lukman dan Keluarga Farhan sangat dekat.

Sebelumnya Vannisa pernah menemani Andrian menghadiri jamuan makan bersama Keluarga Lukman.

Tentu saja dia juga harus ikut hadir pemakaman Keluarga Lukman.

Sebenarnya Vannisa tidak menyukai acara seperti ini.

Dalam lingkungan sosial Andrian, tak banyak orang yang benar-benar menerima Vannisa.

Berbagai pandangan membuatnya merasa sangat tidak nyaman.

Kepribadiannya juga tidak memungkinkan dirinya untuk pandai bergaul dan disukai orang lain.

Tapi dia tidak punya hak menolak.

Untungnya mereka akan segera bercerai, jadi setelah itu dia tidak perlu menemani Andrian untuk hadir ke acara seperti itu lagi.

Setelah Andrian pulang, dia benar-benar tak menyadari ada perubahan di rumah.

Semua barang bawaannya biasanya disiapkan oleh Vannisa, jadi tentu saja dia tidak akan memperhatikan lemari pakaian yang setengah kosong.

"Pakaian yang kamu pakai terakhir kali kurang pantas, sebaiknya minta pendapat Ibu."

Sambil membalas pesan di ponselnya, dia mengingatkannya.

Vannisa mengiyakan.

Biasanya dia tidak peduli apa yang dipakai Vannisa.

Hanya pada acara penting saja, dia akan memberikan saran.

Namun itu pun hanya supaya dia sendiri tidak malu, bukan karena dia benar-benar peduli.

Dia menelpon Bu Feli.

Bu Feli langsung menyuruh seseorang mengantarkan satu set pakaian.

Setelah mencobanya, dia melihat pakaian itu pas dan kemudian menyimpannya.

Keesokan harinya, dia memakai pakaian itu, naik mobil Andrian, dan menemani Andrian menghadiri pemakaman Keluarga Lukman.

Saat duduk di kursi depan sebelah pengemudi, dia merasa sedikit tidak enak.

Dia mengulurkan tangan dan meraba sebuah jepit rambut hitam kecil yang tersembunyi di celah kursi.

Dia sudah bisa menebak milik siapa itu.

Kelihatannya Renisa sering duduk di kursi depan.

Dia menyeringai sinis.

Untung saja mereka sudah dalam proses cerai, kalau tidak dia pasti merasa sangat jijik sekarang.

Di acara pemakaman, Renisa juga datang.

Ini pertama kali Vannisa melihat Renisa secara langsung.

Tubuhnya ramping, mengenakan gaun hitam yang mirip dengan yang dipakai Vannisa, dengan riasan wajah yang sangat tipis, membuatnya terlihat semakin lemah lembut dan tak berdosa.

Benar-benar seperti bunga putih yang murni.

Renisa berjalan mendekati Andrian, memanggil lembut, "Kakak Andri."

Sepertinya dia ingin menggandeng lengan Andrian, tapi karena Vannisa ada di sana, dia tidak berani melakukannya.

Andrian tersenyum tipis dan memanggil, "Reni."

Kemudian dia memperkenalkan Vannisa yang ada di sampingnya, "Ini Vannisa."

Vannisa mulai menangkap maksudnya.

Dia memanggilnya Reni, tapi memanggil Vannisa dengan nama lengkapnya.

Meskipun dia sudah tidak peduli lagi.

Tapi tetap merasa lucu.

Dia tidak ingin mengganggu interaksi mereka berdua, jadi langsung mengusulkan untuk menemui Bu Feli dan berpisah dengan Andrian.

Andrian memandang punggungnya yang menjauh dengan ekspresi yang entah kenapa sedikit tidak senang.

Renisa menatap ekspresi wajahnya saat melihat Vannisa, hatinya merasa sedikit gelisah.

Bukankah Kakak Andri tidak peduli pada Vannisa?

Namun, tatapan itu sepertinya juga bukan benar-benar tidak peduli.

Dia segera menekan pikiran yang baru saja muncul itu.

