Share

Ada Apa Dengan Istriku

Author: Winarsih_wina
last update Huling Na-update: 2024-01-18 13:02:45

"Ini sisa gajiku bulan ini, tolong kau atur, sebisa mungkin kita berhemat dulu."

Aku meletakkan amplop gaji yang tersisa. Amara tersenyum sinis, lalu meraih amplop coklat itu.

"Tersisa berapa memangnya? Sampai kau meminta kita berhemat segala. Ini sudah di potong buat ibumu atau belum?"

Amara menatap ku, sembari meletakkan kembali amplop berisi uang itu ke atas meja. Dia kembali sibuk dengan ponselnya.

"Aku sudah memberi ibu lima ratus ribu. Itu sisanya kau atur saja."

Aku melangkah masuk ke kamar. Membawa amplop berisi uang gajiku yang Amara tinggal di meja depan, setelah mengamuk tadi dia tidak mengambil uang yang aku serahkan padanya. Melihat amplop coklat itu aku hanya bisa menarik napas panjang, bulan ini kembali uang itu hanya numpang lewat saja di tanganku.

"Amara kau masak apa? Aku mau mandi. Setelah itu aku mau makan cepat siapkan!"

Aku berteriak agar Amara bergerak dari menatap ponselnya. Entah apa yang ada di dalam benda itu, dia sampai rela tak bergerak dari kursi.

"Amara, aku lapar kau masak apa?"

Aku kembali bersuara, karena sudah selesai mandi. Wanita itu ternyata tak beranjak sama sekali dari kursi, hanya pindah posisi saja.

Prang ....

Aku sengaja membanting piring hingga pecah ke lantai. Itu cukup membuat Amara mengalihkan pandangan dari ponselnya. Perlahan dia menarik napas dan segera beranjak pergi, bukan menyiapkan makanan atau membersihkan pecahan piring tapi dia memilih keluar.

"Kau mau kemana, Amara? Aku lapar. Apa kau tak mau melayani suamimu lagi?"

Amara berhenti setelah mendengar ucapanku. Dia berbalik, lalu melemparkan amplop gaji tepat di depan wajah ku.

"Kau bereskan kekacauan yang kau buat. Kalau tidak, segera angkat kaki dari rumahku. Bawa uang mu itu jauh-jauh, dasar tak tau diri, uang segitu masih minta berhemat."

Amara mengomel panjang, sembari melangkah keluar dari rumah. Dia pasti menuju warung langganannya itu lagi.

"Mbak Amara jangan marah-marah terus. Nanti di tinggal suami baru tau rasa, gak enak loh jadi janda."

Kali ini terdengar suara mbak Murni, dia janda sebelah rumah. Sekaligus musuh bebuyutan Amara, karena janda itu terlihat genit setiap kali menatap ku.

"Memangnya janda genit seperti mu? Tak semua menderita jadi janda, kalau mau kau bisa mengambil bekasku itu," teriak Amara.

Aku marah mendengar ucapannya barusan. Dia berani mempermalukan suaminya di depan orang lain. "Tak usah emosi begitu, Mas. Kau suka kan di pandangi janda itu, sana nikmati saja selagi di kasih gratis ... Apem nya."

Amara melenggang pergi setelah mempermalukan janda sebelah. Aku membanting pintu, setelah melihat janda itu mau mendekat. Aku tak mau berbuat kesalahan lagi, kalau tidak bisa habis kalau Amara mengamuk.

"Mas, kok pintunya di tutup sih? Aku kan mau bertamu sebentar."

Janda itu mengetuk pintu dengan keras. Dia benar-benar bikin aku susah kalau begini.

"Tolong pergi saja, di rumah tak ada Amara. Aku tak mau terkena fitnah, hanya karena kita berdua."

Aku meninggalkan pintu dan melangkah menuju dapur. Membersihkan pecahan kaca sebelum makan, setelah selesai aku melotot melihat isi di dalam tudung saji.

"Amara!"

Aku berteriak karena di dalam tudung saji, hanya ada gambar rendang daging dan gulai ayam. Amara seolah melampiaskan emosinya, karena aku telat beberapa jam memberinya uang.

"Sial perut lapar tapi tak ada makanan di rumah. Kalau begini aku harus mengejar Amara, dia pasti mau membeli bakso."

