"Kenapa kamu membawaku ke sini?" tanya Lilian.
Ia mengira Victor akan membawanya kembali ke kastil, tapi ternyata malah ke Apartment pria itu. Sambil tersenyum memikat Victor menutup jarak di antara mereka, dan Lilian memekik pelan saat tiba-tiba kedua lengan Victor telah merangkul pinggangnya dan menariknya hingga bagian bawah mereka saling menempel, "Ingat kamu adalah istriku bukan istri Rino, tentu saja aku akan membawamu ke Apartmentku ini. Apa kamu lebih senang tinggal di kastil tua dan berhantu itu?" tanyanya dengan lembut. "Tidak, tentu saja aku akan ikut denganmu. Aku hanya ... " "Hanya apa?" Alih-alih menjawab Victor, Lilian malah memeluk erat Victor. Menghirup aroma pria itu yang teramat sangat ia rindukan, pria yang ia kira tidak akan pernah ia miliki. Tapi pada akhirnya Lilian masih dapat memeluk Victor, ia kembali merasakan kedamaian itu, rasa terlindungi di dalam dekapan lengan pMeski lokasinya lumayan jauh dari Istanbul, tapi landscape yang dipenuhi dengan perbukitan uniik di sepanjang mata memandang, membuat Halwa dan Lilian tak henti-hentinya berdecak kagum. Awalnya suami-suami mereka ingin mereka naik balon udara yang berbeda, tapi Halwa dan Lilian menolaknya. Mereka ingin menikmati keeksotisan Cappadocia itu bersama-sama, membuat Edzhar dan Victor memberengut kesal karenanya. Bagaimanapun juga, jika mereka naik di balon yang sama, tidak akan ada privasi untuk mereka. Sementara Edzhar dan Victor berniat mencium istri mereka saat balon udara itu telah mencapai ketinggian. "Aku tahu yang apa yang menyebabkan kerutan dalam di keningmu itu," bisik Victor sambil melihat Lilian dan Halwa yang masih asik menikmati pucuk-pucuk pilar batu raksasa yang terlihat mempesona. JIka dilihat dari ketinggian ini, bentuknya menyerupai kerucut, persis sekali dengan rum
"Selain pintar menghindar, sekarang kamu sudah mulai pintar mengalihkan pembicaraan juga yaa ... " kekeh Edzhar saat melepaskan c1uman mereka. Halwa membuka satu-persatu kancing kemeja Edzhar, "Aku belajar banyak darimu, Ed," akunya sambil menjatuhkan kemeja suaminya itu ke lantai. "Aku masih merindukanmu ... Dan aku hanya mau kita berdua saja sekarang di kamar ini, well mungkin dengan calon anak kita juga, karena kita belum bisa membujuknhya untuk bermain di luar," lanjutnya. Halwa memekik pelan saat tiba-tiba Edzhar membopongnya, "Aku mau mulai permainan itu sekarang!" serunya. "Iya, tapi turunkan aku dulu, aku bisa jalan sendiri, Ed." "Kamu harus menghemat tenagamu untuk berjaga-jaga kalau rasa mual itu kembali lagi. Jadi biar aku isi lagi tenagamu itu dulu!" elak Edzhar. "Ak
"Aku tidak enak dengan Anne, Ed. Anne baru saja datang masa aku harus meninggalkannya," keluh Halwa saat ia dan Edzhar telah sampai di kamar mereka. Edzhar memastikan pingtu kamar itu telah terkunci sebelum melangkah mendekati istri yang teramat sangat ia rindukan itu, "Anne pasti mengerti apa yang sebenarnya ingin aku lakukan padamu," kekeh Edzhar, "Aku ingin kita melanjutkan permainan kita tadi berdua saja, Aşkım, lanjutnya sambil tersenyum menggoda. Halwa kembali mendengus pelan, "Aku sudah mencium bau modusmu itu!" Sambiil terkikik geli Halwa menghindari tangan Edzhar yang hendak meraihnya, "Ah, sudah pintar menghindar kamu sekarang yaa?" Halwa menahan Edzhar saat suaminya itu hendak mendekat dan memeluknya, "Maaf, Ed. aku mual sekali!" serunya sebelum lari ke kamar mandi. "Jangan lari, Wa. Nanti kamu jatuh!" Edzhar mengejar Halwa
Tatapan dongkol Edzhar, Levin dan Ethan terarahkan pada sahabat mereka Victor yang baru saja keluar dari kamarnya, dan dengan santainya duduk di depan mereka tanpa satupun ucapan maaf yang keluar dari mulutnya, karena telah membuat mereka menunggunya lama. "Kenapa kalian masih di sini?" tanya Victor membuat ketiga sahabatnya itu semakin dongkol, "Kenapa kami masih di sini? Tentu saja kami menunggu penjelasan darimu, Vic! Dan apa yang telah menyita waktumu di dalam hingga membuat kami menunggumu di sini sampai jamuran!" keluh Edzhar. "Dan jangan lupakan, kalau kami terkurung di sini, di apartment terkutukmu ini karena kenekatan kami yang membantumu menculik istri dari kakakmu! Dan bahkan setelah kau dan Lilian berhasil kaburpun kami masih harus tetap menunggumu bermesraan dengan iparmu itu!" tambah Levin tidak kalah dongkolnya dengan Edzhar. "Dan kau telah menghilangkan kesempatanku menghabiskan malam bersama dengan model ca
Setelah Anne Neya sampai, mereka pun memulai permainan itu. Mereka berbaris dengan Edzhar yang menghadap dinding dengan sebuah kertas kosong yang di tempel di depan matanya, kertas kosong yang juga ditempelkan di punggung Edzhar dan juga anne Neya. Mereka berbaris rapi seperti gerbong kereta api sambil memegang spidol di tangan mereka masing-masing. Sementara Vanessa dan Edson yang telah mengetahui apa yang akan ditulis Halwa terlihat menggelengkan kepalanya sambil cekikikan saat Edzhar membujuk mereka untuk memberitahu kata yang akan ditulis anne mereka. "Jangan nge-cheat, Ed!" keluh Halwa. "Jangan lupa kasih tahu Anne kalau ternyata kamu sudah mengetahuinya, Ed," kekeh anne Neya. "Kata Anne gak boleh curang," celetuk Edson Halwa langsung mengacak puncak kelapa putranya itu, "Good boy! Sekarang lebih baik kalian duduk di sofa sebelah sana, biar Baba tidak mi
"Baba! Baba!" teriak Vanessa dan Edson sambil berlarian ke arah Edzhar yang baru saja turun dari mobilnya. Edzhar segera jongkok untuk menyambut putra dan putrinya itu, yang langsung menghambur ke dalam pelukannya, Edzhar mencium puncak kepala Vanessa dan Edson secara bergantian. "Apa kalian nakal saat Baba tidak ada?" tanyanya. "Anes gak nakal, kak Eson juga ngga," jawab Vanessa dan Edson mengangguk setuju. "Apa kalian jaga Anne dengan baik? Tidak membuat Anne sedih?" tanya Edzhar lagi , keningnya mengkerut dalam saat melihat raut ceria di wajah Vanessa dan Edson berubah jadi murung, "Ada apa? Ayo ceritakan ke Baba." "Anne sakit ... " jawab Edson lirih. "Sakit?" ulang Edzhar sambil menatap bergantian kedua anaknya itu, "Iya ... " jawab mereka bersamaan. Edzhar mengangguk pada kedua pengasuh anak-anaknya yang langsung mengajak main Vanessa dan Edson