Share

Kosong

Author: Si Nicegirl
last update Last Updated: 2025-03-28 09:49:24

Turki, negara transkontinental, satu negara seribu rasa. Negara yang penuh dengan kekontrasan, tempat bertemunya tradisi Timur dan Barat, dimana pemandangan reruntuhan dan bangunan kuno bersanding dengan dunia modern, serta kehidupan sekuler dan religius yang berjalan berdampingan. Negara yang ingin sekali Halwa kunjungi, itu makanya ia tidak menolak saat Tita mengajaknya ke negara ini, untuk merayakan ulang tahun kekasihnya, Edzhar.

Kini, nyaris tiga bulan Halwa berada di negara ini, dan sekarang adalah malam terakhirnya di negara ini.

Halwa menatap ke luar jendela kamarnya, menatap nanar ke pemandangan kota Istanbul ini, yang pamornya tak kalah impresif dibandingkan dengan ibu kota Turi, Ankara. Satu-satunya kota di dunia yang berada di dua benua. Hanya dengan menaiki kapal ferry, kita sudah bisa berpindah dari Benua Asia ke Benua Eropa.

"Kamu sudah siap?" tanya Victor.

Halwa balik badan menghadap pria yang sudah menyelamatkannya itu, "Ya," jawabnya, lalu melangkah mundur saat Victor melangkah maju mendekatinya.

Sadar akan reaksi Halwa padanya, Victor langsung menghentikan langkahnya. Bukan maksud Halwa tidak sopan dan tidak tahu terima kasih pada pria yang sudah banyak membantunya itu. Tapi sejak malam itu, Halwa menjadi takut berdekatan dengan seorang pria, siapapun pria itu, tidak terkecuali Victor.

"Sebaiknya kita jalan sekarang, Edzhar sudah mulai menyebar orang-orangnya untuk mencarimu. Dia sudah tahu kalau anak yang sedang kamu kandung sekarang adalah anaknya," ujar Victor.

Halwa menganggukkan kepalanya. Ia memang ingin segera keluar dari negara ini, negara impiannya yang juga menjadi mimpi buruknya.

"A... Apa dia juga sudah tahu, kalau aku tidak bersalah?" tanya Halwa.

"Belum... Edzhar masih beranggapan kamulah yang sudah menjebak Tita. Dan masih belum bisa memaafkanmu untuk itu," jawab Victor.

Halwa menundukkan kepalanya, apakah Edzhar memang menganggap dirinya serendah itu hingga mau mencelakai sahabat baiknya demi seorang pria?

Mencintai pria itu dalam diam saja sudah berat, sekarang ditambah lagi dengan tuduhan kejamnya, serta siksaan yang Halwa hadapi setiap harinya selama di dalam tahanan itu.

Untungnya siksaan demi siksaan dari orang bayarannya itu membuat cinta Halwa pada Edzhar terkikis sedikit demi sedikit, dan saat pria itu memerintahkan orang kepercayaannya untuk mengembalikan Halwa ke sel, dan memerintahkan untuk terus menyiksa Halwa hingga anak yang Halwa kandung keguguran, cinta itu langsung menghilang sepenuhnya.

"Apa aku bisa meninggalkan negara ini dengan selamat?" tanya Halwa lagi sambil menghapus air matanya.

"Percaya saja padaku, Halwa," jawab Victor.

Memangnya pilihan apalagi yang Halwa punya? Saat ini ia hanya bisa menggantungkan nasibnya pada Victor saja, semoga Victor benar-benar membawanya keluar dari negara ini dan menjauh dari Edzhar, alih-alih menyerahkan Halwa ke pria itu.

"Boleh aku meminta sesuatu padamu, Vic?"

"Ya."

"Mulai hari ini jangan memanggilku Halwa lagi, Halwa sudah mati di rumah sakit itu," pinta Halwa pelan.

"Lalu aku harus memanggilmu apa?" tanya Victor.

"Kamu bisa memanggilku Aira. Itu panggilan kesayanganku untuk keluargaku. Atau terserah kamu mau memanggilku apa, selama bukan Halwa," jawab Halwa.

