Share

Bab 8 Minta Maaf

Author: Bunga Bakung
Setelah menyelesaikan urusannya dan waktu masih pagi, Nadia memutuskan untuk pergi ke kantor.

Begitu keluar dari lift, dia bertemu Gio dan Yuvira.

Yuvira bertanya dengan prihatin, "Bu Nadia? Gimana kondisimu? Sudah lebih baik?"

Nadia tidak melihat ke arah Gio dan menjawab Yuvira, "Sudah mendingan. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku."

Yuvira tersenyum manis dan berkata, "Sama-sama. Lagi pula, kamu cepat sembuh berarti bisa lebih cepat membantu urusan Pak Gio."

Saat berbicara, Yuvira sengaja menyelipkan rambut ke belakang telinga, memperlihatkan tahi lalat merah di daun telinganya itu.

Yuvira menoleh ke Gio dan berkata dengan lembut, "Pak Gio, gimana kalau makan malam nanti kita pesankan beberapa makanan untuk Bu Nadia?"

Gio berkata dengan ketus, "Nggak perlu! Dia punya kaki, bisa pergi beli makan sendiri."

Setelah mengatakan itu, dia meraih lengan Yuvira dan masuk ke dalam lift.

Nadia tahu diri, dia melangkah keluar dari lift dan berjalan melewati dua orang itu dengan tenang.

Jam delapan malam.

Nadia mengirimkan jadwal yang telah dia susun ke Gio.

Sambil memijat kepalanya yang sakit, Nadia berjalan keluar dari gedung perusahaan. Tepat pada saat ini, dia melihat Yuda berdiri di samping mobil.

Melihat Nadia keluar, Yuda melangkah maju dan berkata, "Tuan Gio minta saya untuk mengantar Anda pulang beristirahat."

"Nggak usah, aku akan pulang ke rumah sendiri," tolak Nadia.

"Bu Nadia, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu," ujar Yuda.

Nadia berkata dengan lemah, "Apa?"

"Tuan Gio tahu kamu sakit, jadi dia secara khusus mencari seorang pelayan untuk merawatmu. Sekarang pelayan itu menunggumu di vila di Pondok Asri."

Nadia mengernyit dan berpikir dalam hati, 'Apa maunya?'

'Di satu sisi dia sibuk pacaran dengan wanita pujaan hatinya, di sisi lain nggak ingin melepaskanku?'

Nadia mencibir dalam hati. Dia masih cukup waras dan tidak ingin berbagi suami dengan wanita lain.

Nadia hendak menolak lagi, tetapi Yuda tiba-tiba berkata dengan suara rendah, "Bu Nadia, identitas Nona Yuvira masih belum pasti. Apa kamu yakin nggak ingin berjuang dulu?"

Nadia tersenyum sinis sambil berkata, "Pak Yuda, di dunia ini uang lebih penting daripada cinta."

Selesai berbicara, Nadia berjalan pergi melewati Yuda.

Yuda menghela napas sambil masuk ke mobil. Dia menoleh ke Gio yang duduk di kursi belakang dan berkata, "Tuan Gio, Bu Nadia nggak ingin ikut pulang."

Seluruh tubuh Gio memancarkan aura kesal.

"Kalau begitu, dia nggak perlu kembali lagi! Besok, buang semua barangnya dan suruh dia pergi jauh-jauh!" seru Gio.

"Ba ... baik," jawab Yuda.

Keesokan pagi.

Suara ketukan pintu membangunkan Nadia.

Sambil membawa rasa kantuk, Nadia membuka pintu. Yang terlihat adalah Yuda yang berdiri di depan pintu dan dua kotak kardus besar.

Nadia tertegun sejenak, lalu membungkuk dan memindahkan dua kotak itu ke dalam rumah.

Setelah itu, Nadia berdiri tegak dan berkata dengan santai, "Terima kasih, Pak Yuda. Rumahku nggak ada makanan untuk menjamu tamu, jadi aku nggak menawarkanmu untuk masuk ke dalam."

