Home / Romansa / Jerat Ambisi Penguasa Kejam / Cinta Pada Pandangan Pertama

Share

Cinta Pada Pandangan Pertama

Author: Si Nicegirl
last update Last Updated: 2025-03-17 13:21:35

Setahun yang lalu

Halwa dan Tita duduk di barisan kursi terdepan, mereka terpisah dari teman-teman satu fakultasnya, untuk memudahkan prosesi wisuda, karena mereka termasuk wisudawan berprestasi.

Tepat pukul delapan, rektor dan jajaran rektorat masuk dan duduk di tempat yang sudah disiapkan untuk mereka.

Setelah semua rektor dan jajarannya sudah menempati posisi mereka masing-masing, pemimpin paduan suara keluar dari barisannya, disusul dengan suara MC yang meminta seluruh peserta untuk menyanyikan lagu kebangsaan secara bersama-sama.

Hingga akhirnya nama-nama wisudawan yang berprestasi dari tiap fakultas, dipanggil satu persatu untuk naik ke atas panggung, untuk menerima ijasah langsung dari rektor.

Tempat duduk mereka yang berada di barisan terdepan dekat panggung, membantu prosesi berjalan sangat cepat dan mulus, hingga akhirnya MC menyebut nama Halwa.

"Aira Halwatuzahra!" 

"Semangat!" seru Tita sambil meremas tangan Halwa sebelum ia berdiri dan naik ke atas panggung.

Dengan arahan petugas, Halwa menuju rektor yang diapit dua petugas perempuan, satu sebagai pembawa baki berisi ijasah, satu lagi bertugas untuk memberikan ijasah itu kepada sang rektor.

Halwa tersenyum lebar saat rektor memindahkan kuncirnya, lalu menyerahkan ijasahnya dan menjabat tangan Halwa sambil tersenyum,

"Selamat, Nak. Semoga sukses dengan IPK tinggimu itu." ucapnya

"Terima kasih, Pak!" sahut Halwa, lalu mereka berpose sebentar di depan kamera, sebelum Halwa kembali ke tempat duduknya semula.

"Congrats, Dear. Untuk IPK tertinggi di fakultasmu!" seru Tita sambil memeluk Halwa, mereka pun berpelukan sambil lompat-lompat kecil saking senangnya karena berhasil menjadi mahasiswa berprestasi.

"Kamu juga, Ta. Nilaimu tertinggi juga di fakultasmu," balas Halwa.

"Ya, tapi IPKmu lebih tinggi dari aku."

"Karena fakultasku lebih mudah pelajarannya dari fakultasmu Ta," ujar Halwa merendah. Ia tidak boleh menyombongkan diri, itulah yang selalu ditanamkan orang tuanya.

"Mana ada fakultas yang lebih mudah dari kedokteran, Wa. Kamu ada-ada saja," rajuk Tita dan merekapun tertawa.

"By the way, nanti malam ikut aku yaa. Kita rayakan kelulusan kita ini di Kafe milik temanku," ajak Tita penuh semangat.

"Hmmm, aku harus izin sama orang tuaku terlebih dahulu.Nanti aku kabari yaa..."

"Izin apa Aira?" tanya papa Halwa yang sudah berada di sampingnya bersama dengan mamanya.

Mereka selalu memanggil Halwa dengan Aira, panggilan kesayangan mereka. Kecuali saat mereka sedang mengeluh, baru mereka memanggilnya Halwa.

"Om, Tante," sapa Tita sambil mencium punggung tangan mama dan papa Halwa.

"Selamat yaa untuk kalian," ucap mama Halwa sambil merangkul pundak Halwa dan mengecup pipinya, lalu lanjut mengecup kening Tita.

"Dan di mana orang tuamu, Ta?" tanyanya.

"Mami dan Papi tadi sudah pulang duluan, Tan. Karena ada urusan penting katanya." jawab Tita.

"Oh, ya sudah kalau begitu. Jadi kenapa tadi Aira butuh izin dari Om dan Tante?"

"Aku mau mengajak Halwa merayakan wisuda kami di Kafe salah satu temanku, Tan. Boleh yaa..."

"Bagaimana, Pa?" tanya mama Halwa pada suaminya.

"Hmm, boleh. Asal pulangnya jangan malam-malam yaa, paling lama jam sebelas Halwa sudah harus sampai rumah."

