Short
Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan

Cinta Ini Tak Lagi Punya Kesempatan

By:  DynastyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
24Chapters
5views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ketika Maria Wijaya keluar dari kantor catatan sipil untuk kesembilan kalinya, hal pertama yang ia lakukan adalah menelepon orang tuanya yang berada jauh darinya. “Ma, aku dan Arhan cerai lagi.” Ia bersandar pada pohon mahoni di pinggir jalan. Suaranya terdengar lelah. “Kali ini aku nggak mau rujuk lagi. Keluarga Satria terus membujuk agar aku melakukan pernikahan aliansi dengan mereka, kan? Aku akan melakukannya.” Di seberang sana, ibunya lama terdiam sebelum akhirnya menghela napas. “Maria, kamu yakin? Anak dari Keluarga Satria itu sudah dua tahun terbaring sakit. Kamu tidak akan bahagia jika menikah dengan…” “Aku tidak peduli,” ucap Maria memotong ucapan ibunya, matanya merah berkaca-kaca. “Ma, semakin cepat pernikahannya, semakin baik.”

View More

Chapter 1

Bab 1

“Menikah dengan Keluarga Satria juga menguntungkan bisnis keluarga kita, kan? Tolong bantu atur secepatnya, Ma.”

Ia menghirup napas, menahan tangis, lalu mendongak menatap langit. “Menikah dengan siapa pun sama saja.”

Tepat setelah menutup teleponnya, ponsel Maria berbunyi ‘dingdong’. Itu notifikasi dari unggahan milik Nana Suherman, bahkan sengaja menandai dirinya.

[Sudah berkeliling jauh, pada akhirnya tetap kamu.]

Unggahan itu berupa foto akta nikah milik Nana dan Arhan. Jari tangan Arhan yang panjang dan berujung runcing ikut masuk frame, cincin kawinnya dengan Maria sudah lama tak ada di sana, hanya menyisakan bekas samar di kulitnya.

Maria terkekeh dingin, lalu menekan tombol suka dengan asal. Hampir bersamaan dengan itu, pesan dari Arhan muncul.

[Maria, Nana didiagnosis kanker stadium akhir. Dokter bilang dia hanya punya waktu tiga bulan. Sebagai paman yang membesarkannya sejak kecil, aku nggak bisa mengabaikan permintaan terakhirnya. Setelah dia pergi, kita menikah lagi.]

[Kamu bisa mengerti, kan?]

Menatap pesan itu, hati Maria terasa seperti diremas, hidungnya pun memanas dan nyeri seperti mau menangis.

Dia tidak percaya bahwa Arhan tidak menyadari kalau laporan kanker stadium akhir milik Nana itu palsu. Tapi laki-laki itu tetap menuruti Nana.

Hal semacam ini bukan pertama kalinya.

Di hari pertama ia dan Arhan menikah, Nana tak sanggup menerima kenyataan, dia bahkan mengancam akan bunuh diri agar mereka bercerai. Jadi, belum 24 jam mereka memegang akta nikah, mereka sudah kembali lagi ke kantor catatan sipil untuk bercerai.

Satu kali menjadi dua kali. Nana selalu ada di antara mereka. Tiga tahun belakangan ini, ia dan Arhan sering sekali keluar masuk kantor catatan sipil sampai para pegawainya sudah hafal wajah mereka.

Waktu mereka bercerai terakhir kali, ia bahkan mendengar pegawai kantor itu bercanda sambil bertaruh, menebak berapa lama sampai mereka menikah lagi.

Maria bukan tak pernah marah pada Arhan. Tapi setiap kali ia mengutarakan protes, laki-laki itu hanya berkata, “Sebagai orang yang lebih tua, masa kamu mau memperhitungkan hal sepele dengan anak kecil?”

Dan Maria pun hanya bisa terdiam.

Selama ini ia selalu mengira Nana hanyalah anak kecil yang bergantung pada Arhan, seperti rasa obsesif terhadap keluarga yang datang dari ketergantungan. Karena itu, selama tiga tahun ini, ia mati-matian berusaha menyenangkan Nana, berharap gadis itu mau menerima dirinya sebagai bibi-nya.