Yuda ingin mengatakan sesuatu, tetapi sebelum kata-kata itu keluar, Nadia sudah menutup pintu tanpa ragu-ragu.

Setelah Yuda kembali ke Pondok Asri, dia berkata kepada Gio yang sedang duduk di sofa sambil minum kopi, "Tuan Gio, barang-barangnya sudah dikirim ke rumahnya."

Gio tidak mengatakan apa pun. Dia meletakkan kopinya dan terus membalik-balik halaman kontrak.

Yuda tidak bisa menahan diri dan berkata, "Tuan Gio, area rumah Bu Nadia ...."

Sebelum selesai bicara, tiba-tiba terdengar dering ponsel Gio.

Gio mengangkat panggilan itu dalam mode pengeras suara. Kemudian, terdengar suara tawa Yuvira dari ujung ponsel itu dan berkata, "Gio, siang ini kita nggak perlu makan di luar, aku sudah masak enak untukmu."

Ekspresi Gio sedikit melembut dan berkata, "Kamu masak apa?"

Mendengar percakapan itu, Yuda tiba-tiba merasa Nadia tidak kembali merupakan hal baik.

Setelah menutup ponsel, Gio menatap Yuda sambil bertanya, "Sudah ada hasil pemeriksaan informasi mengenai Yuvira?"

"Sudah menghubungi orang tua angkat Yuvira. Tidak lama lagi akan ada kabar," jawab Yuda.

Gio merasa meskipun Yuvira tahu secara detail kejadian dia diselamatkan saat masih kecil, kepribadian Yuvira sangat berbeda dari apa yang dia ingat.

Gio ingin tahu apa yang terjadi pada Yuvira selama bertahun-tahun.

....

Keesokan harinya, di Perusahaan MK.

Setelah Nadia masuk ke ruangan sekretaris, dia melihat Yuvira sedang duduk sendirian di ruang kantor Gio.

Kebetulan, ketika Yuvira mengangkat kepala, dia juga melihat Nadia.

Matanya memancarkan niat liciknya. Sambil membawa kotak makan, dia masuk ke ruangan Nadia.

"Bu Nadia, masalah kita berdua sebelumnya belum selesai, 'kan?"

Nadia menoleh ke arahnya dan berkata, "Kamu nggak merasa malu sedikit pun setelah mencuri karya orang lain?"

"Jangan ubah topik pembicaraan! Sekarang, aku ingin kamu berlutut dan minta maaf padaku!" seru Yuvira dengan ketus.

"Aku nggak pernah menyetujui hal ini," balas Nadia.

"Oh ya? Wanita jalang sepertimu ternyata punya nyali yang besar. Sayang sekali, aku nggak peduli! Kamu hanya wanita rendahan yang bisa menjual tubuh demi uang! Wanita jalang sepertimu masih merasa sok suci?" cibir Yuvira.

Di hadapan Gio, Nadia mengakui bahwa dirinya murahan.

Namun di hadapan Yuvira, Nadia tidak merasa dirinya rendahan.

"Yuvira, ucapanmu jangan keterlaluan. Kalau nggak, aku nggak akan segan-segan padamu meski kamu adalah wanita Pak Gio!" seru Nadia dengan dingin.

"Keterlaluan? Wanita jalang sepertimu punya hak apa menasihatiku untuk bicara yang sopan?" cibir Yuvira.

"Plak!"

Begitu Yuvira selesai berbicara, Nadia menampar wajahnya tanpa ragu-ragu.

Yuvira terkejut sambil menutupi pipi merahnya dan berkata, "Nadia, beraninya kamu menamparku!"

Nadia berkata dengan ekspresi yang begitu dingin, "Aku ingat barusan sudah mengingatkanmu untuk bicara yang sopan."

Ketika hendak mencabik-cabik Nadia, Yuvira melihat Gio berjalan ke arah mereka.

Seketika, Yuvira menangis.

