Share

Bab 7 Uang yang Dihasilkan Lebih Cepat

Author: Bunga Bakung
Nadia yang berdiri di depan Gio terlihat bingung. Kemudian menyapanya dengan suara rendah, "Pak Gio."

Gio meliriknya dengan dingin sambil berkata, "Semalam, kenapa nggak pulang?"

"Saya sakit," jawab Nadia sambil menunduk.

"Sakit, tapi nggak bisu, 'kan? Apa kamu nggak bisa beri tahu aku?" ujar Gio dengan ketus.

Nadia mengernyit dan berkata, "Bukan begitu, aku tertidur setelah minum obat. Bukan sengaja nggak memberitahumu."

Gio menahan amarahnya, tetapi suaranya menjadi lebih dingin, "Kamu tertidur atau sengaja nggak bilang karena ingin menemani pria lain? Hah?"

Mendengar itu, Nadia langsung menengadah dan berkata dengan terkejut, "Pria lain? Siapa?"

Mata Gio menjadi sinis dan berkata dengan sarkas, "Aku yang harus bertanya padamu, 'kan?"

"Nadia?"

Sebelum Nadia mengerti maksud Gio, terdengar suara yang hangat memanggilnya.

Sekejap, Nadia ingat bahwa Sam berbicara dengannya saat menerima panggilan dari Gio.

'Mungkinkah pria yang Gio maksud adalah Dokter Sam?'

Nadia melihat Sam yang datang menghampiri mereka, lalu melirik Gio yang menatapnya dengan tatapan sinis.

'Sepertinya sudah terlambat untuk menjelaskannya sekarang.'

Sam berjalan mendekat. Karena tidak menekan luka setelah mencabut jarum infus, punggung tangan Nadia berdarah.

Melihat itu, Sam mengernyit sambil mengingatkan Nadia, "Tanganmu berdarah. Seharusnya kamu belum selesai infus, 'kan?"

Nadia menunduk dan buru-buru menekan luka itu, lalu berkata, "Terima kasih, Dokter Sam. Aku sudah nggak apa-apa."

Sam menghela napas cemas, lalu menempelkan punggung tangannya ke dahi Nadia.

"Sudah nggak demam, tapi kamu masih perlu istirahat," ujar Sam.

Khawatir Gio akan salah paham, Nadia langsung menyampingkan muka dan berkata, "Baik, aku tahu."

Sam memasukkan tangannya ke dalam saku, lalu menatap Gio yang terlihat masam itu.

Dia berkata dengan lembut dan sopan, "Pak, pasien perlu istirahat. Mohon kurangi waktu bicara kalian."

Gio menatap Sam dan berkata, "Baru pertama kali aku lihat seorang dokter bisa mengukur suhu pasien secara akurat tanpa menggunakan alat."

"Pengalaman medis yang dalam terkadang dapat mengurangi waktu mengganggu pasien untuk istirahat," ujar Sam.

Nadia merasa gugup saat mendengar pembicaraan mereka.

Nadia tahu bahwa Sam sedang membantunya, tetapi Gio bukanlah orang biasa.

Semua orang di Kota Mesia tahu bahwa Gio terkenal kejam. Saat Gio sedang tidak senang, anjing yang melewatinya pun akan ketakutan.

Jika Gio benaran tersinggung, Sam bisa langsung kehilangan pekerjaannya.

Nadia segera berbicara untuk mencairkan suasana, "Dokter Sam, dia adalah bosku. Kamu masih ada urusan, 'kan? Aku juga masih ada kerjaan yang harus kulaporkan pada bosku."

Sam menatap Nadia, lalu mengangguk dan berjalan pergi.

Yuda yang di samping tahu diri, jadi dia pergi menunggu di depan pintu lift.

Kemudian, yang tersisa hanyalah keheningan yang membuat Nadia merasa gelisah. Dia mencoba mulai percakapan, "Pak Gio, ...."

"Menurutmu, imbalan apa yang bisa kamu dapatkan dari melakukan ini?" sela Gio dengan dingin.

Tatapan Gio terlihat sangat sinis. Dia melanjutkan ucapannya, "Mendapatkan rasa simpatiku?"

Nadia tertegun, lalu bertanya, "Pak Gio, saya nggak mengerti maksud Anda."

Gio menatap Nadia yang pendek satu kepala darinya dengan ekspresi dingin.

Sorot mata dan suaranya sangat dingin, "Nadia, apa kamu nggak merasa pura-pura terlihat menyedihkan untuk mendapatkan rasa simpati itu adalah cara yang sangat kekanak-kanakan?"