"Siap, Om. Nanti Tita yang antar dan jemput Halwa yaa."

Dan sesuai dengan janjinya, sore harinya sekitar pukul lima sore Tita menjemput Halwa tepat waktu, setelah berpamitan pada kedua orang tuanya, mereka pun jalan menuju Kafe di area Selatan Jakarta.

Kafe itu terletak di tengah hutan kota, dan mereka memilih area rooftop, tempat matahari terbenam terlihat indah di antara gedung-gedung bertingkat.

"Hai semuanya," sapa Tita pada teman-temannya, yang kesemuanya berasal dari negara Eropa, kecuali pria itu, pria yang sedang menatap Tita dengan senyumnya yang memikat itu.

Reflek Halwa memegang dadanya, tepatnya di atas jantungnya yang tiba-tiba berdetak cepat dan tubuhnya mulai berkeringat.

Otak dan tubuhnya melepas hormon dopamin, adrenalin, serotonin, estrogen dan juga testosteron sekaligus, yang mengalir ke dalam darah dan menyebabkan jantungnya berdebar dengan lebih cepat dan kuat.

"Nah, ini dia salah satu bintang pesta kita hari ini!" seru pria itu sambil berdiri dan menghampiri Tita.

"Apa kabar, Sweetie?" tanyanya sambil mencium pipi kanan dan kiri Tita.

"Baik Sayang," jawab Tita sambil bergelayutan manja pada Edzhar, sebelum akhirnya baru teringat ada Halwa di sebelahnya.

"Eh iya, kenalkan ini sahabatku, Halwa... Halwa ini Edzhar, pacarku!" 

Pria itu beralih menatap Halwa lalu mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan dirinya, "Edzhar."

Seketika otak Halwa terasa membeku, ia tidak dapat berkata-kata, rasa percaya dirinya seolah lenyap entah ke mana.

Ia mengerjapkan kedua matanya saat bahu Tita menyenggol bahunya, "Wa!" 

"Eh, iya. Aku Halwa," balas Halwa sambil menjabat tangan Edzhar, yang langsung mengirimkan gelenyar-gelenyar halus dari telapak tangannya ke seluruh tubuhnya.

"Apa kau hanya mengenalkan Edzhar saja pada wanita cantik itu?" celetuk temannya yang lain, dan Tita langsung memutar kedua bola matanya.

"Ok baiklah. Perkenalkan semuanya, wanita ini adalah sahabat baikku. Namanya Aira Halwatuzahra, kalian bisa panggil dia Halwa. Apa ada di antara kalian yang sedang tidak enak badan? Kalian bisa berkonsultasi gratis dengannya, mumpung surat izin prakteknya belum keluar!" seru Tita.

"Apaan sih, Ta." keluh Halwa sambil menyenggol kembali bahu Tita.

Sahabatnya itu hanya menyeringai lebar, lalu mulai memperkenalkan satu-persatu teman-temannya yang hadir.

"Yang di ujung bangku itu namanya Aaron, dan wanita di sebelahnya adalah sekretarisnya, Lea." 

Halwa melihat ke arah pria yang terlihat menyeramkan itu, tampan tapi terlalu dingin untuk selera Halwa, lalu mengikuti gerakan tangan Tita ke pria satunya lagi,

"Pria di sebelah Aaron namanya Ethan, dan wanitanya ... Astaga Than, kamu ganti pacar lagi?" tanya Tita dongkol, sementara Ethan hanya menyeringai lebar.

Tita kembali melanjutkan, "Pria di sebelah wanitanya Ethan bernama Levin dengan pacarnya Beth, dan yang duduk menyendiri di sebelah sana adalah Victor."

Tita mendekatkan wajahnya ke telinga Halwa, "Dia seorang introvert." lanjutnya.

"Bule semua? Apa kamu tidak punya teman warga lokal?" tanya Halwa dan Tita hanya mengangkat bahunya,

"Aku lebih suka bergaul dengan mereka. Kamu tahu? Mereka semua adalah pewaris dari perusahaan raksasa!"  jawab Tita.

"Hmmm.." hanya itu saja tanggapan Halwa, ia paling tidak suka kalau status dan kesuksesan seseorang dijadikan tolak ukur pertemanan.