Yuvira dengan sengaja berteriak dengan sedih, "Bu Nadia, aku berniat baik membawakanmu makanan, tapi kenapa malah menamparku?"

Suaranya berhasil perhatian Gio.

Melihat pipi Yuvira yang masih ada bekas tamparan, ekspresi Gio langsung berubah menjadi dingin.

Gio berjalan masuk ke ruangan sekretaris.

Gio menghampiri Yuvira, lalu mengernyit sambil melihat wajah Yuvira.

"Apa yang terjadi?" tanya Gio penuh dengan amarah.

Yuvira menangis ke dalam pelukan Gio dan berkata, "Gio, aku hanya beri Bu Nadia makanan, tapi dia malah menamparku."

"Dia bilang, aku sudah menghinanya dengan memberikan sisa makananku ...."

Sorot mata Gio dipenuhi amarah. Dia memelototi Nadia dan berkata, "Siapa yang beri kamu nyali untuk memperlakukannya seperti ini?"

Nadia memandang Yuvira yang bersandiwara itu dengan jijik.

Saat Nadia hendak menjelaskan, terdengar teriakan Gio, "Minta maaf!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 169 Kenapa Tidak Pernah Ketahuan?

    Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 168 Siapa yang Membocorkannya?

    "Wah, wah, memang putri Keluarga Wren beda kelas, ya," puji para selebriti itu sambil tertawa."Tentu saja, Yuvira itu bukan cuma lembut dan baik hati, tapi pendidikannya juga nggak main-main ...."Yuvira tersenyum bangga mendengar semua pujian itu.Ya, semua ini memang harusnya menjadi miliknya!Hanya dia yang pantas disanjung seperti ini!Yuvira berjalan turun bersama para selebriti itu dengan sepatu hak tingginya, lalu dengan anggun lanjut menuju panggung tempat foto-fotonya ditampilkan.Yuvira berdiri di depan mikrofon, lalu memberikan kata sambutan, "Terima kasih sudah datang ke pesta ulang tahunku ...."Sementara itu, di Vila Harmonisa.Timmy duduk di depan laptop sambil menonton rekaman kamera pengawas di tempat acara pesta ulang tahun Yuvira. Dia juga menggunakan headphone untuk memudahkan berkomunikasi dengan Ivan."Ya ampun, dia pintar banget bicara," komentar Timmy dengan gusar."Dia pasti bangga banget karena ada banyak orang yang mendukungnya," sahut Ivan dengan nada datar

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 167 Akan Kuhancurkan Reputasinya

    Gio berusaha menahan amarahnya, lalu memerintahkan dengan dingin, "Cari tahu kapan Kiano pulang ke tanah air!"Yuda sontak tertegun. Tuan Muda Kiano sudah kembali?Gawat, Brian benar-benar sudah mengusik batas kesabaran Gio.Brian paling sayang dengan Kiano yang merupakan anak sulung. Seandainya bukan karena skandal yang menghebohkan itu, sekarang Kiano pasti sudah menjadi satu-satunya pewaris Keluarga Cakra.Walaupun Gio adalah adik kandung satu ayah dengan Kiano, Yuda tahu betapa Gio membenci Kiano.Sebagai asisten pribadi Gio, Yuda tahu betul betapa Gio ingin sekali membunuh Kiano.Yuda pun diam-diam menghela napas. Seandainya saja Kiano menurut dan tetap tinggal di luar negeri, Gio pasti bersedia mengampuni nyawa Kiano.Sementara itu, di Vila Harmonisa.Mona menatap kakaknya yang terus sibuk dengan laptopnya, lalu berkata dengan kesal sambil cemberut, "Kak, Kakak sibuk banget sih! Kakak bahkan sudah nggak mau main lagi dengan Mona!"Timmy menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mem

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 166 Mengusik Batas Kesabaran

