Share

Halwa Bebas?

Author: Si Nicegirl
last update Huling Na-update: 2025-03-17 13:13:30

"Ya, kalau butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan untuk meneleponku, kau lihat ponsel di atas meja itu ... "

Halwa mengalihkan perhatiannya ke atas meja kecil di samping tempat tidurnya, terlihat di sana sebuah ponsel keluaran terbaru, dan Halwa langsung mengangguk sambil kembali menatap Victor.

"Ada nomor ponselku di sana. Jangan ragu-ragu untuk meneleponku, Ok?"

"Iya, terima kasih, Vic."

"Ah, ya. Jangan menghubungi orang tuamu dengan ponsel itu, takutnya Edzhar nanti akan melacaknya saat dia tahu kamu sudah bebas dan keluar dari Turki."

"Iyaa ... "

"Dan jangan khawatir, aku tidak akan memberitahu Edzhar," ujarnya seolah mengerti apa yang sedang di khawatirkan Halwa saat ini.

"Terima kasih," ucapnya lagi

"Istirahatlah, aku tidak akan lama ... "

Dan setelah Halwa mengangguk, Victor kembali melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu.

Halwa tidak dapat menghentikan air matanya, ia terharu dengan kebaikan Victor yang mau membebaskannya dari neraka itu, juga menyelamatkan nyawanya dan juga anaknya.

"Terima kasih, Vic. Terima kasih, aku akan membalas semua kebaikanmu ini. Tidak sekarang, aku tidak memiliki apapun untuk aku beri padamu. Mungkin nanti, kelak apapun yang kamu minta akan aku berikan, untuk membalas semua kebaikanmu ini," janji Halwa.

Ia mengusap lembut perutnya, entah ia telah mengambil keputusan yang tepat dengan terus mempertahankan anak hasil pemerkosaan ini atau tidak?

Tapi satu hal yang pasti, ia tidak akan pernah mau menghilangkan nyawa seseorang, apalagi nyawa darah dagingnya sendiri, meski mungkin seumur hidup ia akan terus mengingat, penyebab anaknya itu bisa hadir di bumi ini.

"Tumbuhlah jadi anak yang baik ya, Sayang. Aku adalah ibu sekaligus ayah untukmu," desah Halwa pelan.

Sementara itu, di sebuah club eksklusif di pusat kota Istanbul, Edzhar sedang berjalan hilir mudik, nampak tidak dapat mengendalikan kegelisahannya, karena hingga saat ini belum juga menemukan titik terang kasus bunuh dirinya Tita,

"Sudah dua bulan, Yas! Dan belum ada titik terang juga tentang siapa pria yang sudah memperkosa Tita itu?" geramnya untuk kesekian kalinya.

"Kejadian di malam hari, Tuan. Fitur wajah mereka tidak terlihat jelas, tapi kami masih terus mencocokkan wajahnya. Sedang CCTV di bagian geladak terhenti, setelah Nona Tita menceburkan diri ke laut, Tuan," jelas Yas.

"Mungkinkah sebenarnya Tita selamat? Karena hingga kini mayatnya tidak dapat digtemukan," tanya Levin.

Levin, Ethan, Aaron dan Victor sudah satu minggu ini berada di Istanbul, untuk memberikan dukungan pada Edzhar dalam mencari pelaku pemerkosa kekasihnya itu, yang hingga kini masih misterius, sama misteriusnya dengan jasad Tita yang hingga kini tidak dapat ditemukan.

Edzhar langsung menatap tajam Levin, "Pertanyaan bodoh! Kalau Tita masih hidup, dia pasti akan langsung menghubungiku!"

"Bagaimana dengan sahabatnya, Halwa? Apa kau masih terus membayar orang untuk menyiksanya?" tanya Ethan.

Keempat sahabatnya itu tidak ada yang setuju dengan perbuatan gila Edzhar, yang langsung menjudge Halwa sebagai tersangka, hanya karena berdasarkan pengakuan Tita di telepon sebelum pergi ke kapal pesiar itu.

Bagaimana bisa memutuskan seseorang bersalah hanya berdasarkan keterangan dari satu pihak saja? Bahkan Edzhar sma sekali tidak mau mendengarkan pembelaan Halwa. Pria itu telah dibutakan oleh Tita, sejak dulu.

"Ya, dan jangan ada lagi yang membelanya! Atau aku akan memutuskan hubungan dengan kalian! Wanita itu srigala berbulu domba, menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya!" desis Edzhar,

"Apa kau tidak merasa kasihan dengan wanita cantik itu, Ed? Wanita itu sampai mencoba untuk bunuh diri! Dia pasti putus asa sekali saat itu," timpal Levin.

"Itu cuma akal-akalan wanita licik itu saja, untuk menarik rasa simpatiku ... Tapi aku tidak akan berbelas kasih padanya, setelah apa yang sudah wanita itu lakukan pada Titaku!" tegas Edzhar.

Tatapan mereka teralihkan pada pintu yang mengayun terbuka,

"Tumben kau telat datang, Vic? Biasanya kau yang paling on time," tanya Edzhar ketika Victor baru saja bergabung dengan mereka.