"Ayo duduk, Sweetie. Aku punya kejutan untukmu!" seru Edzhar sambil merangkul pinggang Tita dan membawanya ke sofa kosong di lingkaran mereka itu, hanya tersisa satu sofa di sebelah Victor.

Setelah mendesah pelan, Halwa bergegas dan duduk di sofa itu.

"Bunga paling indah," gumam Victor, lebih ke dirinya sendiri, tapi Halwa dapat mendengarnya.

"Apa?" tanya Halwa.

Victor mengalihkan perhatiannya dari gelas yang sedang ia pegang ke Halwa,

"Namamu itu, Halwatuzahra. Yang berarti bunga paling indah." jawabnya, lalu menyesap kembali minumannya.

"Ya, kamu benar," sahut Halwa sambil menyeringai lebar.

Lalu Halwa kembali melihat ke arah pria itu, Edzhar. Yang sudah menjadi pusat perhatiannya sejak pertama kali melihatnya, yang kini sedang memadu kasih dengan Tita, dan yaa ia merasa cemburu. Untuk pertama kalinya dalam pertemanannya, ia cemburu pada sahabatnya itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kosong

    Turki, negara transkontinental, satu negara seribu rasa. Negara yang penuh dengan kekontrasan, tempat bertemunya tradisi Timur dan Barat, dimana pemandangan reruntuhan dan bangunan kuno bersanding dengan dunia modern, serta kehidupan sekuler dan religius yang berjalan berdampingan. Negara yang ingin sekali Halwa kunjungi, itu makanya ia tidak menolak saat Tita mengajaknya ke negara ini, untuk merayakan ulang tahun kekasihnya, Edzhar. Kini, nyaris tiga bulan Halwa berada di negara ini, dan sekarang adalah malam terakhirnya di negara ini.Halwa menatap ke luar jendela kamarnya, menatap nanar ke pemandangan kota Istanbul ini, yang pamornya tak kalah impresif dibandingkan dengan ibu kota Turi, Ankara. Satu-satunya kota di dunia yang berada di dua benua. Hanya dengan menaiki kapal ferry, kita sudah bisa berpindah dari Benua Asia ke Benua Eropa."Kamu sudah siap?" tanya Victor.Halwa balik badan menghadap pria yang sudah menyelamatkannya itu, "Ya," jawabnya, lalu melangkah mundur saat Vic

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Depresi

    Halwa sudah membayangkan kalau pertemuannya dengan kedua orang tuanya akan mengharu biru. Tapi ternyata lebih dari itu.Kini Halwa terduduk di lantai, dengan kepalanya yang ia rebahkan di atas pangkuan mamanya, dengan papanya yang duduk di sebelahnya, yang tangan tuanya kini sedang mengusap lembut kepala Halwa.Segala kepahitan dan penderitaan hidupnya selama tiga bulan ini, Halwa curahkan semuanya kepada kedua orang tuanya itu, sambil sesengukan ia menceritakan semuanya, tidak ada satupun yang ia sembunyikan."Aku sudah hancur sekarang, Ma, Pa. Pria itu sudah menghancurkan masa depanku," isak Halwa, airmatanya masih terus membasahi celana pajang mamanya.Orang tua mana yang tidak akan bersedih mendengar nasib malang yang menimpa putrinya, tidak terkecuali dengan mama dan papanya Halwa.Halwa dapat merasakan tetesan air mata mamanya yang jatuh ke kepala Halwa, tapi Halwa tetap bergeming, ia tetap merebahkan kepalanya di atas pangkuan mama

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kenangan Yang Berbahaya

    "Kenapa aku harus ke Psikiater?" tanya Halwa keesokan harinya. Mama merangkul pundak Halwa, "Untuk membantumu supaya lebih cepat pulih dari trauma itu, Sayang. Dan bukan di sini, kamu akan memulai konsultasi saat sudah berada di Spanyol nanti," jawabnya. "Dimana Victor? Aku belum melihatnya pagi ini?" tanya Halwa. "Dia dan Papa sedang mengurus dokumen kepindahan kita. Beruntung kamu menemukan pria sebaik dia Aira," jawab mama sambil merapikan rambut Halwa, "Mau Mama kuncir?" tanyanya dan Halwa menganggukkan kepalanya. Kini ia tidak bisa mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi, bahkan hanya sekedar untuk mengikat rambutnya. Akibat dari tendangan keras di bahunya hingga menyebabkan tulang lengan atas bergeser dari soket bahunya. "Tunggu sebantar, Mama ambil sisir dan ikat rambut dulu," ujar mamanya sambil berdiri, lalu melangkah ke dalam kamar Halwa. Bosan hanya duduk-duduk saja sejak tadi, Halwa melangkahkan kakinya dengan pelan ke halaman rumahnya. Desanya ini berada d