    Gio mengambil serbet yang diletakkan di atas meja, lalu menyeka tangannya sambil menjawab, "Ivan mengalami gangguan mental karena disiksa oleh Yuvira.""Yuvira menyiksa Ivan? Dia 'kan ibunya Ivan! Menyiksa bagaimana maksudmu?" tanya Tuan Besar Brian dengan kaget.Gio pun melirik ke arah Tuan Besar Brian yang terlihat gelisah. "Dengan memukul dan memakinya."Tuan Besar Brian sontak menggebrak meja dan berseru dengan marah, "'Kan sudah kubilang dari dulu kalau wanita itu nggak layak menjadi menantu Keluarga Cakra!""Jadi, kenapa Anda menyuruhku pulang malam ini?" tanya Gio mengalihkan topik pembicaraan, sorot tatapannya dengan kesal."Mantan pacarmu masih hidup?" tanya Tuan Besar Brian."Apa hubungannya itu dengan Anda?" tanya Gio, sorot tatapannya terlihat dingin."Jangan berani-beraninya kamu pacaran sama seorang pembunuh! Nanti reputasi Keluarga Cakra jadi rusak!""Apa gara-gara dia juga kamu membatalkan kontrak di Kota Herna dan bergegas pulang ke Kota Mesia?" tanya Tuan Besar Brian

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 165 Akan Kubuat Dia Tersiksa dan Jatuh Miskin

    Saat sedang istirahat dari jam pelajaran, Ivan mengajak Timmy untuk melihat informasi yang dia temukan.Timmy membaca-baca informasi itu sebentar, sorot tatapannya terlihat marah. "Apa ini semua adalah perseteruan Ibu dengan Yuvira?"Ivan mengangguk. "Tapi, aku nggak tahu apa ada yang terlewat atau nggak.""Yuvira benar-benar orang jahat! Bisa-bisanya dia mencuri posisi Ibu sebagai penyelamat Ayah!" ujar Timmy dengan marah."Dia bahkan berpura-pura menjadi adik Paman! Yang lebih jahatnya lagi, dia yang menculikmu!"Walaupun Ivan tidak berkomentar apa-apa, ekspresinya juga terlihat kesal."Masih ada lagi."Ivan berujar, lalu menunjukkan gambar lain di layar laptopnya.Kali ini, Ivan memperlihatkan sebuah rekaman kamera pengawas.Itu adalah rekaman Nadia yang memasuki sebuah kafe pada lima tahun lalu. Tidak sampai setengah jam kemudian, tiba-tiba ada dua orang yang tidak dikenal menggendong Nadia, lalu memasukkan Nadia ke dalam sebuah mobil berwarna hitam melalui pintu belakang.Ivan jug

  • Setelah Berhenti Kerja, Direktur Tak Bisa Hidup Tanpaku   Bab 164 Aku Bisa Memberimu Kompensasi

    "Dia adalah dewiku!" puji Alva dengan bersemangat."Coba jelaskan," kata Yosef sambil mengangkat alisnya.Alva menghela napas, "Nadia itu hidupnya menyedihkan banget. Waktu aku bertemu dengannya, dia bahkan nggak sempat makan.""Dia belajar sambil bekerja paruh waktu dan masih harus mengurus kedua anaknya.""Dia berusaha sebisa mungkin untuk memberikan anak-anaknya makanan enak, sedangkan dia sendiri cuma ala kadarnya.""Aku bertemu dengannya di lomba desain pakaian.""Aku masih ingat ucapannya waktu itu. Dia bilang dia akan membantuku memenangkan perlombaan asalkan aku menggajinya 1.500 dolar.""Lomba itu mempertaruhkan reputasiku yang kudapatkan setelah bekerja keras selama sepuluh tahun. Jangankan 1.500 dolar, 10 ribu dolar saja aku rela keluarkan!""Setelah itu, dia mengubah hasil rancangan karya-karyaku sehingga salah satu lawanku yang meniru langsung kalah.""Sejak saat itulah Nadia menjadi dewiku!"Gio dan Yosef sontak terdiam.Yosef akhirnya mengerti maksud kata-kata Nadia sore

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status