"Baiklah kalau memang itu maumu. Orang tuamu sudah menunggumu di lombok, di kampung halaman Mamamu. Tadinya aku mau membawa kalian ke Albarracin, Spanyol. Tapi mereka bersikeras menunggumu di lombok."

"Lombok tempat yang indah, mungkin Papa berpikir aku bisa menenangkan diriku di sana ... "

"Tapi Edzhar akan dengan mudah menemukanmu di sana, kecuali kalau memang kamu ingin ditemukan." ujar Victor.

Halwa menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Tidak, aku tidak ingin pria itu menemukanku. Aku takut dia akan mengambil anakku."

"Ya, aku mengerti. Sebaiknya kamu rundingkan lagi nanti dengan orang tuamu sesampainya kita di Lombok nanti. Mereka belum tahu jelas duduk permasalahannya. Mungkin setelah kamu menjelaskannya nanti mereka akan mengerti."

"Iya, nanti aku akan menceritakan semuanya," desah Halwa sambil memeluk dirinya sendiri.

Victor melihat kerapuhan Halwa di sana, wanita cantik dan ceria itu kini berubah menjadi pendiam. beberapa luka lebam masih menghiasi wajah cantiknya. Sehari-harinya Halwa hanya merenung saja, memandang ke landscape kota Istanbul dengan tatapan mata kosongnya.

"Apa kamu mau menceritakan kejadian sebenarnya padaku?" tanya Victor lembut sambil duduk di sofa santai kamar itu.

"Malam sebelum Tita berangkat ke kapal pesiar itu, Tita memang mengajakku untuk turut serta, tapi aku menolaknya, karena aku sedang tidak enak badan saat itu," mulai Halwa.

"Tita terus saja membujukku, dengan alasan Edzhar hanya mengizinkan ia pergi kalau bersama denganku. Entah kenapa di antara teman-teman Tita, Edzhar hanya percaya padaku. Pria itu akan mengizinkan kemanapun Tita pergi asal bersama denganku," lanjutnya.

"Pada akhirnya Tita menyerah membujukku, tapi sebagai gantinya aku harus setuju Tita menggunakan namaku untuk izin ke Edzhar. Dan dia menelepon Edzhar tepat di depanku. Tita berkata aku yang mengajaknya wisata malam di kapal pesiar apa namanya akupun tidak dapat mengingatnya. Awalnya Edzhar melarangnya dengan berbagai macam alasan, meskipun pada akhirnya mengizinkannya."

"Kenapa Edzhar tidak menemani Tita malam itu?"

"Kata Tita Edzhar sedang sibuk di kantornya, karena baru saja memenangkan tender proyek besar. Tapi Edzhar janji akan mengajak kami ke Cappadocia, dan itu lumayan menenangkan Tita hingga tidak merajuk lagi padanya."

"Hanya karena itu Edzhar menuduhmu sebagai dalang kematian Tita?" tanya Victor dengan nada tidak percaya.

Ia sudah mendengar cerita versi Edzhar, dan kini versi Halwa, dan keduanya sama, telepon Tita lah yang menjadi pemucu utama tuduhan Edzhar pada Halwa.

Halwa mendesah pelan sebelum menjawab, "Edzhar mengira aku mencelakai Tita hanya karena ingin mendapatkan dia, konyol sekali pikirannya itu."

air mata yang sejak tadi Halwa tahan pada akhirnya mengalir juga, Halwa menghapus air matanya tapi justru air mata itu mengalir lebih deras lagi, hingga akhirnya ia mengabaikannya dan melanjutkan lagi ceritanya.

"Aku dan Tita lebih dari sekedar sahabat. Kami sudah seperti saudara kandung, kami sama-sama anak tunggal, hanya saja orang tuanya tidak memberikan perhatian lebih padanya, kedua orang tuanya selalu sibuk dengan urusan kantor mereka hingga mengabaikan Tita. Dan Tita justru mendapat perhatian dari orang tuaku yang sudah menganggapnya seperti anak kandung mereka sendiri. Tita sering menginap di rumahku, karena hanya berada di rumahku itu lah ia bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga."

