Share

Bab 14 Mengakhiri Hubungan Ini

Author: Bunga Bakung
Tengah malam.

Nadia yang susah payah tertidur terbangun karena dering ponsel.

Melihat panggilan itu dari Yosef, Nadia segera mengangkatnya.

"Bu Nadia, sudah tidur?" tanya Yosef.

Nadia bangkit duduk dan bertanya, "Ada apa, Pak Yosef?"

Sambil melirik ke arah Gio yang mabuk karena dia dan Felix, Yosef berkata, "Pak Gio terlalu banyak minum, bisa jemput dia?"

Nadia hanya terdiam.

Ada Yosef berarti juga ada Felix. Mereka berdua adalah sahabat Gio dan selalu mahir mengorek informasi dengan membuat mabuk orang lain.

Nadia tahu trik itu, tetapi tidak tahu tujuan mereka apa, jadi dia tidak ingin terlibat.

Nadia tanpa basa-basi langsung menolak, "Pak Yosef, kalian hubungi Pak Yuda saja. Nggak aman aku keluar selarut ini. Kalau nggak ada urusan lain aku tutup teleponnya."

"Sebentar!" seru Yosef dengan cepat.

"Yuda sekarang lagi sibuk memergoki pacarnya yang berselingkuh," bohong Yosef dengan mudahnya.

Mendengar itu, Nadia kehilangan kata-kata.

Dia sudah mengenal Yuda cukup lama, tetapi belum pernah dengar Yuda punya pacar.

Kebohongan kedua orang itu terlalu mencolok.

Nadia menghela napas dan mengalah, "Baiklah ... kirim alamatnya."

Dua puluh menit kemudian.

Nadia tiba di alamat tersebut.

Di depan pintu masuk klub terlihat Gio yang sedang menunduk sambil dirangkul oleh Yosef dan Felix.

Nadia mengernyit sambil berjalan menghampiri mereka. Saat dia melihat wajah Gio memerah, dia baru yakin Gio benar-benar mabuk.

Sekarang Nadia berpikir bagaimana dia yang setinggi 170 cm bisa memapah Gio yang setinggi 190 cm?

Yosef mendorong Gio ke pelukan Nadia dan bertanya, "Bu Nadia, kamu sudah ketemu wanita yang sudah lama dicari Gio itu?"

"Sudah," jawab Nadia.

Yosef tersenyum dan berkata, "Gio minum sampai mabuk mungkin karena wanita itu, tapi alasannya kenapa aku nggak tahu. Kamu antar pulang dan rawat dia dengan baik."

Hati Nadia tiba-tiba terasa tertusuk.

Namun, rasa sakit itu tidak terasa jelas seperti sebelumnya.

Nadia membalas Yosef dengan senyuman, lalu berjalan pergi sambil merangkul Gio dengan susah payah.

Ketika Nadia sudah pergi, Felix langsung bertanya, "Yosef, kamu nggak waras, ya?"

"Apaan sih?" tanya Yosef dengan heran.

Sambil menunjuk ke punggung Nadia, Felix berkata dengan kesal, "Jelas-jelas kamu tahu Gio mabuk karena Bu Nadia! Tapi kamu malah bilang karena wanita pujaan hati itu!"

Yosef terkekeh, lalu berkata, "Biarin Gio sesekali sedikit menderita."

"Menderita karena apa?" tanya Felix kebingungan.

"Kenapa buru-buru? Nanti juga kamu bakal tahu," ujar Yosef.

Felix pun terdiam dan berpikir kenapa sekarang mereka pada main rahasia-rahasiaan?

....

Sesampainya di vila Pondok Asri, Nadia mengantar Gio ke kamar tidur utama dengan susah payah.

Setelah membaringkan Gio, Nadia kelelahan dan duduk di samping kasur.

Nadia menengadah, melihat dengan cermat wajah tampan Gio.

Rambut pendek Gio berantakan dan menutupi kening. Mata di bawah sepasang alis yang tajam itu tertutup rapat. Bibir tipis di bawah hidung yang mancung itu terkatup rapat. Namun, raut wajah Gio menunjukkan rasa tidak nyaman.

Setelah memperhatikan cukup lama, Nadia mengulurkan tangan dan hendak mengelus-elus kening Gio.

Tepat ujung jari Nadia menyentuh kening itu, Gio tiba-tiba membuka mata dan meraih pergelangan tangan Nadia.

Terkejut akan hal itu, Nadia hendak menarik kembali tangannya, tetapi tidak berhasil.

"Sudah ada kesempatan, kenapa kamu nggak kabur?" tanya Gio dengan dingin.

Nadia berdusta pada hatinya dan menjawab, "Kalau kabur, jadi nggak akan ada uang."

Gio mengernyit kesal dan mencengkeram lebih kuat pergelangan tangan Nadia.

"Apa nggak ada yang kamu pedulikan selain uang?" tanya Gio.

Nadia pura-pura berpikir sejenak, lalu berkata, "Ada, sepertinya pria?"

Gio hanya ingin mendengar jawaban ini, 'kan?

Kalau begitu, Nadia akan memenuhi keinginannya.

Seperti yang diperkirakan Nadia, rasa jijik yang kuat muncul di mata Gio.

"Kontrak kita belum berakhir, jadi tugasmu hanya menjadi simpananku!"

Perkataan Gio itu menusuk hati Nadia.

'Kamu bisa bermesraan dengan wanita pujaan hatimu di depan umum, tapi aku harus jadi simpanan yang nggak boleh diketahui orang lain?'

'Aku nggak mau!'

Menahan rasa sakit di hati, Nadia menarik napas dalam-dalam.

Kemudian dia menatap Gio sambil berkata, "Gio, kita akhiri saja hubungan ini, ya?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 169 Kenapa Tidak Pernah Ketahuan?

    Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 168 Siapa yang Membocorkannya?

    "Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 167 Akan Kuhancurkan Reputasinya

    Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 166 Mengusik Batas Kesabaran

    Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 165 Akan Kubuat Dia Tersiksa dan Jatuh Miskin

    Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 164 Aku Bisa Memberimu Kompensasi

    "Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status