Home / Rumah Tangga / Setelah Kamu Pilih Dia / Di Balik Layar Kebahagiaan

Share

Di Balik Layar Kebahagiaan

Author: Lina Astriani
last update Last Updated: 2025-08-03 12:06:07

Hari itu matahari bersinar cerah. Langit biru tanpa awan, seolah tahu bahwa hari ini adalah hari istimewa bagi Dinda dan Rayhan.

Pagi-pagi sekali mereka sudah tiba di rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Rayhan menggenggam tangan Dinda erat, seolah takut istrinya menghilang jika sedikit saja lengah.

“Deg-degan ya?” tanya Rayhan sambil melirik Dinda yang duduk di ruang tunggu.

“Banget. Tapi juga nggak sabar,” balas Dinda. Ia menatap layar antrean yang semakin mendekati giliran mereka.

Tak lama, nama Dinda dipanggil. Mereka masuk bersama. Seperti biasa, Rayhan berdiri di samping tempat tidur saat Dinda berbaring dan dokter mulai melakukan pemeriksaan USG.

“Kita lihat ya, bagaimana kondisi si kecil,” ucap dokter dengan ramah.

Beberapa detik sunyi. Lalu terdengar suara detak jantung yang cepat namun teratur dari alat monitor. Dinda dan Rayhan saling pandang. Matanya berbinar.

“Detaknya kuat,” kata dokter. “Dan posisinya juga bagus. Oh, lihat ini…”

Seketika gambar kecil muncu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Bisikan Hati yang Terhubung

    Hari semakin siang, sinar matahari yang masuk lewat jendela mulai menghangatkan ruang tamu. Dinda dan Rayhan duduk berdampingan di sofa, masing-masing memegang buku cerita anak yang sudah sering mereka baca bersama-sama. Si kecil yang tadi tidur pulas, kini terlelap di dalam ayunan kecil di sudut ruangan.Dinda menatap lembut suaminya, lalu tersenyum kecil. “Han, kamu tahu nggak? Kadang aku merasa si kecil ini sudah bisa merasakan perasaan kita, bahkan sebelum ia lahir.”Rayhan mengangguk, matanya ikut berbinar. “Iya, aku juga merasa begitu. Mungkin dia tahu betapa kita mencintainya.”Dinda menarik napas, kemudian menempelkan telapak tangannya di perut yang membesar. “Kadang aku takut, Han. Takut kalau aku nggak bisa jadi ibu yang baik, atau kalau kamu merasa kita berdua nggak cukup kuat menghadapi semuanya.”Rayhan menggenggam tangan Dinda erat. “Kita nggak sendiri, Din. Aku di sini, selalu ada buat kamu dan anak kita. Kita akan belajar bersama-sama, menghadapi semuanya.”Dinda menat

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Cemburu Sama Bayi

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap lembut melalui celah tirai, menghangatkan suasana kamar yang dipenuhi aroma khas bayi. Dinda duduk di ujung ranjang, menggendong si kecil yang tampak nyaman dalam balutan selimut tipis. Tangannya yang mungil menggenggam jari ibunya, seolah tak mau lepas.“Selamat pagi, sayang. Tidurnya nyenyak, ya?” suara Dinda lembut, penuh kehangatan. Matanya berbinar setiap kali bibir mungil itu bergerak, meski belum bisa mengucapkan kata-kata.Si bayi tersenyum samar, mengeluarkan suara “guu… aa…” yang membuat hati Dinda meleleh. “Iyaaa, Mama juga kangen sama kamu,” lanjutnya, seperti sedang mengobrol dengan teman lama. Setiap gerakan kecil, setiap tatapan mata si bayi, selalu ia sambut dengan obrolan panjang seakan mereka benar-benar saling mengerti.Di meja dekat jendela, Rayhan duduk sambil meneguk kopi. Tatapannya terarah penuh pada pemandangan itu—istrinya yang begitu bahagia berbicara dengan sang buah hati. Sekilas, senyum hangat tersungging di bibirnya. T