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Jebakan

    Desa Albarracin, Spanyol. Salah satu desa terindah di dunia. Desa yang menyajikan panorama abad pertengahan yang sangat kental, rumah-rumah di desa ini rata-rata dibangun di atas bukit, dengan material-material yang ringan, begitu juga dengan rumah peristirahatan Victor ini. Dari jendela kamarnya Halwa dapat melihat ke sekeliling desa itu, dan ia merasa seperti tinggal di abad pertengahan, dengan banyaknya benteng batu yang menghiasi sudut kota, dan bukit-bukit tandus yang mengelilingi desa yang berada di wilayah tengah Aragon ini, meski demikian udaranya terasa sejuk. Di gang-gang sempit desa ini terdapat jalur-jalur yang berliku, yang mengarah ke menara-menara batu kuno, istana-istana dan juga kapel-kapel, serta situs bersejarah lainnya. "Kamu tidak istirahat, Aira?" tanya mama, "Tidurlah sebentar, kamu tidak tidur selama di pesawat." Halwa "Aku takut, Ma. Aku selalu merasa ketakutan saat akan beranjak tidur. Aku takut mimpi buruk lagi," jawab Halwa. "Besok Victor akan men

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Jangan Sakiti Mereka

    Dengan kedua telapak tangan bersandar pada kaca besar ruang kerjanya, Edzhar terlihat seperti sedang menikmati pemandangan ibu kota, yang dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat, dan kendaraan yang padat merayap. Tapi sebenarnya pikirannya sedang tersita pada sosok wanita yang ia cari-cari selama ini. Sudah satu bulan lebih anak buah Edzhar belum bisa menemukan keberadaannya, Halwa. Wanita yang sudah menyebabkan kekasihnya bunuh diri. Kedua matanya masih menyala-nyala dengan api dendam. Ia belum puas memberi pelajaran pada wanita itu, tapi seseorang telah berhasil mengeluarkannya dari dalam penjara. Edzhar selalu bertanya-tanya di dalam hatinya, siapa sosok yang sudah berani menantangnya itu? Dan sampai kini pun ia belum menemukan para pria yang sudah melecehkan kekasihnya itu. Semua yang terlibat di dalam insiden itu seperti menghilang di telan bumi, termasuk Halwa. "Sampai aku bisa menemukanmu, habis kau Halwa!!" geram Edzhar sambil mengepalkan kedua tangannya. Sesaat kemudian

    Last Updated : 2025-03-28
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Desakan Edzhar

    Pria yang dipanggil Yas langsung menyerahkan tabletnya pada Halwa, dan Halwa merasa nyawanya tercabut dari raganya saat itu juga, saat ia melihat tayangan video orang tuanya yang tengah disekap entah dimana.Halwa menjatuhkan tablet itu dan langsung mencengkram lengan Edzhar,"Jangan sakiti mereka, please! Aku saja. Sakiti aku saja jangan mereka," isaknya."Mulai saat ini, turuti keinginan saya!" tegas Edzhar sambil menepis tangan Halwa."Ya, Aku akan menuruti apapun maumu." "Ingat! Kalau kau sampai mencoba untuk bunuh diri lagi, orang tuamu juga akan segera menyusulmu! Kalau kau mencoba kabur dari saya lagi, saya akan memotong bagian tubuh orang tuamu itu setiap harinya sampai kau kembali! Mengerti?" ancam Edzhar dan dengan cepat Halwa menganggukkan kepalanya."Sekarang katakan padaku, bagaimana Victor bisa membantumu?" "A ... Aku tidak tahu. Terakhir aku ingat aku memutus nadiku sendiri di kamar mandi, dan aku terba

