Share

4. AKU PERGI

Author: A mum to be
last update Last Updated: 2024-11-06 05:59:45

Raka terbangun oleh suara samar di lantai bawah, suara yang asing namun memanggil nalurinya untuk bangkit. Jam menunjukkan pukul 3 dini hari. Di rumah itu, hanya ada dirinya dan Sarah, tetapi malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, seolah ada sesuatu yang hilang tanpa suara.

Ia turun perlahan, mendapati lampu ruang tamu masih menyala. Di meja ada secangkir teh yang sudah dingin, dan sebuah kotak kecil dengan secarik kertas tergeletak di sampingnya. Raka merasa dadanya berdebar tak nyaman.

“Sarah?” panggilnya lirih. Namun, tak ada jawaban.

Raka melangkah ke ruang tamu, melihat ke sekeliling, dan yang tersisa hanyalah kesunyian yang pekat. Dengan ragu, ia membuka kotak kecil itu. Di dalamnya, terdapat seutas kalung yang pernah ia berikan saat pertama kali mereka menikah. Sebuah simbol kecil yang selama ini mungkin tak bermakna baginya, tapi jelas menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi Sarah. Dan di sebelahnya, terdapat secarik kertas dengan tulisan tangan Sarah.

Raka menelan ludah, membaca perlahan tulisan di sana:

Mas Raka, aku tahu bahwa kehadiranku mungkin tidak pernah benar-benar berarti bagimu. Aku tahu, kita menikah bukan atas dasar cinta, melainkan karena sebuah tanggung jawab yang berat. Tapi selama ini, aku tetap berusaha, Mas. Aku berusaha untuk membuatmu bahagia, berharap suatu hari kamu akan melihatku seperti yang dulu kamu lihat pada seseorang yang kini kembali hadir di hidupmu.

Namun, mungkin aku terlalu banyak berharap. Sudah cukup bagiku untuk menyadari satu hal: aku tidak pernah ada di dalam hatimu."

Aku memutuskan pergi, Mas. Aku harap kepergianku ini bisa memberimu waktu untuk menemukan apa yang benar-benar kamu inginkan. Jangan mencariku. Aku akan belajar merelakan semua ini.

Selamat tinggal.

Raka menggenggam kertas itu erat-erat, jantungnya berdegup tak karuan. Pikirannya berputar. Mungkinkah Sarah benar-benar pergi? Secepat itu? Ia mencoba mengingat percakapan mereka kemarin malam, ketika Sarah menyiratkan keinginan untuk memberinya ruang. Namun ia tidak pernah menyangka keputusannya akan seserius ini.

Perlahan, Raka duduk di sofa, perasaan yang tak pernah ia kenal sebelumnya menyeruak dari dadanya. Kepergian Sarah meninggalkan ruang kosong yang tak bisa ia pahami. Tanpa Sarah, rumah itu terasa asing. Ia mulai memutar ulang dalam ingatannya, hari-hari ketika ia merasa tak peduli, saat ia lebih memilih meninggalkan rumah atau terdiam daripada berbicara dengannya.

Seketika, sebuah perasaan bersalah mulai merayapi pikirannya. Wajah Sarah, dengan senyum lembutnya, terlintas di benaknya, dan kata-kata terakhirnya dalam surat itu terasa lebih pedih daripada yang bisa ia bayangkan.

Ia membuka ponselnya, mencari kontak Sarah, lalu mengetik pesan singkat:

[Sarah, kamu di mana?]

Namun tak ada tanda-tanda pesan itu terkirim, seolah-olah Sarah sudah memutuskan semua yang pernah menghubungkan mereka.

Hari-hari berlalu dan bayangan Sarah masih membayang di setiap sudut rumah. Setiap kali Raka membuka lemari, menyentuh piring, atau sekadar menatap ruang kosong di ruang tamu, ia merasakan ketidakhadiran Sarah sebagai rasa sakit yang tak bisa diabaikan.

“Dia pergi sementara,” jawab Raka ketika Rini, ibu tirinya bertanya.

Rini melipat tangannya, tatapannya tajam, dan senyuman sinis pun mulai terlihat. “Kamu tahu, Raka, mungkin ini yang terbaik. Kepergian Sarah justru memberi kesempatan bagimu untuk bernafas. Siapa yang butuh beban seperti dia? Kamu bisa lebih fokus pada dirimu sendiri dan masa depan.”

Raka merasa hatinya tercekat. “Ibu, jangan bilang seperti itu. Sarah…” Ia terhenti, sulit mengungkapkan perasaannya. “Dia tetap istriku, meski kita menikah bukan karena cinta.”

“Bisa jadi itu alasan yang baik,” Rini menjawab dengan nada dingin. “Sekarang kamu punya kesempatan untuk mencari apa yang kamu inginkan. Bukankah Nadia selalu ada untukmu?”