Aku bergegas menyusul Amara ke warung bakso langganannya. Aku yakin dia pasti di sana.

"Mbak Amara, dia tidak kemari hari ini, Mas?" ujar pemilik warung bakso. Aku menatap ke dalam warung, memang tak terlihat Amara di sana kalau begitu kemana dia?"

"Percuma kau cari Amara di sini. Tadi aku lihat, dia dijemput seorang pria naik mobil." Wanita itu tersenyum setelah memberiku informasi.

Tapi aku masih belum percaya, karena tak mungkin ada pria yang menyukainya karena dia buluk dan kucel. "Aku tau dia buluk dan kucel. Tapi kalau mandi pasti masih bisa di pakai."

Plak ... plak ....

Aku terkejut setengah mati, saat seseorang menampar wajah wanita itu. Saat melihat orangnya ternyata Amara.

"Tua bangka gila. Mulut mu memang perlu di hajar, berani kau memfitnahku." Amara menggila dia menghajar wanita itu. Untung ada yang dengar dan memisahkan mereka.

"Apa kau sudah gila, Amara? Kau menghajar orang tua."

Seorang pria menatap Amara. Seolah tak percaya kalau istriku begitu kurang ajar, Wanita itu terlihat begitu menderita.

"Amara cepat minta maaf."

Plak ...

Aku melotot saat merasakan panas di pipi, karena tamparan Amara. Dia menatap ku penuh dengan emosi.

"Setelah wanita ini memfitnah istrimu. Kau tak mampu membela kehormatannya, sekarang kau mau aku minta maaf di mana otak mu?!" pekik Amara.

Dia melotot saat menatap wanita di depannya. Meski masih meringis kesakitan, wanita itu masih tak mau pergi.

"Perempuan sundal, kau berani menghajar-ku. Lihat apa yang akan dilakukan Yanto, saat dia tau perbuatan mu ini!" teriak wanita itu.

Dia menunjuk wajah Amara. Membuatku takut, karena dia menyebut nama anaknya yang terkenal kejam.

"Bagus, kita lihat sehebat apa anak lelaki mu itu. Jangan sampai aku memakaikan baju perempuan padanya."

Semua orang terkejut mendengar ucapan Amara. Kalau begini, aku tak akan bisa menolong istriku lagi.

"Amara, kau minta maaf saja. Jangan sampai terlibat dengan Yanto, kau kan tau perangai pria itu," ucapku pelan.

Amara seolah tak perduli, dia segera pergi dan tak jadi masuk ke dalam warung bakso. Aku hanya mengekor dari belakang takut dia marah lagi.

"Amara, tolong berpikirlah. Ini demi keselamatan mu juga, tak masalah minta maaf saja."

Aku menutup mulut saat Amara berbalik dan menatap ke arahku. Dia benar-benar keras kepala, aneh biasanya dia tak seganas ini kalau marah. Kenapa dia bisa berubah seperti ini.

"Kau tak perlu takut, Mas. Biar aku yang menangani semua masalah ini, bukankah sudah biasa aku yang menghadapi segalanya."

Amara berkata dengan nada sinis. Aku heran sebenarnya apa yang dia maksudkan, dari tadi dia bicara tapi tak ada yang aku mengerti.

"Aku mohon kalau bicara yang jelas. Aku tak paham apa yang kau katakan, aku hanya minta kau minta maaf, agar masalah tadi tak semakin panjang. Aku takut berandalan kampung itu akan menganggu kita." Aku mencoba menjelaskan, namun Amara seperti tak mau mengerti. Dia masih terlihat tak perduli padaku.

"Terus uang gajiku kenapa kau tinggal begitu saja. Seharusnya kau simpan sebelum pergi, kalau hilang bisa habis kita."

Aku terkejut karena tiba-tiba Amara berhenti berjalan. Dia menatapku dengan heran entah karena apa.

"Kita?" tanyanya.

"Iya kita, kau kan tau cicilan harus di bayar dengan uang itu. Kalau tidak bisa kacau semuanya." Kali ini Amara terlihat mengerti apa yang aku ucapkan. Baguslah, jadi dia tau harus melakukan apa dengan uang itu.