Dia dan Andrian memiliki ikatan yang tumbuh bersama sejak kecil, juga merupakan cinta pertama satu sama lain, dia tidak percaya bahwa dirinya akan kalah.
استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق

أحدث فصل

  • Setelah Aku Pergi, Baru Kau Menangi   Bab 100

    Setelah berkata begitu, dia dengan genit mengedipkan mata pada Riski.Oktavia berdiri di sebelah dengan tangan disilangkan, memandang adegan di depan mata dengan penuh minat. Sudut bibirnya terangkat sedikit, memperlihatkan ekspresi setengah tersenyum dan setengah menyembunyikan sesuatu.'Aku memang pintar sekali, haha.'Liliyana memang jago dalam hal menjalin kedekatan.Apalagi Heriyanto benar-benar hebat, sampai bisa mengajak bos yang biasanya sibuk itu ikut datang.Siska mengedipkan sepasang matanya yang besar dan bening, dengan penuh rasa ingin tahu menatap Riski, lalu dengan suara manja bertanya, "Kakak Riski, apakah mereka ini teman-temanmu?"Sambil berkata begitu, pandangannya tak sengaja tertuju pada Vannisa yang berdiri di sebelah Liliyana, lalu mulai mengamati dari atas ke bawah.Tak bisa dipungkiri, di antara ketiga wanita itu, Vannisa memang paling menonjol. Wajahnya yang halus, aura lembut yang kuat, seperti bunga camellia yang kokoh membuat Siska merasakan ancaman yang be

  • Setelah Aku Pergi, Baru Kau Menangi   Bab 99

    Heriyanto seolah-olah tidak menangkap isyarat dari Riski, malah tersenyum ramah dan menyapa Siska dengan nada riang, "Siska ya? Sudah bertahun-tahun berlalu, tapi matamu tetap cuma bisa melihat Riski yang pendiam ini. Aku sungguh tak mengerti, apa sih yang begitu menarik darinya sampai kamu segitunya jatuh hati?"Mendengar itu, pipi Siska langsung memerah malu. Dia segera mencubit lengan Heriyanto dengan manja dan berkata, "Kakak Heriyanto ... "Lalu seolah ingin segera membela Riski, dia buru-buru berkata, "Kakak Riski itu bukan pendiam!"Nada suaranya penuh rasa kagum dan pembelaan terhadap Riski.Heriyanto hanya tersenyum kecil lalu menambahkan, "Karena kamu sudah datang, biar Riski traktir kita makan siang, bagaimana?"Tentu saja Siska langsung mengangguk manis dan tersenyum ceria ke arah Riski.Namun, wajah Riski yang berdiri di samping mereka justru tampak tak begitu senang.Baru saja dia berharap Heriyanto bisa membantunya mengusir Siska, tapi tak disangka Heriyanto malah mengaj

  • Setelah Aku Pergi, Baru Kau Menangi   Bab 98

    Berpikir sampai di situ, Vannisa tak bisa menahan untuk menghela napas pelan, dalam hati bertanya-tanya bagaimana cara terbaik menghadapi situasi rumit yang ada di depan matanya ... Saat itulah, Oktavia tak bisa menahan diri untuk mengedipkan mata.Oktavia diam-diam mengeluarkan ponselnya, lalu mengambil foto Vannisa yang sedang menghela napas dengan wajah penuh kesedihan dari samping.Kemudian, dengan cekatan dia menyentuh layar ponsel dan mengirimkan foto itu kepada Heriyanto.Belakangan ini, Heriyanto sering berkunjung ke kantor pengacara itu. Karena sifatnya yang ramah, ceria, dan humoris, dia cepat akrab dengan para pengacara di sana. Selain itu, dia juga dengan cepat tahu kalau Oktavia dan Vannisa adalah sahabat.Mendengar ini, Heriyanto pun punya ide. Dia ingin membantu Riski, adiknya yang pendiam untuk mendapatkan hati wanita.Setelah mendengar permintaan Heriyanto, Oktavia langsung setuju. Bos mereka di kantor hukum yang dijuluki Jomblo Abadi itu sebenarnya orang baik, dan V

