Share

Bab 8

Author: Farida
Mendengar tuduhan membabi butanya, aku tidak bisa menahan dan ketawa kesal.

"Minta maaf? Coba kamu periksa rekaman CCTV, lihat apakah aku perlu minta maaf!"

Aku tidak menyangka Hendri bahkan tidak memeriksa rekaman, langsung yakin akulah yang mendorong Chelsia.

"Chelsia itu seorang pasien, dan juga sedang hamil, mana mungkin dia sengaja menyakiti dirinya sendiri?"

Sekilas kepanikan muncul di mata Chelsia.

"Sudahlah Hendri, wajar kalau Kak Nandia marah dan bersikap seperti ini padaku, ayo kita pergi."

Tapi Hendri tetap bersikeras.

"Tidak! Dia harus minta maaf padamu hari ini juga!"

Aku pun tidak mengalah.

Sesuatu yang tidak kulakukan, tidak akan kuakui.

Chelsia mulai khawatir kalau terus begini Hendri benar-benar akan memeriksa CCTV dan kebenarannya akan terbongkar, lalu dia memegangi perutnya dan mengeluh tidak enak badan.

Wajah Hendri yang semula marah langsung berubah jadi panik, dia segera menggendong Chelsia pergi mencari dokter.

Aku menatap punggung mereka yang menjauh, rasa pahit mengalir dalam hati.

Dua puluh tahun kebersamaan, lima tahun hidup berdampingan, dan aku tetap tidak mendapat sedikit pun kepercayaan dari Hendri.

Syukurlah, sekarang aku sudah sadar, dan masih sempat untuk pergi.

Hari ini Hendri tidak pulang.

Mungkin dia sibuk merawat Chelsia yang tidak enak badan.

Hari terakhir sebelum pergi, aku mengirim semua barangku ke laboratorium, hanya menyisakan satu koper.

Malamnya, Hendri kembali.

Wajahnya masih penuh amarah.

"Chelsia masih di rumah sakit. Dia sakit dan kondisi anaknya tidak stabil, walaupun kamu tidak sengaja, tidak bisakah kamu lebih besar hati dan mengalah? Harus seperhitungan itu?"

Besar hati?

Menurutku aku sudah sangat besar hati.

Aku sudah menyerahkan gaun pengantin dan fotografer yang seharusnya milikku ke dia. Aku sudah merelakan laki-laki yang harusnya jadi suamiku untuk punya anak dengan dia.

Dan sekarang, aku juga akan menyerahkan posisiku ke dia.

Hendri melirik kalender dan melihat lingkaran merah besar tersebut, ekspresinya mulai lembut.

"Sudahlah. Besok kita akan menikah, aku tidak mau bertengkar lagi."

"Nanti setelah upacara, kamu minta maaf ke Chelsia ya, setelah itu kita pergi bulan madu."

"Kamu sudah atur bulan madunya belum?"

Aku tidak menjawab.

Kalau dia lebih perhatian, dia pasti sadar tidak ada satu pun dekorasi pernikahan di rumah ini.

"Kita…"

Belum sempat aku berkata, teleponnya berbunyi.

Itu dari Chelsia, wajahnya langsung tegang.

"Tunggu sebentar, aku segera ke sana."

Setelah menutup telepon, dia langsung berdiri dan bergegas menuju pintu.

"Chelsia tidak enak badan, aku ke sana sebentar, nanti aku balik sebelum upacara, besok pagi kamu tunggu aku di hotel."

Begitu pintu tertutup, akhirnya aku mengucapkan kalimat itu.

"Hendri, kita putus, pernikahannya sudah dibatalkan."

Suaraku lenyap di dalam rumah yang kosong.

Hanya suara jam di dinding yang terdengar.

Aku duduk di ruang tamu dari malam sampai pagi, menatap langit yang perlahan menjadi terang.

HP ku bergetar.

Waktu keberangkatan tinggal dua jam lagi.

Aku bangun masuk ke kamar, mengambil koper yang sudah kusiapkan, dan mengeluarkan spidol. Di kalender, aku menyilang besar-besaran angka sepuluh yang dilingkari itu.

Lalu aku menulis satu kalimat.

"Hendri, kita putus."

Aku letakkan kalender itu di tempat paling mencolok dan menarik koper, melihat sekali lagi rumah yang sudah kutinggali lima tahun, lalu keluar untuk pergi ke bandara.