"Atau uang yang kamu dapat dariku masih nggak cukup? Jadi, kamu ingin mendekati seorang dokter supaya ibumu dirawat secara gratis?"

Kata-kata Gio seperti pisau yang menusuk hati Nadia.

Nadia bahkan tidak tahu dirinya sakit, jadi bagaimana bisa dia berpura-pura.

Nadia mengepalkan tangannya erat-erat dan berusaha untuk tetap tenang.

"Jawaban seperti apa yang Pak Gio ingin dengar dari saya?" tanya balik Nadia.

Respons standar seorang sekretaris itu membuat amarah di hati Gio makin meluap.

Gio melangkah mendekat ke Nadia. Sorot matanya yang tajam seperti elang terus mencoba mencari jejak emosi di wajah Nadia.

"Kalau yang kamu inginkan adalah uang, lakukan tugasmu. Kalau kamu berani memiliki hubungan ranjang dengan pria lain sebelum kontrak kita berakhir, kamu tahu konsekuensinya!"

Kepalan tangan Nadia makin erat sampai terasa kuku yang menusuk telapaknya. Namun, dia masih berusaha berbicara dengan tenang, "Pak Gio, perjanjian di kontrak tertulis sangat jelas, ketika wanita pujaan hati Anda kembali, kontrak di antara kita berakhir. Berarti saya bebas mencari orang lain!"

Nadia sama sekali tidak membantah perkataan Gio. Selain itu, untuk pertama kalinya dia memojokkan Gio dengan ucapannya.

Seketika, Gio berjalan makin dekat, lalu menggenggam dagu Nadia dan berkata, "Nadia, sekarang kamu makin berani, ya?"

Mata Nadia memerah. Dia sudah patuh selama bertahun-tahun, tapi hanya sekali melawan sudah membuat Gio begitu marah padanya?

Nadia tersenyum dan berkata, "Terima kasih atas pujiannya, Pak Gio!"

Genggaman Gio makin kuat dan dia berkata, "Kamu ingin mengakhiri kontrak lebih awal, 'kan? Sayangnya sekali. Nadia, aku nggak akan kubiarkan keinginanmu terwujud!"

Setelah mengatakan itu, Gio melepaskan tangannya dari dagu Nadia.

Kemarahan di mata Gio berubah menjadi rasa jijik dalam sekejap. Dia mendorong Nadia, lalu berjalan pergi.

Nadia yang didorong menabrak ke dinding, lalu perlahan jatuh ke lantai. Air mata mengalir di wajahnya.

Setelah kembali tenang, Nadia kembali ke kamar rawat ibunya.

Dia menemani ibunya selama beberapa jam, lalu pulang ke rumahnya.

Rumah Nadia sekarang berada di area rumah susun kecil. Rumah sebelumnya, yang dia beli untuk ibunya, sudah dijual oleh ayahnya untuk melunasi utang.

Kini dia tinggal di permukiman bobrok dan kecil. Luas rumah kurang dari 60 meter persegi.

Tiba di lantai dua, Nadia membuka pintu dan langsung disambut oleh bau alkohol.

Masih berdiri di depan pintu, Nadia melihat botol-botol berserakan di lantai dan hanya bisa menghela napas.

Selesai bersih-bersih, Nadia yang baru duduk di depan komputernya sudah menerima sebuah pesan.

"G, kerjaanmu kali ini terlalu lambat. Bosku bisa marah!"

Nadia: "Maaf, akhir-akhir ini aku sibuk. Beri aku setengah jam lagi."

Setelah membalas pesan itu, Nadia fokus pada desain yang sedang dia gambar.

Jurusan utama Nadia adalah jurusan sekretaris, sedangkan desain hanya salah satu mata kuliah tambahan yang dia pilih.

Dosen memujinya punya bakat dalam desain. Oleh karena itu, Nadia menerima beberapa pekerjaan desain luar dalam beberapa tahun terakhir.

Alasannya ada dua. Pertama, dia ingin mendapat penghasilan tambahan. Kedua, dia ingin meningkatkan kemampuan desainnya.

Tak lama kemudian, Nadia mendapatkan balasan pesan: "G, kamu sangat berbakat dalam desain, kalau kamu ubah kariermu ke bidang desain, kamu bisa dengan cepat jadi desainer internasional yang sangat terkenal."

"Kenapa kamu masih menyusahkan diri sendiri dengan mengikut Pak Gio?"

Melihat itu, Nadia hanya tersenyum pahit dan menjawab: "Uang yang dihasilkan lebih cepat."