Nama Nadia menggema di telinga Raka, dan perasaan bersalah mulai melanda. Dia mengingat kenangan-kenangan indah yang dibagikannya dengan Nadia, bagaimana mereka berbagi tawa dan cerita. Namun, bayangan Sarah tetap menghantui pikirannya. Raka tidak bisa sepenuhnya melupakan betapa dalamnya cinta yang pernah ada, meski itu sudah rusak.

Rini melanjutkan, “Nadia sudah menunggumu, Raka. Dia perempuan yang lebih pantas untukmu. Jika kamu tidak memperdulikan Sarah, jangan ragu untuk melangkah maju.”

Raka berusaha untuk tidak terpengaruh. Dalam hatinya, dia merasa bingung antara rasa sakit dan keinginan untuk maju. Akankah semua ini memang keputusan yang tepat? Akankah kepergian Sarah memberi ruang bagi sesuatu yang lebih baik?

Hari-hari berlalu tanpa Sarah, dan Raka merasa terasing. Dia sering menjumpai Nadia. Mereka mulai berbincang lebih sering, dan Raka merasa seolah ada cahaya baru yang masuk ke hidupnya. Namun, rasa bersalah selalu mengikutinya, terutama saat teringat akan surat yang ditinggalkan Sarah.

“Raka,” Nadia memanggil saat mereka duduk di kafe dekat kampus, matanya menatap dalam ke arah Raka. “Kamu baik-baik saja? Ada yang dipikirin?”

Raka mengangguk, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. “Ya, hanya… banyak yang terjadi belakangan ini.”

Nadia menjulurkan tangannya, meraih tangan Raka. “Kamu tahu, aku di sini untukmu. Aku tidak ingin kamu merasa sendirian.”

Tindakan kecil itu menghangatkan hati Raka, tapi dia teringat kembali pada Sarah. Seketika, dia merasa terjebak antara dua dunia—satu dengan rasa sakit yang mengikatnya, dan satu lagi dengan harapan baru yang mungkin takkan pernah sepenuhnya dia terima.

Saat Raka bersandar di kursinya, merasakan tatapan Nadia yang penuh perhatian, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dengan cepat, dia mengeluarkan ponsel dari saku, dan saat melihat layar, dunia seolah terhenti.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   175. TANDA PERPISAHAN (TAMAT)

    Hari itu, udara terasa begitu tenang. Raka dan Sarah tengah duduk berdua di ruang keluarga, ditemani oleh Nasha yang sedang bermain dengan mainan di lantai. Meskipun suasana terasa begitu damai, ada sesuatu yang terasa berat di hati Raka. Ada semacam pertanda yang tak terucapkan, seolah dunia sedang mengingatkan mereka untuk lebih menghargai waktu yang ada. Beberapa hari sebelumnya, mereka baru saja merayakan ulang tahun pertama Nasha dengan penuh kebahagiaan. Momen itu, yang dipenuhi dengan tawa anak-anak panti asuhan dan sentuhan kasih sayang keluarga besar, memberikan Raka dan Sarah sebuah pemahaman baru tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Pak Herman kini mendatangi Raka yang sedang bersantai di taman belakang. Suaranya yang berat dan penuh makna terasa sangat berbeda dari biasanya. “Raka, ada hal penting yang ingin Papa sampaikan padamu,” kata Pak Herman saat teleponnya berbunyi. Suaranya terdengar agak lemah, namun tetap penuh kehangatan. Raka segera duduk tegak, khawat

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   174. ULANG TAHUN PERTAMA NASHA

    Hari itu, langit tampak cerah, seakan ikut merayakan hari istimewa dalam keluarga kecil Raka dan Sarah. Nasha genap berusia satu tahun. Bukan pesta besar yang mereka persiapkan, tetapi sebuah acara syukuran sederhana yang penuh makna. Raka dan Sarah sepakat untuk merayakan ulang tahun pertama putri mereka dengan berbagi kebahagiaan di sebuah panti asuhan.Panti asuhan itu bukan tempat yang asing bagi mereka. Sejak kejadian penculikan Nasha dan konspirasi Bu Rini yang membuat mereka hampir kehilangan segalanya, Raka dan Sarah lebih banyak merenungi arti keluarga dan kasih sayang. Mereka ingin mengajarkan kepada Nasha bahwa kebahagiaan sejati bukan hanya tentang perayaan mewah, tetapi juga tentang berbagi dengan mereka yang kurang beruntung.Pagi itu, suasana panti asuhan sudah mulai ramai. Anak-anak di sana terlihat bersemangat menyambut kedatangan tamu istimewa mereka. Beberapa dari mereka bahkan sudah mengenal Sarah dan Raka karena kunjungan-kunjungan sebelumnya. Pak

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   173. AKHIRNYA ..