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Serangan Panik

    "Jangan takut, Nona. Kami hanya akan merias wajahmu dan merapikan rambutmu," jawab salah satu dari mereka dengan lembut sambil mendudukkan Halwa di kursi meja riasnya. "Meriasku? Untuk apa?" Halwa melihat kedua wanita itu saling tatap dengan bingung dari cerminnya, sepertinya kedua wanita itupun tidak mengetahui apa tujuan dari pria iblis itu menyuruh mereka merias Halwa. 'Apa pria itu mau menjualku? Ya Tuhan! Aku takut sekali. Aku tidak bisa meminta bantuan pada siapapun, bahkan ponselpun aku tidak pegang, semua disita Edzhar.' desah Halwa dalam hati. Halwa membiarkan kedua wanita itu meriasnya, juga menata rambut panjangnya, protes pun akan percuma, karena sudah jelas kedua wanita itu pasti lebih takut pada Edzhar. Halwa menatap pantulan dirinya di cermin, ia bukanlah tipe wanita yang suka berhias diri, berbeda dengan sahabatnya Tita, yang selalu berhias dan berpakaian serba modis kemanapun wanita itu pergi

    Last Updated : 2025-03-29
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pernikahan Paksa

    "Pe ... Pernikahan? Ke ... Kenapa kamu menikahiku?" tanya Halwa tergagap."Seperti yang sudah saya bilang tadi, kau harus membayar kesalahanmu seumur hidupmu! Kalau seseorang bisa membebaskanmu dari penjara, maka tidak akan ada yang bisa membebaskanmu dari penjaraku! Dan saya akan pastikan, kau akan mendapatkan nerakamu di dalam pernikahan ini!" jawab Edzhar dengan nada dingin yang menusuk.'Ya Tuhan! Sampai kapan pria itu akan sadar, kalau bukan aku lah yang mengajak Tita ke kapal pesiar itu?' tanya Halwa dalam hati.Edzhar turun terlebih dahulu, dan Yas membukakan pintu untuk Halwa. Ingin rasanya Halwa melarikan diri dari sana, ia tidak mau menikahi monster itu. Tapi Halwa segera mengurungkan niatnya itu ketika teringat, kalau kedua orang tuanya masih berada di dalam genggaman pria itu.Pernikahannya sendiri berjalan cepat, dan Halwa tidak terlalu mengikuti prosesnya, ia masih shock dengan kenyataan, kalau mulai hari ini ia sudah menja

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Vanessamu dan Edzhar Masih Hidup

    "Poppa ... Aku punya dedek!" pekiknya dengan riang dan Victor mengangguk, ia pun menghapus air mata di sudut matanya. Ia dan juga sahabatnya yang lain, sama terharunya saat melihat pertemuan ayah dan anak itu yang mengharu biru. Edson kembali ,mengalihkan perhatiannya ke Edzhar, "Jadi kapan aku bisa ketemu sama dedek Vanessa?" tanyanya dengan nada tidak sabar. "Secepatnya ... " jawab Edzhar. Ia tidak bisa menjanjikan kapannya, karena ia juga belum tahu Halwa bersedia bertemu dengannya atau tidak. Tapi seandainya pun Halwa tidak mau bertemu dengannya, ia akan tetap mempertemukan Edson dengan saudarinya, meski putranya itu tidak mengetahui kalau Vanessa adalah adik kandungnya. Edzhar mengangkat dan menggendong Edson, lalu beralih menatap Victor, "Apa Halwa bersedia bicara denganku?" tanyanya. "Satu-satu, Ed. Membawa Edson padamu saja sudah membuatku d

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pelukan pertama

    Edson baru akan menghampiri Victor ketika Halwa menggendongnya, dan tanpa repot basa-basi lagi, ia langsung membawa putranya itu kembali masuk ke dalam Villa. "Aku akan bicara dengan Aira sebentar!" seru Victor lalu berdiri dan segera menyusul tunangannya itu. "Ay, tunggu Ay!" Halwa menghentikan langkahnya, ia memberikan tatapan dongkolnya pada Victor, "Kenapa pria itu masih berada di sini? Kenapa kamu bersikap baik padanya?" cecarnya. "Kalian di sini rupanya? Tamu-tamu sudah mencari kalian, ayo ke belakang lagi!" seru mama sambil menarik lengan Halwa. "Poppa ... " rengek Edson mengangkat kedua tangannya minta digendong Victor. "Berikan Edson padaku, kamu temani tamu-tamu saja terlebih dahulu yaa," bujuk Victor. "Sebentar, Ma. Ada yang ingin aku bicarakan pada Victor dulu," ujar Halwa sambil melepaskan lengannya dari genggaman mamanya itu. "Tapi tamu-tamu ... "

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kenapa Merahasiakannya?