"Ketiduran!" jawab Victor santai, lalu duduk di antara Levin dan Ethan,

"Dimana Aaron?" tanyanya.

"Sudah pulang tadi pagi, Lea sakit," jawab Ethan.

"Vic ... Siapa yang kau curigai, yang menjadi dalang dari semua ini?" tanya Edzhar pada Victor, seperti biasa pria itu hanya menjawab dengan mengangkat bahunya kalau sedang malas berbicara.

"Kau harus bertanya dengan tulisan, atau pesan singkat, baru Victor bisa menjawabnya panjang lebar," ujar Levin, dan Victor hanya mengabaikannya.

Mereka terus membahas masalah Tita ketika asisten pribadi Edzhar kembali masuk, lalu menyerahkan sebuah rekaman CCTV ke Edzhar.

"Rekaman kapal pesiar itu?" tanya Edzhar, tapi Yas menggelengkan kepalanya,

"Bukan, Tuan. Ini adalah rangkuman rekaman CCTV tempat nona Halwa ditahan selama dua bulan ini, yang anda minta," jawab Yas.

Edzhar memutar beberapa rekaman selama dua bulan yang menjadi satu itu. yang di ambil bagian Halwanya saja.

Halwa yang sedang menyapu lantai, lalu tiba-tiba tahanan wanita lainnya lewat, dan tanpa basa-basi menarik kencang rambut Halwa hingga wanita itu memekik kesakitan.

Sepertinya narapidana tadi menarik rambut Halwa terlalu kencang, hingga terlihat ada banyak rambut yang rontok di tangan Halwa, dan wanita itu langsung membuangnya ke tempat sampah terdekat.

Lalu rekaman beralih ke video selanjutnya, kali ini di ruang cuci baju, dimana Halwa sedang meringkuk di lantai, kemungkinan besar sedang melindungi perutnya dari tendangan silih berganti narapidana lainnya di punggung dan kakinya.

"Sudah dapat identitas Sipir penjara yang bersamanya itu?" tanya Edzhar dingin.

"Tidak, Tuan. Karena tidak sekalipun Nona Halwa terlihat bersama sipir, atau pria lainnya," jawabnya.

Edzhar mengerang pelan, lalu mengacak rambutnya dengan kesal, "Itu berarti anak yang sedang dikandungnya adalah benar anakku? Ya Tuhan ... "

Edzhar meraih kerah baju Yas, "Cepat cabut tuntutan saya padanya, dan bawa Halwa ke Penthouse saya!" perintah Edzhar.

Yas terlihat ragu-ragu untuk menjawabnya, tapi mau tidak mau Tuannya itu tetap harus mengetahuinya,

"Tapi ... Nona Halwa sudah tidak ada di rumah sakit itu lagi, Tuan. Seseorang membawanya dan bahkan sudah membebaskannya, jadi status Nona Halwa saat ini bukan lagi narapidana."

"Cari dan temukan siapapun yang berani menentang saya itu!" raung Edzhar.

"Kamera CCTV rusak secara bersamaan saat Nona Halwa menghilang dari rumah sakit, dan tidak ada satupun saksi mata yang melihat Nona Halwa keluar dari rumah sakit itu, Tuan. Saya juga sudah bertanya siapa penjamin kebebasan Halwa, tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau mengatakannya, sekeras apapun saya mengancam mereka, Tuan," jelas Yas.

"Orang itu pasti berpengaruh, tidak mungkin kepala penjara sialan itu mau menentang saya, kalau yang membebaskan Halwa itu adalah orang biasa! Siapa orang itu?" geram Edzhar.

"Cari identitas siapapun yang membebaskan Halwa, saya akan memberikan pelajaran padanya!" perintahnya pada Yas.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Bonchap

    Pesta pernikahan itu di adakan di sebuah hotel bintang lima milik keluarga Covaz, yang kini berada langsung di bawah pengawasan Victorino yang mengelolanya dengan sangat baik. Tidak seperti pernikahan mereka sebelumnya, kali ini pesta pernikahan mereka di adakan secara besar-besaran, dengan semua media baik cetak, online maupun elektronik diundang untuk meliput pernikahan putra kedua dari salah satu bangsawan tertua di negara itu. Sekaligus memperkenalkan putra kedua yang selama ini disembunyikan identitasnya demi keamanannya itu kepada khalayak ramai. Juga mengumumkan kalau Victor kini akan ikut andil dalam bisnis keluarganya bersama dengan kakaknya, Victorino Duque de Neville. Pesta itu dihadiri berbagai macam kalangan, dari mulai pengusaha besar, artis dan model papan atas, hingga para pejabat tinggi yang tidak mau membuang kesempatan langka mereka untuk bertemu langsung dengan penerus ke