Selamat tinggal, Hendri.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 26

    Aku setuju, malam harinya mengirimkan undangan dan permen pernikahan untuknya.Hendri membuka sebutir permen dan perlahan memasukkannya ke dalam mulut.Sepertinya, dia sudah sangat lama tidak merasakan manisnya sesuatu.Di hari pernikahan, tamu-tamu yang datang sangat banyak, bahkan dosen yang sedang cuti dan teman-teman dari laboratorium juga datang.Dosen dengan penuh semangat menepuk bahu Erwin."Hebat! Tidak menyangka kamu bisa menaklukkan seniormu, kamu benar-benar beruntung."Teman-teman seangkatan juga ikut bercanda.Aku menatap pria di sampingku yang mengenakan setelan jas hitam, rasa bahagia dan puas di dalam hatiku hampir meluap.Sejak bertemu Erwin, barulah aku merasakan apa itu cinta yang terus terang.Upacara pernikahan dimulai, aku menggandeng tangan Ayah, melangkah perlahan menuju Erwin.Ayah meletakkan tanganku ke dalam telapak tangan Erwin."Anakku, aku serahkan padamu."Erwin berjanji kepada Ayah."Tenang saja, aku akan menjaga dia dengan seumur hidupku."Setelah itu,

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 25

    Hendri dengan lemah menarik bibirnya."Layak.""Waktu dulu kamu menyelamatkanku, pasti juga sesakit ini, kan?"Melihat betapa sulitnya dia bicara, aku segera menyuruhnya untuk beristirahat dan jangan bicara lagi.Namun Hendri menggeleng, lalu perlahan dengan suara lemah melanjutkan."Aku bukan sengaja mengikutimu. Setelah mendengar semua yang kamu katakan kemarin, aku banyak berpikir, dan akhirnya aku mengerti.""Dulu aku yang salah. Aku terlalu semena-mena hingga menghabiskan cintamu kepadaku.""Hari ini aku datang hanya untuk memberitahumu bahwa aku menyesal.""Aku ragu dan tidak tahu bagaimana harus memulainya. Tapi kebetulan aku melihat perampok itu mengeluarkan pisau dan di saat itu, satu-satunya pikiran yang ada di kepalaku hanyalah aku tidak boleh membiarkanmu terluka."Aku tidak pernah membayangkan bisa mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulut Hendri.Jika ini terjadi beberapa tahun yang lalu, mungkin aku akan sangat tersentuh.Namun sekarang, semuanya telah berbeda.A

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 24

    Namun rasa sakit yang aku bayangkan tidak terasa.Aku buru-buru melihat ke belakang, dan saat melihat Hendri berdiri di belakangku, satu tangan menekan perutnya dengan wajah yang pucat.Dari sela-sela jarinya, darah terus mengalir.Melihat dia hampir tidak mampu berdiri dan tubuhnya mulai jatuh ke lantai, aku segera menahannya, dan menelepon ambulansSaat itu kesadarannya sudah mulai mengabur, rasa sakit yang luar biasa menguasai seluruh pikirannya.Ternyata, rasanya ditusuk pisau seperti ini.Jadi, dulu dia juga pasti sesakit ini.Hendri berusaha membuka matanya, dan ketika melihat wajahku yang penuh kepanikan, dia malah tersenyum tipis.Namun senyum itu justru menarik luka di perutnya, dan membuatnya semakin nyeri.Aku tidak sempat berpikir banyak, hanya ingin hentikan pendarahan, lalu menekan lukanya dengan kedua tanganku.Melihat dia mulai memejamkan matanya, aku terus-menerus memanggilnya."Bertahanlah, Hendri! Jangan tidur!""Dokter akan segera datang, kamu harus tetap sadar!"Di

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 23

    Hendri tidak mengerti mengapa aku menanyakan hal seperti itu.Aku melanjutkannya dengan tenang."Kalau kamu memang menyukaiku, kenapa tidak pernah memberiku hadiah ulang tahun? Kalau kamu mencintaiku, kenapa tidak mau menemaniku liburan? Kalau kamu benar-benar peduli, kenapa kamu membiarkan wanita lain mengandung anakmu, bahkan foto prewed dengan dia?""Hatiku ini terbuat dari daging, aku juga bisa merasakan sakit.""Kalau ini yang kamu sebut sebagai cinta, maaf, aku tidak sanggup menerimanya."Setiap kali satu kalimat keluar dari bibirku, wajah Hendri tampak makin pucat.Kenangan-kenangan lama pun satu per satu muncul di dalam pikirannya.Dia ingin membantah. Tapi begitu dia menyisir kembali semua yang pernah terjadi, semua benar seperti yang kukatakan.Satu per satu, satu demi satu, semuanya adalah kenyataan yang tidak bisa dia tolak.Akhirnya, Hendri hanya bisa berkata dengan soal Chelsia."Aku baik pada Chelsia hanya karena kupikir dia adalah penyelamatku. Kalau saja dari awal aku

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 22

    Belum sempat aku menjawab, ekspresi Hendri langsung berubah menjadi sangat emosional."Aku bisa menjelaskannya, dulu aku hanya menganggap Chelsia sebagai penyelamatku, aku tidak ada perasaan apapun terhadap dia, tidak ada apa-apa di antara kami.""Namun setelah kamu pergi... setelah kamu pergi barulah aku sadar, ternyata..."Suaranya terdengar seraknya dan isak, air mata mengalir di sudut matanya.Beberapa saat kemudian, dia baru menenangkan dirinya dan melanjutkan kata-katanya."Ternyata, malam tahun baru enam tahun yang lalu, orang yang menyelamatkanku adalah kamu, aku salah mengenali orang."Hendri menatapku dengan mata merah, matanya dipenuhi penyesalan, rasa bersalah, dan kekesalan, namun ada "harapan" juga yang tersembunyi di dalam matanya.Harapan bahwa setelah aku tahu kebenarannya, aku bisa memaafkannya, dan kami bisa kembali bersama.Sayangnya, dia salah.Ketika aku mengetahui bahwa orang yang dia sebut sebagai penyelamat itu adalah yang menyelamatkannya pada malam tahun baru