  • Setelah Aku Pergi, Baru Kau Menangi   Bab 97

    Pagi itu, Vannisa dan Liliyana sudah datang lebih awal ke studio untuk merapikan beberapa barang.Studio mereka berada di gedung yang sama dengan Kantor Pengacara Gemilang Mitra. Oleh karena itu, Liliyana pun mengajak Oktavia untuk makan siang bersama.Tak lama kemudian, Oktavia pun datang sesuai janji. Ketiganya pergi ke sebuah restoran yang nyaman dan memiliki suasana yang tenang tak jauh dari gedung kantor.Saat sedang makan, pandangan Oktavia beberapa kali jatuh pada Vannisa. Wajahnya tampak ragu, seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi masih menimbang-nimbang.Akhirnya, dia membuka suara juga dan berkata, "Vannisa, kamu mungkin belum dengar, ya? Bos kami ternyata punya teman masa kecil yang dekat banget! Katanya hubungan mereka sudah terjalin dari lama dan kelihatannya cukup spesial juga!"Selesai berkata begitu, seolah ingin membuktikan ucapannya bukan sekedar gosip belaka, Oktavia dengan sigap membuka ponselnya. Dia menggulir layar cepat-cepat, lalu menunjukkan sebuah foto yang s

  • Setelah Aku Pergi, Baru Kau Menangi   Bab 96

    Dia membuka bibir tipisnya dengan dingin berkata, "Aku sedang sangat sibuk. Kalau kamu tidak ada urusan penting, tolong segera pergi dari sini."Belum selesai berbicara, Riski sudah berbalik dan melangkah menuju kantornya dengan langkah pasti dan tegas, seolah tidak mau tinggal satu detik lebih lama.Namun, Siska tampak sama sekali tidak menyadari sikap dingin dan ketidaksabaran Riski. Dia dengan cepat mengejarnya.Wajahnya tersenyum cerah, mata indahnya berbentuk bulan sabit, dengan suara manja berkata, "Aih, tidak apa-apa kok! Aku cuma mau lihat kamu kerja sebentar saja, dan kita kan bisa makan siang bersama, kan?"Mendengar sikap penuh semangat dari Siska, hati Riski bukan malah tergerak, melainkan semakin merasa kesal.Riski benar-benar tidak mengerti mengapa wanita ini begitu gigih, padahal dia sudah berkali-kali menegaskan tidak ada hubungan asmara di antara mereka, tapi Siska terus tak mau menyerah.Saat itu, Riski hanya ingin segera bebas dari gangguan Siska, tapi Siska seolah-

  • Setelah Aku Pergi, Baru Kau Menangi   Bab 95

    Siska duduk santai di sofa ruang tunggu, tampak sangat nyaman dan rileks.Wajah cantik dan menawan itu tersungging senyum tipis yang menawan hati.Para pengacara yang berlalu lalang tak bisa menahan diri untuk melirik penuh rasa ingin tahu, membisikkan dalam hati siapa gerangan wanita asing ini.Namun, di bawah tatapan semua orang, Siska tetap bersikap sangat alami dan familiar.Dia tampak seperti pelanggan tetap di sini, setiap gerak-geriknya memancarkan kepercayaan diri dan ketenangan yang khas.Bahkan membuat orang-orang seolah-olah berpikir bahwa dia adalah penguasa dari kantor pengacara ini.Tak lama kemudian, resepsionis dengan senyum ramah menghampiri, membawa secangkir kopi hangat yang mengepul dan menyerahkannya pada Siska.Dia menerima cangkir itu dengan lembut, menyeruput sedikit, lalu dengan ramah memberikan saran kepada resepsionis, "Hmm ... kopinya agak terlalu manis. Aku lebih suka setengah gula, dan kalau bisa diberi es batu, rasanya jadi lebih segar. Tolong perhatikan

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status