Nadia perlu membayar biaya pengobatan ibunya yang sebulan perlu ratusan juta dan utang ayahnya yang mencapai miliaran itu. Oleh sebab itu, Nadia tidak punya pilihan lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 169 Kenapa Tidak Pernah Ketahuan?

    Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 168 Siapa yang Membocorkannya?

    "Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 167 Akan Kuhancurkan Reputasinya

    Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 166 Mengusik Batas Kesabaran

    Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 165 Akan Kubuat Dia Tersiksa dan Jatuh Miskin

    Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 164 Aku Bisa Memberimu Kompensasi

    "Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 163 Bukan Urusanku

    Malam harinya.Nadia bergegas pergi ke restoran terbuka itu untuk menepati janjinya.Sesampainya di sana, ternyata Alva sudah duduk menunggu.Begitu melihat Nadia, Alva langsung menarik kursi supaya Nadia bisa duduk dengan gaya yang sudah seperti pria sejati sambil berkata, "Nah, silakan duduk, G-ku sayang."Nadia hanya balas menatap Alva dengan tidak berdaya. "Jangan begini, Alva, aku belum terbiasa.""Gimana? Penampilan dariku boleh juga, 'kan?" tanya Alva sambil terkekeh.Penampilan?"Penampilan apa?" tanya Nadia dengan bingung.Alva pun mengedikkan bibirnya ke suatu arah. "Itu, tuh. Bukannya itu pria yang kamu cintai sekaligus kamu benci?"Nadia sontak tertegun, lalu mengikuti arah pandangan Alva.Nadia langsung melihat Gio yang sedang duduk tidak jauh dari sana bersama Yosef. Gio balas menatap Nadia dengan dingin.Sudut mulut Nadia sontak berkedut. Ya ampun, dia sama sekali tidak menyadari kehadiran Gio dan main masuk!Seandainya dia tahu ada Gio di sini, sampai mati pun Nadia tid

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 162 Jaga Dia Baik-Baik

    "Dasar orang gila," komentar Nadia sambil langsung berjalan menuju gedung sekolah. Dia merasa terlalu malas untuk meladeni Yuvira."Oh, kamu nggak berani mengaku, ya? Kalau kamu nggak berani, akan kubuat kamu mengaku secara paksa!" seru Yuvira dari belakang Nadia.Jantung Nadia seolah berhenti berdetak selama sepersekian detik, dia teringat akan mimpi buruknya.Nadia pun berbalik badan menatap Yuvira dengan ekspresi yang terlihat serius. "Mau apa kamu?""Kenapa? Kamu takut aku membawa anak-anakmu pergi, hah?" sindir Yuvira.Nadia berusaha menenangkan dirinya. "Kamu belum bisa melakukan sesuatu seperti itu!""Bukan kamu yang berhak menentukan aku bisa atau nggak, Nadia. Aku sudah pernah mengalahkanmu, jadi aku bisa melakukannya lagi!" sahut Yuvira sambil tersenyum dingin.Nadia hendak menyahut lagi, tetapi dia tiba-tiba melihat seseorang yang bertubuh tinggi dan tegap.Nadia pun tertawa kecil, lalu balik bertanya dengan tenang, "Yuvira, memangnya kamu bisa melakukan apa terhadapku? Mau

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 161 Aku dan Dia Hanyalah Masa Lalu

    Nadia tidak sempat menyela penjelasan Yosef.Nadia sebenarnya tidak berniat mencari tahu tentang hidup Gio selama lima tahun ini, tetapi begitu mendengar penjelasan Yosef, tangannya refleks menggenggam gelas kopinya dengan sedikit lebih erat.Ternyata Gio kecanduan alkohol selama dua tahun gara-gara dia?Nadia tahu Gio memang terus mencari keberadaannya selama lima tahun ini, tetapi Nadia tidak percaya Gio sampai kecanduan alkohol selama dua tahun."Kamu tahu nggak kenapa Gio memutuskan pertunangannya dengan Yuvira?" tanya Yosef lagi sambil menatap Nadia."Aku nggak tertarik dengan hubungan mereka berdua, Pak Yosef," jawab Nadia."Karena kamu." Yosef menjawab pertanyaannya sendiri. "Karena Gio tahu bahwa kamulah yang menyelamatkannya waktu itu.""Gio pernah mengaku padaku saat lagi mabuk. Dia bilang dia nggak seharusnya memperlakukanmu seperti itu. Kalau sampai kamu kembali, kali ini dia rela menyerahkan nyawanya demi kamu."Nadia pun mengatupkan bibirnya dengan rapat.Ternyata Gio tah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status