Sesaat Halwa terdiam, ia kembali sesengukan saat teringat masa-masa yang ia habiskan dengan sahabatnya itu. Halwa tidak menyangka Tita akan pergi dengan cara seperti ini, dengan cara yang tragis, bahkan jasadnya saja tidak dapat ditemukan.

"Aku sedih, Vic. Aku sangat kehilangan sahabatku itu, aku juga terpuruk saat itu. Tapi Edzhar dengan kejamnya memfitnahku sebagai dalang dari nasib naas Tita. Dia bahkan tidak mau mendengarkan penjelasanku sedikitpun. Dia bahkan ... Memperkosaku, merenggut paksa kehormatanku. Kehormatan yang seharusnya aku berikan kepada suamiku itu. Impianku untuk menikah dengan pria baik-baik kini pupus sudah," isak Halwa.

Halwa tidak menceritakan siksaan yang ia alami di tahanan, karena ia sudah tidak sanggup melanjutkannya lagi. Dan sepertinya Victorpun mengerti, karena pria itu tidak bertanya lagi, ia hanya menatap penuh Halwa, seperti dapat merasakan kesedihan yang tengah Halwa rasakan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pernyataan Cinta Halwa

    Apartment Maman Susan masih berada di kawasan Arrondissement ketujuh, yang terletak di tepian Sungai Seine, yang terdapat banyak situs-situs terkenal di Paris seperti Menara Eiffel, Musée d'Orsay, Champs de Mars, dan masih banyak bangunan penting lainnya yang bisa ditemukan di kawasan elite ini."Dulu ... Bangunannya tidak seramai ini. Tapi untungnya Apartment itu masih berdiri kokoh," gumam mama,Ia menatap lurus ke apartment tertua di kawasan itu, yang terlihat sudah ada pemugaran dengan penambahan bangunan baru."Apa kamu akan terus berdiam di sini saja? Ayo kita masuk!" seru papa sambil menggandeng mama untuk menyeberangi jalan. Sementara Halwa dan Victor mengekori mereka.Seorang petugas membukakan pintu untuk mereka, dan papa meminta Halwa untuk menanyakan unit kamar maman Susan pada salah satu petugas keamanan yang stand by di sana, yang langsung membawa mereka ke bagian office."Unit apartmentnya kosong sejak Monsieur Peter mening

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Siapa Orangtuaku?

    "Mama masih keberatan dia berada di sini!" keluh mama pada Halwa.Mama, papa dan Halwa tengah duduk bertiga di sofa setengah lingkaran yang menghadap langsung ke halaman belakang, dimana Edzhar dan Victor tengah bermain bola kaki bersama dengan Edson. Sementara Vanessa hanya melihat ketiga pria itu sambil menepuk tangannya dengan riang saat Edzhar dan Edson berhasil mencetak gol.Halwa menghela napas pelan, rasanya aneh melihat kedua pria itu bermain dengan anak-anaknya. Yang satu mantan suaminya dan yang satu lagi adalah tunangannya.Sama halnya dengan kedua orang tuanya itu. Halwa pun merasa tidak nyaman dengan keberadaan Edzhar. Tapi sekali lagi ia meyakinkan dirinya kalau semua ini demi bisa mendapatkan Vanessa."Ma, stop mengeluhkan hal itu lagi. Aku dan Victor sudah berkali-kali menjelaskannya pada Mama, dan kami harap Mama mau bersabar.""Apa kamu tidak takut kalau kamu akan kembali luluh padanya, Aira?" tanya mama.