    Setelah berhasil menyelamatkan Nasha dari tangan penculiknya, Raka, Sarah, dan Jeno kembali ke tempat persembunyian sementara mereka. Malam itu mereka beristirahat sejenak, meski pikiran mereka masih dipenuhi ketegangan. Namun, mereka tahu bahwa semua ini belum benar-benar berakhir.Keesokan paginya, Jeno menerima laporan dari timnya bahwa beberapa anak buah Bu Rini yang terlibat dalam penculikan telah tertangkap. Namun, dalang utama di balik kejadian ini masih menjadi misteri."Aku sudah melacak transaksi dan komunikasi mereka. Satu nama yang terus muncul adalah seorang pria bernama Anton," kata Jeno dengan serius. "Dia adalah tangan kanan Bu Rini yang selama ini bekerja di balik layar. Sepertinya dialah yang mengatur segalanya."Raka mengepalkan tangannya. "Jadi, dia yang selama ini mengancam keluargaku?"Jeno mengangguk. "Dia sangat licin dan punya banyak koneksi. Tapi aku sudah menghubungi seseorang yang bisa membantu kita menangkapnya."Tak la

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   172. APAKAH ADA TITIK TERANG?

    Malam semakin larut, tetapi Raka, Sarah, dan Jeno masih terjaga. Pikiran mereka penuh dengan kekhawatiran dan strategi. Pesan singkat yang baru saja diterima Raka seolah menjadi alarm bahwa mereka tidak memiliki banyak waktu lagi."Kita harus menemukan keberadaan mereka sebelum mereka melakukan sesuatu yang lebih gila," kata Jeno dengan nada serius. "Aku sudah menghubungi seseorang yang pernah bekerja untuk Bu Rini. Dia setuju untuk bertemu, tapi dengan syarat kita harus berhati-hati."Raka mengangguk. "Di mana kita bisa menemuinya?""Sebuah gudang tua di pinggiran kota. Dia bilang tempat itu aman, jauh dari pantauan orang-orang yang mungkin bekerja untuk Bu Rini," jawab Jeno.Sarah menggenggam tangan Raka erat. "Aku takut, Mas. Bagaimana jika ini jebakan?"Raka menatap dalam ke mata istrinya. "Kita tidak punya pilihan lain, Sayang. Ini satu-satunya petunjuk yang kita punya. Aku janji, aku tidak akan membiarkan apa pun terjadi padamu atau Nasha."Jeno menghela napas. "Baiklah, kita be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   171. SIAPA DALANGNYA?

    Sarah menggigit bibirnya, mencoba menahan isak tangis yang hampir pecah lagi. Raka masih duduk di sebelahnya, ponsel di tangannya terasa dingin, seperti ancaman yang baru saja mereka terima. Jeno, yang berdiri di seberang mereka, mengetik sesuatu di ponselnya dengan cepat. Pria itu kemudian menatap Raka dengan sorot mata penuh kewaspadaan."Aku sudah menghubungi seseorang untuk melacak sumber video itu. Butuh waktu, tapi kita akan menemukan mereka," kata Jeno dengan suara dalam.Raka mengangguk, tangannya masih menggenggam jemari Sarah erat. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh Nasha lebih lama lagi. Tapi kita harus berhati-hati, mereka jelas tahu pergerakan kita."Sarah menelan ludah, mencoba mengusir rasa takut yang menggerogoti hatinya. "Siapa yang cukup kejam untuk melakukan ini, Mas? Aku yakin ini bukan Ratna. Dia ada di penjara. Lalu siapa?"Hening. Raka menatap Sarah, begitu pula Jeno. Tidak ada yang bisa menjawabnya saat itu.Namun, di balik keheningan itu, otak Raka be

  • Setelah Istriku Memilih Pergi   170. NASHA DICULIK

    "NASHA?"Suara Sarah memekik lantang. Tangannya gemetar saat ia melihat layar ponselnya. Tak lama kemudian, sebuah kiriman video berputar otomatis, menampilkan seorang bayi mungil berusia tiga bulan yang menangis keras. Mata Sarah membelalak, napasnya tercekat. Itu Nasha. Anak mereka telah diculik.Raka segera meraih ponsel dari tangan Sarah, matanya membelalak saat melihat rekaman itu. Nasha berada di dalam ruangan yang remang-remang, hanya diterangi cahaya redup dari lampu gantung. Tangisan bayi mereka menggema, membuat dada Sarah dan Raka terasa sesak. Tak ada suara lain dalam video itu, hanya isakan kecil yang semakin memilukan.Sebuah pesan muncul sesaat setelah video berakhir."Kalian ingin Nasha kembali? Jangan hubungi polisi. Kami akan memberitahu langkah selanjutnya."Sarah menatap Raka dengan wajah penuh ketakutan. "Mas... kita harus melakukan sesuatu. Nasha masih kecil, dia butuh kita."Raka mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyen

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status