"Kadang aku heran, Mas? Sebenarnya kau punya otak atau tidak? Aku sudah sangat lelah dengan semuanya. Bagaimana kalau kita berpisah saja?"

Aku terkejut mendengar ucapan Amara. Dia seolah begitu ringan saat meminta pisah, apa tak terpikir susahnya menjadi janda. "Kalau bicara dijaga, jangan sampai di kabulkan Tuhan. Kau tak mau kan menjadi janda di usia muda?"

Aku menatapnya yang terlihat menarik napas. Terlihat kalau dia tengah memikirkan ucapanku, makanya dia hanya bisa diam saja sekarang.

"Apa kau pikir, sekarang ini aku tak seperti janda, Mas. Akan lebih baik aku sendiri, tanpa harus memikirkan nasib anak orang."

Aku terpaku mendengar ucapan Amara. Karena itu aku segera berlari mengejarnya, namun mataku melotot melihat siapa yang berdiri di depan rumah kami. "Bagus, akhirnya kalian sampai juga."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Berani Menyentuh Keluargaku Rasakan Akibatnya..

    Bagi orang tua hidup sudah lebih dari cukup asal ada anak dan cucu. Setelah memastikan aku dan Ikhram akan membawa anak-anak mengunjungi mereka saat liburan, kakek Ikhram membujuk mama Ikhram agar setuju pergi ke perkebunan teh kami. Meski terlihat tak ikhlas, tapi mama Ikhram akhirnya setuju. Aku dan Ikhram membawa anak-anak mengantar mereka langsung ke perkebunan, awalnya mau menaiki pesawat tapi anak-anak malah mau naik mobil. Alhasil kami membutuhkan tiga hari perjalanan untuk sampai ke perkebunan. Kemudian kami menghabiskan waktu yang tersisa hingga weekend baru kami kembali. Kali ini kami kembali menaiki pesawat, meski tak tega tapi aku menguatkan hati saat meninggalkan kakek dan mama Ikhram. "Mama masih belum menyerah, beberapa hari ini dia mencoba membuatmu merasa bersalah. Untungnya istriku sudah lebih cerdas jadi tidak tertipu lagi, kalau tidak aku akan pusing memikirkan cara menyadarkan mama." Ikhram memelukku, sembari berjalan ke dalam ruang tunggu. Sedangkan di depan

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   pembalasan Ikhram.

    Melihat istri dan anak hampir celaka, di depan mata dan tanpa bisa berbuat apa-apa membuat Ikhram trauma. Setiap kali memejamkan mata dia akan bermimpi buruk, hal itu sudah terjadi selama dua hari ini.Merasa tertekan dan tidak beristirahat dengan tenang, semakin membuatnya frustasi. Hasilnya dalam jangka waktu singkat Ibu kota gempar, dua perusahaan besar dan dua keluarga kelas atas jatuh dalam sekejap. ARTAMA grup mengeksekusi perusahaan Sam dan kakek Ikhram. Tentu saja hal itu menambah masalah baru, namun itu justru membuat Ikhram merasa puas. Aku hanya bisa melihat kepuasannya, karena aku tau rasa sakit yang dia rasakan selama ini."Apa kau yakin akan bertarung dengan kakek dan juga ... Mama?" tanyaku lagi saat menemaninya istirahat, di kamar yang ada dalam ruang kerjanya."Jangan lupa ada Sam juga, kalau merasa iba kau bisa mengatakannya sekarang." Ikhram menyentuh daguku, lalu memberi kecupan di bibir dengan lembut. Mendengar nama Sam di sebut membuatku bingung, "Ada hubungan

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Hampir Celaka.

    Waktu bersantai bagi seorang wanita yang sudah menikah dan punya anak adalah hal yang paling mewah. Satu atau dua jam untuk menenangkan diri, itu sudah lebih dari cukup bagi mental yang kadang sedikit tertekan. Setelah menyingkirkan Ikhram, akhirnya aku bisa memuaskan diriku dengan belanja dan makan enak. Setelah dua jam menjelajahi jalanan, akhirnya aku pergi ke perusahaan Ikhram dengan membawa satu cup besar boba dan satu kotak besar aneka kue potong. Aneka kue dengan bermacam-macam cream. Ada cream coklat, stroberi dan juga moka, aku tertarik melihatnya jadi membelinya. Siapa sangka ternyata jumlahnya cukup banyak, sebelum Ikhram melihatnya aku akan menyimpannya di pantry saja. Sore baru aku bawa pulang, tentu saja tanpa sepengetahuan suamiku itu. Setelah sampai depan lobby aku celingak-celinguk untuk melihat situasi, jangan sampai kepergok Ikhram yang kadang muncul macam jelangkung itu. Dia kadang bisa muncul kapan saja dan dimana saja, tanpa bau dan tanpa suara pas kan

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Dijadikan Pion melawan Ikhram.