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Niat Baik Edzhar

    Bab 122 - NIat Baik Edzhar"Nak Victor, bisa Om bicara sebentar?" tanya papa setelah Halwa dan mama beranjak ke dapur untuk mempersiapkan makan siang mereka, setelah menjelaskan rencana yang sudah mereka susun bersama dengan Edzhar.Victor tahu apa yang akan dibicarakan calon mertuanya itu, dari jendela besar Villa ia melihat Edzhar yang masih asik bermain dengan anak-anaknya di taman belakang."Apa ini mengenai rencana kami?" tanyanya."Ya. Sebenarnya Om keberatan, Vic. Om khawatir Aira akan kembali pada pria jahat itu," jawab papa."Om, Edzhar tidak jahat. Hanya saja orang-orang jahat telah memperdaya dia. Kesalahan Edzhar hanya satu, dia tidak percaya pada istrinya sendiri, dan lebih memilih mempercayai bukti-bukti yang ia dapatkan," sanggah Victor."Tetap saja pria itu telah membuat Aira kami menderita. Dan apa kamu lihat wajah tante tadi yang langsung memucat saat mendengar rencana kalian? Sama halnya dengan Om, Tante p

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Sebuah Rencana

    Dari jendela kamar Edson, tatapan Halwa berfokus pada halaman belakang villanya, ke arah Edzhar yang tengah membujuk putrinya. Ia tahu kalau Vanessa menolak tinggal bersama dengannya, karena sejak bayi Vanessa sudah tinggal bersama dengan Babanya itu.Meski begitu, terlihat jelas Edzhar berusaha untuk tetap membujuk Vanessa. Dan Halwa hanya berharap, pria itu berhasil membujuk putrinya itu.Sosok Edzhar sendiri terlihat berubah drastis dari Edzhar yang ia kenal dulu. Entah pria itu sudah kehilangan berapa kilogram berat badannya, karena jelas sekali sekarang dia terlihat jauh lebih kurus. Bahkan pipinya jauh lebih tirus.Belum lagi pembawaannya yang biasanya selalu terlihat santai tapi penuh percaya diri itu, kini berubah menjadi seorang pria yang seolah-olah tidak memiliki kepercayaan diri sedikitpun. Dan Halwa mendapati dirinya tidak menyukai Edzhar yang seperti ini.Halwa menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikirannya itu tentang Edzhar. Ia

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Masih Membujuknya

    "Anes gak mau Anne ... Anes mau Baba!" isaknya lagi sambil memukul-mukul punggung Edzhar dengan kepalan tangannya yang mungil. "Iya, Sayang. Iya ... " Edzhar mengeratkan pelukannya. Selama ini ia pikir Halwalah yang sangat dibutuhkan Vanessa, hingga ia rela menyerahkan hak asuh oenuh putrinya itu pada Halwa. Tapi ternyata ia keliru ... Vanessa tidak mau berpisah dengannya, dan rela meninggalkan annenya demi bisa bersama dengan Edzhar. Meski putrinya ini masih kecil, Edzhar tahu, di dalam hati kecilnya itu ia pasti menginginkan annenya juga. "Maafkan Baba, Princess ... Maafkan Baba ... " desah Edzhar lirih sambil menciumi pipi putrinya itu, sebelum kembali memeluknya lagi. Semua karena kesalahannya dulu. Karena kebodohannya yang tidak pernah mempercayai Halwa, hingga penyesalan yang datang terlambat ini begitu menyiksanya. Dan bukan hanya dirinya, tapi juga anak-anaknya yang harus hidup terpisah

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Memilih Salah Satu

    Halwa terjaga dari tidurnya saat sayup-sayup terdengar suara tangisan anak kecil, membuatnya seketika itu juga terjaga sepenuhnya.Ia merasa lega saat melihat Edson masih ada, dan dadanya berdegup kencang saat tahu Vanessa tidak ada di sisi satunya lagi.Dengan cepat Halwa melompat turun, lalu menghidupkan lampu kamarnya. Perutnya terasa mencelos saat ia melihat Vanessa yang tengah duduk di samping pintu kamar sambil memeluk kedua lututnya tempat wajahnya menempel, membuat rambut panjangnya menutupi sebagian kakinya."Vanes ... " panggil Halwa dengan lembut sambil mendekati putrinya itu.Tapi Vanessa menghindar saat Halwa menyentuhnya,"Anne bohong ... Baba bohong ... " isaknya tanpa mengangkat kepalanya dari lututnya.Halwa merasakan hujaman menyakitkan di hatinya saat putrinya bukan hanya tidak mau ia sentuh, tapi juga tengah marah padanya.Ia tahu, saat ini Vanessa pasti sedang kecewa, karena Babanya tidak kunjung dat