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Gerakan Pertama

    Pagi itu, sinar matahari masuk malu-malu lewat celah gorden kamar. Dinda baru saja selesai membereskan ranjang ketika ia merasakan sesuatu yang aneh di perutnya. Awalnya seperti gelembung kecil yang pecah di dalam, lalu seperti ada yang menyentil pelan dari dalam.Ia berhenti bergerak. “Hah?” Tangannya refleks memegang perut.Awalnya ia pikir itu cuma efek lapar atau pencernaan. Tapi kemudian… duk! — ada gerakan kecil lagi, kali ini lebih terasa. Matanya langsung membesar.“Rayhan! Rayhaaan!” teriaknya setengah panik, setengah girang.Rayhan yang sedang di ruang tamu buru-buru masuk, wajahnya penuh tanda tanya. “Kenapa? Kamu kenapa, Sayang?”Dinda masih menatapnya dengan ekspresi campuran antara kaget dan haru. “Dia… dia gerak!”Rayhan terdiam sepersekian detik sebelum matanya ikut membesar. “Serius?!” Ia langsung mendekat, berlutut di depan Dinda, lalu menempelkan telinganya di perut istrinya. “Mana? Coba… aku mau rasain.”Dinda menahan tawa melihat ekspresi Rayhan yang serius sepert

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Detak Jantung di Ruang Keluarga

    Sore itu, ruang keluarga di rumah orang tua Rayhan terasa berbeda. Biasanya suasana riuh hanya terjadi saat lebaran, tapi kali ini semua berkumpul tanpa alasan formal—dan itu membuat rasa penasaran menggantung di udara.Mama Rayhan duduk di kursi favoritnya, menatap Dinda dan Rayhan dengan tatapan penuh tanya. Papa Rayhan, seperti biasa, duduk di sudut sofa sambil membaca koran, tapi dari tadi matanya lebih sering melirik ke arah mereka berdua. Kak Raka yang baru datang dari Bandung masih mengenakan jaket kulitnya, terlihat santai tapi jelas penasaran. Bahkan Tante Mira, yang biasanya hanya muncul kalau ada pesta, sudah duduk manis di kursi tamu, lengkap dengan ekspresi dramatisnya.“Jadi…” Mama Rayhan akhirnya membuka suara. “Apa yang mau kalian sampaikan? Semua dikumpulin begini, Mama kira ada pengumuman penting.”Rayhan menatap Dinda, lalu menggenggam tangannya. “Iya, Ma. Ini memang penting.”Tante Mira langsung memotong, “Jangan bilang kalian mau pindah ke luar negeri?!”“Bukan, T

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Detak yang Ditunggu

    Pagi itu udara terasa segar, sinar matahari menembus tirai tipis kamar. Dinda sudah bangun lebih dulu, duduk di tepi ranjang sambil memegangi perutnya yang kini mulai terlihat membesar. Ada rasa gugup dan bahagia yang bercampur jadi satu.Hari ini adalah jadwal kontrol kandungan, dan Rayhan bersikeras ingin ikut. Ia sudah mengosongkan jadwal kerjanya sejak semalam, bahkan bangun lebih pagi untuk memastikan semuanya siap.“Udah siap, sayang?” Rayhan muncul dari kamar mandi, rambutnya masih sedikit basah, tapi raut wajahnya penuh antusias.Dinda tersenyum kecil. “Kayak mau lomba lari aja, semangat banget.”“Tentu dong. Hari ini aku mau lihat anak kita lagi,” jawab Rayhan sambil meraih kemejanya.Di perjalanan menuju rumah sakit, tangan Rayhan tak lepas menggenggam tangan Dinda. Ia terlihat tenang, tapi matanya penuh rasa penasaran. Sesampainya di ruang pemeriksaan, dokter menyambut dengan senyum ramah.“Selamat pagi, Bu Dinda, Pak Rayhan. Siap lihat perkembangan si kecil?” tanya dokter

  • Setelah Kamu Pilih Dia   Surat dari Masa Lalu

    Beberapa hari setelah Dinda mulai bisa makan dengan nyaman, suasana rumah kembali cerah. Rayhan rajin membuatkan sarapan, bahkan kadang mencatat menu sehat dari internet demi memastikan janin di perut Dinda tumbuh sempurna. Namun hari itu, sebuah kejutan datang mengetuk.Dinda sedang menyapu halaman ketika tukang pos datang.“Surat, Bu. Untuk Bu Dinda Amelia,” katanya sambil menyerahkan amplop krem dengan tulisan tangan rapi.Dinda mengernyit. Sudah lama tidak ada yang mengiriminya surat. Ia membawa amplop itu ke dalam, duduk di sofa, lalu membukanya dengan hati-hati.Begitu membaca nama pengirim di bagian akhir surat, tubuhnya langsung menegang.Zaki.Zaki. Nama itu terasa seperti hantu dari masa lalu. Mantan tunangan yang dulu sempat hampir menjadi suaminya, sebelum semua kacau karena pengkhianatan.Dengan tangan bergetar, Dinda mulai membaca:Untuk Dinda Amelia,Mungkin kamu kaget menerima surat ini. Tapi aku harus menulis, karena ada satu hal yang selama ini mengganjal.Aku tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status