    Melihat orang gila di rumah sakit jiwa lebih baik, daripada melihat mertua yang mengila, karena tidak bisa melawan menantunya. Aku hanya diam saat melihat mertuaku menangis seperti anak kecil, melihatnya seperti itu membuatku berpikir, apa aku benar-benar tertipu oleh penampilannya ketika pertama kali bertemu. Saat itu mertuaku itu terlihat begitu menderita, dengan wajah pucat yang seperti kurang darah, namun sekarang penampilannya terlihat berubah drastis. Ibarat Kucing telah berubah menjadi Singa, tatapannya juga lebih tajam dan juga kejam. "Aku mamamu, wanita yang melahirkanmu. Apa pantas kau perlakukan seperti ini, hanya demi wanita yang baru kau nikahi?" tanya mama Ikhram dengan sinis. "Aku sudah lama menikahinya, Ma. Dia juga orang yang berdiri di sampingku saat terpuruk dulu, andai tak ada dia aku tak akan berdiri tegak seperti ini di depan mama saat ini." Ikhram memegang tanganku dengan erat. Aku menepuk punggung tangannya agar dia tenang, saat ini kami benar-benar d

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Tidak Belajar Dari Pengalaman.

    Ujian pernikahan setiap orang berbeda, ada yang diuji dengan anak, suami bahkan dari sang istri. Sedangkan aku, ujian pernikahanku masih sama, baik pernikahan pertama ataupun yang kedua, aku diuji dengan mertua dan wanita kedua. Ujian itu kembali datang, mungkin karena di pernikahan pertama aku gagal mengatasinya. Sedangkan di pernikahan kedua ini, aku bertekad untuk melawan ujian itu, tentu saja dengan dukungan suamiku Ikhram. Sedangkan di pernikahan pertamaku dulu, Bram tidak hanya membantuku mengatasi ujian tersebut, tapi dia justru membuatku putus asa. Sehingga aku menyerah dan memilih bercerai. "Berjuanglah jika memang sudah memilih untuk bertahan, bapak juga setuju jika kau melawan orang yang ingin menghancurkan pernikahanmu. Begitu juga ketika Ikhram tidak lagi mendukungmu, kami bersedia menerimamu kembali pulang," ujar bapak dengan mantap. Ikhram memeluk pinggangku dan berjanji pada bapak dan ibu, bahwa dia tidak akan membiarkan aku berjuang sendiri. Dia bahkan berani

  • Setelah Istriku Berkata Lelah.   Ikhram Melihat Kebusukan Ibunya.

    Ketenangan, sepertinya menjadi sebuah hal yang paling berharga, sehingga begitu sulit untuk aku dapatkan. Hanya dalam waktu seminggu akhirnya wanita itu datang tanpa diundang. Dengan wajah angkuhnya dia menatap, rumah yang aku tempati sekarang. Senyum sinis juga terukir di bibirnya, lalu mulutnya pun mulai berkicau dengan nada penuh penghinaan. "Pantas kau begitu percaya diri, saat meninggalkan rumah putraku. Ternyata kau memiliki cadangan, untuk hidup senang dengan menumpang pada seorang pria. Sudah berapa lama kau bersamanya, jangan-jangan kalian sudah bersama ketika masih bersama dengan Ikhram?" tanyanya sinis. "Aku rasa Kau tidak perlu tahu sejak kapan aku bersamanya, sama seperti ketika kau pergi dan melupakan putramu. Waktu yang kau perlukan untuk pergi cukup banyak, tapi mengapa baru sekarang kau kembali. Apa mungkin tiada paksaan saat itu, jangan marah karena kenyataannya hanya kau yang tahu apa yang terjadi saat itu," ujarku tak mau kalah. "Kau benar-benar wanita kura

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status