    "Jadi insiden kapal pesiar itu sengaja direncanakan Tita untuk menjebak Aira?" tanya Victor setelah Edzhar selesai menceritakan semuanya.Tragedi itulah awal dari penderitaan Halwa. Ia lolos dari perangkap jahat Tita, tapi malah jatuh ke dalam jerat Edzhar. Victor yakin betul, saat mengetahui semua kebenaran itu, pasti Edzhar tersiksa oleh rasa bersalahnya.Bagaimana tidak? pria itu dengan kejam telah melakukan hal buruk pada Halwa, membuat Halwa tersiksa lahir dan batin, menjadikan dua bulan hidup wanita itu laksana berada di dalam neraka."Ya ... Kalian pasti menertawakan kebodohanku, ya kan? Tertawa dan hina saja aku, kalian tidak salah, aku memang terlalu mudah dibodohi wanita itu," desah Edzhar sambil menatap sendu satu-persatu sahabatnya itu."Tidak ada satupun dari kami yang akan menertawakanmu, Ed. Di banding orang lain, kami yang paling tahu betapa pandai dan cakapnya kau dalam hal apapun, ya kecuali dalam hal asmara. Kau pintar dengan se

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Vanessa Masih Hidup

    "Halwa ... " panggil seseorang dari arah belakangnya, membuat langkah Halwa terhenti.Aroma yang pernah sangat Halwa kenali dulu menyeruak masuk memenuhi indra penciumannya, membuat Halwa seolah-olah Tersihir hingga punggungnya seketika itu juga membeku."Aku sangat merindukanmu," ujar Edzhar setelah sampai di samping Halwa."Edzhar ... " desah Halwa. Ia menatap penuh wajah yang tidak pernah ia lihat lagi selama tiga tahun ini, lalu hatinya kembali merasa sakit, hingga Halwa bergegas meninggalkannya.Halwa berpikir setelah bertahun-tahun terlewati, ia akan bisa menatap Edzhar tanpa merasakan kesakitannya yang dulu, dan menganggap pria itu layaknya sahabat Victor yang lainnya.Tapi ternyata ia salah ... Cukup melihat wajah itu satu kali, dan luka di hatinya langsung kembali terbuka lebar. Pria itu adalah sumber dari segala kesakitannya."Halwa tunggu!" cegah Edzhar sambil menahan lengannya."Lepas, Ed!" teriak Halwa samb

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pesta Pertunangan 2

    Pagi itu seperti biasa, selesai sarapan pagi Edzhar mengajak Vanessa main di halaman belakang. Membiarkan putrinya itu berlarian kesana-kemari mengejar kupu-kupu, sambil terus mengawasinya. Tidak lama kemudia terdengar notif pesan singkat di ponselnya, kedua matanya membulat saat membaca pesan singkat itu. 'Besok pagi Halwa dan Victor akan bertunangan di Paris. Tepatnya di X Villa!' Edzhar segera menghubungi nomor asing itu, tapi tidak tersambung, sepertinya siapapun yang memberi informasi ini menggunakan nomor sekali pakai untuk menghubunginya. "Yas!" teriak Edzhar, lalu menatap suster Mia, "Kamu, jaga Vanessa sebentar!" serunya dan suster Mia mengangguk. "Ya, Tuan?" "Majukan jadwal ke Parisnya hari ini! Halwa dan Victor akan bertunangan besok!" perintahnya. "Bertunangan? Anda kata siapa, Tuan?" tanya Yas. Alih-alih menjawab, Yas malah menyerahkan p