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 21

    Ayah dan Ibu juga duduk di samping dengan wajah penuh kebingungan.Dua tahun yang lalu, saat aku memutuskan untuk membatalkan pernikahan, aku tidak memberi tahu mereka alasan yang sebenarnya, hanya bilang bahwa aku ingin fokus pada penelitian.Karena itu, dalam pandangan mereka, pihak kami yang lebih bersalah atas pembatalan pernikahan itu.Meskipun mereka selalu merasa bahwa perasaan Hendri padaku tidak terlalu dalam, mereka tetap merasa bersalah kepadanya.Selama dua tahun ini, meski aku tidak pernah kembali, Hendri masih sering datang ke sekitar apartemen.Walaupun dia tak pernah naik ke atas untuk menemui mereka, Ayah dan Ibu tetap bisa merasakan, dia datang untuk mencari aku.Terutama sejak setengah tahun yang lalu, dia hampir datang setiap dua hari sekali.Mereka sempat menasehatinya, memintanya untuk tidak datang lagi.Bagaimanapun juga, saat aku membatalkan pernikahan itu, sikapku sudah sangat tegas.Apalagi aku sedang berada di laboratorium, tidak pernah pulang, meskipun dia m

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 20

    Aku hampir tertawa saat mendengar kalimat itu.Apa maksudnya dengan bohong? Apakah aku harus menyewa aktor hanya demi dia?Aku sama sekali tidak peduli apa yang dia pikirkan.Tapi di saat yang sama, aku juga merasa sedikit bingung.Dulu, waktu kami masih bersama, sikapnya selalu dingin dan datar. Tidak peduli seberapa tulus aku memperlakukannya, dia tetap tidak berubah.Saat itu aku bahkan sempat meragukan, apakah hati Hendri terbuat dari batu. Kenapa rasanya seberapa lama pun aku berusaha, sikapnya tetap masih dingin samaku?Sampai munculnya Chelsia, baru aku sadar ternyata dia pun bisa lembut kepada seseorang.Dua tahun yang lalu, aku memilih untuk mundur, supaya mereka bisa bersama.Tapi kenapa sekarang Hendri justru menunjukkan seolah-olah dirinya masih begitu mencintaiku?Walaupun Chelsia telah tiada karena kanker, sikap Hendri terhadapku seharusnya tidak seperti ini."Maaf, Erwin adalah tunanganku yang sah.""Pernikahan kami akan berlangsung tanggal delapan belas bulan ini. Tingg

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 19

    Sebelum berdiri di depan pintu ruangan, Hendri bahkan sempat ke kamar mandi untuk merapikan pakaiannya.Awalnya, dia hanya datang untuk makan, sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan Nandia.Tapi setelah tahu Nandia ada di mana, dia tidak tahan untuk menunggu kesempatan berikutnya.Dengan terburu-buru merapikan diri, lalu langsung menuju pintu ruangan itu.Sebelum mendorong pintu, dia sempat membayangkan reaksi Nandia.Mungkin Nandia masih marah padanya, belum bisa memaafkannya.Atau mungkin dia sudah melupakan semuanya dan hanya menganggapnya sebagai teman lama.Tapi Hendri merasa, apa pun posisinya di hati Nandia, dia bisa menerimanya.Asalkan bisa bertemu lagi, dia yakin bisa membangkitkan kembali perasaan Nandia terhadapnya.Namun yang tidak pernah dia bayangkan adalah Nandia sudah punya pacar, bahkan akan segera menikah.Ketika mendengar kata tunangan, dia serasa disiram air es, seluruh tubuhnya merasa dingin.Jantungnya seperti diremas, membuatnya nyaris tidak bisa bernaf

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 18

    Dua tahun kemudian, Bandara Kota R.Aku mendorong koperku sambil sesekali memperhatikan perubahan yang terjadi di sekelilingku.Siapa sangka, eksperimen pertama di laboratorium ternyata memakan waktu hingga dua tahun lamanya. Tapi untungnya, hasil akhirnya sangat memuaskan. Sebagai apresiasi, dosen memberi kami libur panjang selama dua bulan. Dan kini, aku kembali lagi di Kota R.Aku merasa tersentuh, sudah dua tahun sejak aku meninggalkan kota ini.Namun kali ini ada yang berbeda…Begitu mataku melihat ke arah Erwin yang di sebelahku yang begitu bersemangat, ekspresiku menjadi lembut.Berbeda dengan dua tahun lalu, saat itu aku pergi sendirian.Sekarang, aku kembali bersama seseorang.Dan kali ini, ada hal penting yang harus kuselesaikan.Erwin melihat jam tangannya, lalu dengan panik menarik pergelangan tanganku dan berlari."Senior, harus cepatan, kalau nggak kita bakal telat!"Begitu Febby tahu aku akan kembali ke Kota R, dia langsung bersikeras ingin mengadakan pesta penyambutan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status