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Mau Baba

    "Amma ... Poppa!!" teriak Edson, anak itu langsung lari keluar villa saat melihat Halwa dan Victor yang baru saja turun dari mobil.Victor bergegas menghampiri Edson ketika langkah anak itu terhenti saat melihat Halwa yang kembali berpaling ke dalam mobil untuk menuntun Vanessa turun."Edson, Dedek Vanessa sudah datang, ayo sambut dia!" seru Victor.Untuk sesaat, baik Edson maupun Vanessa saling bertukar pandang, sebelum akhirnya Edson yang terlebih dahulu menghampirinya,"Dede Vanes udah sembuh?" tanya Edson.Vanessa mengangguk, lalu melepaskan tangannya dari Halwa, "Kak Eson?" tanyanya.Lalu tiba-tiba Edson memeluk adikknya itu dengan erat, "Iya ... " jawabnya.Halwa memandang penuh haru ke arah Vanessa dan Edson yang telah terpisah selama tiga tahun itu. Delapan bulan mereka selalu bersama di dalam kandungan Halwa, yang terpisah beberapa saat setelah dilahirkan karena tangan-tangan jahat yang memisahkan mer

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Setelah Kamu Pergi

    "Kamu bicarakan dulu berdua sama Edzhar, yaa ... " bujuk Victor setelah menceritakan niat Edzhar tadi."Tapi, Vic ... ""Ay ... Bagaimanapun juga kalian harus tetap membahas masalah pengasuhan Edson dan Vanessa. Daripada terus menundanya lebih baik kalian selesaikan sekarang, biar kalian sama-sama enak."Halwa mendesah pelan, ia melirik Edzhar yang tengah berbincang serius dengan anne Neya, sementara Vanessa sedang disuapi suster Mia."Aku takut Edzhar akan membujukku lagi seperti semalam, Vic.""Ya, Edzhar sudah mengatakannya padaku. Dan kamu tenang saja, niatnya sudah bulat untuk tidak mengusik hubungan kita, dan bersedia menyerahkan hak asuh penuh anak-anak padamu.""Benarkah?" tanya Halwa, dan Victor menganggukkan kepalanya tanpa keraguan sedikitpun."Baiklah aku percaya padamu.," ujarnya.Setelah matanya bertemu mata dengan Edzhar, lewat isyarat matanya, Halwa meminta pria itu untuk ikut ke balkon bersamany

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Dua Wanita Kesayangan

    "Apa yang ingin kau bicarakan, Ed?" tanya Victor sesampainya mereka di Balkon.Sahabatnya itu terlihat sangat kacau, tidak Edzhar yang selama ini ia kenal, yang selalu terlihat rapi dan penuh percaya diri. Malam ini, pria itu jauh lebih kacau dari saat di Villa tadi.Kedua tangan Edzhar berpegangan pada pagar balkon, sementara matanya menatap nanar ke arah Menara Eiffel, yang menampakkan cahaya warna-warni. Efek jingga keemasan yang sangat indah terlihat dari tigaratus tigapuluh enam lampu sorot natrium yang dipasang di struktur menara itu.Ya, itulah Paris ... Terlihat jauh lebih indah dan romantis saat malam hari. Romantis bagi mereka yang sedang dimabuk cinta, tapi terasa hampa bagi Edzhar, pria yang akan menyerahkan dua orang wanita yang paling ia cintai itu pada sahabatnya, Victor."Ed ... " panggil Victor lagi.Dengan enggan Edzhar mengalihkan perhatiannya dari icon Paris itu ke sahabatnya, ia menguatkan dirinya saat mengatakan deng

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status