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Ending

    "Apa kamu senang, Sayang?' tanya Victor pada Lilian yang masih terus mengagumi dekorasi rofftop malam itu. "Aku jadi ingin membuat rooftop seperti ini, Vic. Kita bisa berbincang-bincang sambil menatap langit malam penuh bintang!" Lilian terlihat sumringah, dan sudah pasti Victor akan mengabulkan keinginan wanikta pujaan hatinya itu. Ia merapatkan dirinya pada Lilian saat berbisik, "Kita bisa main juga di rooftop itu, ya kan? Di tempat gterbuka seperti itu pasti rasanya akan jauh lebih nikmat lagi, karena adrenalin yang terpacu akan lebih besar." Lilian menjauhkan dirinya untuk menatap galak Victor, atau awalnya ia ingin menegur suaminya itu. Tapi alih-alih menegur Lilian malah terkikik geli karenanya, "Vic, kamu kenapa jadi seperti ini sih?" tanyanya. "Kamu tidak suka? Kamu lebih suka aku yang dulu? Aku yang mengacuhkan dan mengabaikanmu?"

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Halwa Cemburu

    Kalau pemandangan pagi hari yang disuguhkan dari rooftop hotel mereka adalah beraneka warna balon udara yang menghiasi langit, malam harinya rooftop itu menyuguhkan landscape Cappadocia yang diterangi dengan bermacam cahaya lampu dari rumah-rumah penduduk, hotel dan fasilitas umum lainnya. Mungkin jika di tempat lainnya cahaya lampu akan terlihat biasa, tapi tidak di Cappadocia yang terlihat seperti sebuah batu yang menyala karena cahaya lampu yang terpantul pada dinding-dinding yang terbuat dari batu itu. Dan entah karena setiap malam desain rooftop selalu berubah atau hanya khusus untuk malam ini saja, karena rooftop itu kini di desain dengan begitu indahnya layaknya desain sebuah pesta pernikahan, dengan banyaknya buket bunga dan taburan kelopak mawar merah di lantainya. "Apa kita salah masuk, Vic? Mungkinkah seseorang akan mengadakan pesta di sini?" tanya Lilian yang masih terus bergandengan tangan den

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Maunya Kamu

    Meski balon udara yang mereka naiki berhenti lumayan jauh dari titik perhentian yang sang pilot rencanakan karena arah angin berubah, mereka tetap besyukur karena balon yang mereka naiki itu mendarat dengan aman. Karena menurut yang pernah Victor dengar ada balon udara yang salah landing di perkebunan seseorang hingga harus menabrak beberapa pohon, entah karena sang pilot yang kurang cakap dalam mengendalikannya, atau arah angin yang membawa balon udara itu ke arah pohon. Meski keranjang balon udara itu terlihat kokoh dan tidak akan menyebabkan masalah serius jika menabrak pohon, tapi Victor tetap waspada, dan yang pasti, Victor tidak pernah sekalipun melepas Lilian sampai balon udara yang mereka naiki itu berhasil mendarat dengan sempurna, meski beberapa kali istrinya itu berontak ingin melepaskan diri dari pelukannya. "Kamu terlalu protektif!" sungut Lilian smabil memberengut kesal. "Itu karena aku sangat mengkhawatirkanm

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Cappadocia

    Meski lokasinya lumayan jauh dari Istanbul, tapi landscape yang dipenuhi dengan perbukitan uniik di sepanjang mata memandang, membuat Halwa dan Lilian tak henti-hentinya berdecak kagum. Awalnya suami-suami mereka ingin mereka naik balon udara yang berbeda, tapi Halwa dan Lilian menolaknya. Mereka ingin menikmati keeksotisan Cappadocia itu bersama-sama, membuat Edzhar dan Victor memberengut kesal karenanya. Bagaimanapun juga, jika mereka naik di balon yang sama, tidak akan ada privasi untuk mereka. Sementara Edzhar dan Victor berniat mencium istri mereka saat balon udara itu telah mencapai ketinggian. "Aku tahu yang apa yang menyebabkan kerutan dalam di keningmu itu," bisik Victor sambil melihat Lilian dan Halwa yang masih asik menikmati pucuk-pucuk pilar batu raksasa yang terlihat mempesona. JIka dilihat dari ketinggian ini, bentuknya menyerupai kerucut, persis sekali dengan rum

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kehilangan Kendali Diri

    "Selain pintar menghindar, sekarang kamu sudah mulai pintar mengalihkan pembicaraan juga yaa ... " kekeh Edzhar saat melepaskan c1uman mereka. Halwa membuka satu-persatu kancing kemeja Edzhar, "Aku belajar banyak darimu, Ed," akunya sambil menjatuhkan kemeja suaminya itu ke lantai. "Aku masih merindukanmu ... Dan aku hanya mau kita berdua saja sekarang di kamar ini, well mungkin dengan calon anak kita juga, karena kita belum bisa membujuknhya untuk bermain di luar," lanjutnya. Halwa memekik pelan saat tiba-tiba Edzhar membopongnya, "Aku mau mulai permainan itu sekarang!" serunya. "Iya, tapi turunkan aku dulu, aku bisa jalan sendiri, Ed." "Kamu harus menghemat tenagamu untuk berjaga-jaga kalau rasa mual itu kembali lagi. Jadi biar aku isi lagi tenagamu itu dulu!" elak Edzhar. "Ak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status