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pesta Pertunangan 1

    Hari kedua mereka di Paris, Victor mengajak Halwa dan juga Edson ke Penthouse orang tuanya, yang terletak di kawasan The Champs-Elysees, yang juga dikenal sebagai The Most Beautiful Avenue of the World, jalan paling indah sedunia. Kawasan tempat kalangan jetset juga selebrity ternama dan kaum sosialita menghamburkan uang mereka di sana, dengan berbagai macam barang dari brand ternama yang berada di sepanjang jalan itu. Edson nampak tertidur di pundak Victor saat mereka memasuki Apartment dan menuju lift pribadi yang akan membawa mereka ke lantai teratas Apartment ini, dimana Penthouse orang tua Victor berada. "Aku gugup, Vic!" aku Halwa, tangannya yang sudah mulai keluar keringat dingin, saling bertautan dengan telapak tangan Victor. "Sstt, santai saja. Seperti yang sudah pernah aku bilang padamu, mereka tidak akan mencampuri urusan pribadiku. Lagipula siapa yang akan menolak mendapatkan wanita secantik dan secerdas dirimu

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Tidak Cemburu

    Halwa menatap nanar Edson yang tengah jongkok di depan makam saudari kembarnya, Vanessa. Jemari mungil anak itu menyentuh batu nisan bertuliskan nama saudarinya itu.Ia sengaja mengajak Edson ke makam Vanessa hari ini, karena besok mereka akan berangkat ke Paris, acara lamaran akan dilangsungkan di sana, karena kedua orang tua Victor sedang berada di sana."Kenapa dedek meninggal?" tanya Edson.Sebenarnya itu pertanyaan yang selalu diulang Edson tiap kali Halwa mengajaknya ke makam Vanessa. Meski begitu Halwa tetap menjawabnya.Halwa ikut jongkok di samping Edson, lengannya merangkul bahu kecil putranya itu,"Amma melahirkan kalian secara prematur, dan dedek Vanes tidak bisa bertahan lama," jawabnya dengan suara parau.Halwa seolah-olah kembali ke saat paling menyakitkan di dalam hidupnya itu, saat melihat tubuh mung1l putrinya yang sudah tidak bernyawa, belum lagi suara tangisannya yang hingga kini masih terus hadir di dalam mim

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Ingin Punya Ayah

    "Maaf aku terlambat!" seru Halwa sambil melepas jas panjangnya dan menggantungnya."Amma!" pekik girang Edson sambil menghambur ke arah Halwa, dan Halwa langsung menggendongnya,Hari ini adalah perayaan ulang tahun putranya itu yang ketiga tahun, hanya perayaan kecil-kecilan yang dihadiri keluarganya dan juga Victor."Euh, baru ditinggal beberapa jam saja, anak Amma sudah seberat ini yaa," godanya lalu menc1umi pipi Edson, "Poppa ajak aku makan banyak!" seru Edson sambil menunjuk ke arah Victor.Sambil tersenyum manis, pria itu menghampiri mereka, "IGD rame hari ini, Sayang?" tanyanya lembut sambil mencium pipi kiri dan kanan Halwa."Ya, seperti biasanya," jawab Halwa. Ia segera menurunkan Edson saat putranya itu memberontak minta turun untuk menghampiri Oma dan Opanya yang memanggilnya."Kamu terlalu memanjakannya, Vic," ujar Halwa sambil tersenyum melihat putranya itu yang sudah menjauh."Bukan memanjakannya

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Menikahlah Denganku

    Kamu benar tidak apa-apa, Lilian?" tanya Halwa."Ya, aku hanya kaget saja tadi," jawab Lilian sambil memeluk dirinya sendiri,"Apa kita akan langsung ke penginapan saat masih basah kuyup seperti ini?" tanyanya.Lilian melihat secara bergantian ke arah Victor dan Halwa, mereka benar-benar terlihat seperti tikus got."Kalau kalian masih mau berdiri saja sambil menunggu festival itu selesai tidak apa-apa. Tapi aku mau kembali ke penginapan, sepertinya Edson nangis," jawab Halwa sambil menunjuk balkon tempat suster Mia menggendong Edson."Kalau begitu kita kembali ke penginapan saja," ujar Victor sambil jalan mendahului Halwa dan Lilian."Tingkahnya seperti dia daddynya Edson saja," kekeh Lilian."Victor memnag dekat dengan Edson sejak bayi, kamu jangan salah paham ya," jelas Halwa, mereka jalan beriringan ke arah penginapan."Apa yang membuatku salah paham? Kami cuma berteman saja, Aira. Tidak lebih."Halw

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status