Sampai malam itu…

Ia melihat Nana berlutut di depan ranjang Arhan, dengan hati-hati mencium bibir laki-laki itu, sambil berbisik lembut, “Pamanku… Aku mencintaimu…”

Saat itulah ia sadar, ia takkan pernah mendapatkan pengakuan dari Nana.

Ia duduk terdiam dalam gelap semalaman, tak kuasa menahan diri untuk tidak mengingat bagaimana ia pertama kali bertemu Arhan. Itu hanyalah kisah klise seorang pahlawan menyelamatkan gadis. Arhan menyelamatkannya dari segerombolan preman, dan sejak saat itu, ia jatuh cinta pada Arhan. Maria mulai sengaja menciptakan ‘kebetulan’ hanya demi bisa bertemu dengan Arhan lebih lama. Setelah cukup lama ‘kebetulan’ itu terjadi, Arhan pun menyadari ada yang tidak wajar.

Hari itu, dengan mata yang penuh kebahagiaan, Arhan bertanya pada Maria, “Maria, kamu… apa kamu suka padaku?”

Refleks, Maria bergegas ingin kabur, tapi Arhan berhasil menangkapnya.

“Maria, mau nggak menikah denganku?” ucap Arhan.

Mana mungkin Maria menolak? Maria mencintai Arhan, dan sungguh ingin menikah dengannya.

Hari itu, setelah berpikir lama, akhirnya ia memutuskan untuk memberitahu Arhan bahwa Nana mencintai Arhan, layaknya rasa cinta antara perempuan dan laki-laki. Ia berpikir, hubungan mereka tidak bisa selamanya dibayang-bayangi Nana. Namun ketika Maria baru sampai di depan pintu, ia melihat Arhan menundukkan kepala dan mengecup lembut kening Nana. Tatapan yang Arhan berikan pada gadis itu dipenuhi rasa sakit dan pengekangan.

“Nana, maaf…”

Arhan menggenggam tangan Nana, mencium setiap ruas jarinya, sambil berkali-kali mengulang, “Maaf… ini salahku yang tidak berani mengakuinya.”

“Nana, aku mencintaimu!”

Pada detik itu juga, Maria serasa disambar petir, darahnya seolah membeku sampai ujung jarinya pun seperti mati rasa.

Selama ini, setiap kali Nana memaksa mereka bercerai, Arhan memang selalu menuruti. Apakah sebenarnya Arhan juga diam-diam berharap bisa bersama Nana secara terang-terangan? Apa Maria hanya digunakan sebagai tameng saat Arhan sadar jika hal itu sudah melewati batas wajar?

Dan sekarang, untuk pertama kalinya, Arhan punya alasan yang ‘benar’ agar dapat menikahi Nana—karena hidup Nana tak lama lagi, ia ingin menemani gadis itu sampai akhir dan memenuhi keinginan terakhir Nana. Bukankah itu tampak ‘masuk akal’?

Meskipun, semua itu berasal dari bukti medis palsu yang Nana rekayasa.

Air mata Maria mengalir di pipinya. Cinta yang ia berikan dengan sepenuh hati ternyata hanya bumbu dalam kisah cinta orang lain.

Mungkin karena tak kunjung mendapat balasan, pesan Arhan kembali masuk.

[Aku janji padamu, Maria. Paling lama satu bulan, kita akan menikah lagi!]

Setiap kali mereka bercerai, Arhan selalu berjanji begitu.

Paling lama tiga hari, setelah Arhan menenangkan Nana, mereka akan rujuk.

Paling lama seminggu, kalau Nana sudah menerima, mereka akan rujuk.

Paling lama setengah bulan, kalau Nana sudah berhenti marah, mereka akan rujuk.

Kali ini, sama saja seperti semua perceraian sebelumnya. Hanya saja, Maria tak mau lagi dijadikan kain penutup di hubungan mereka.

Ia menggerakkan tangannya, membalas dengan satu kata, [Oke.] Lalu mematikan ponsel dan menyimpannya ke dalam saku.

Sebulan kemudian, Maria sudah menikah dengan orang lain.

Setelah itu, mereka akan jalani hidup masing-masing, dan Maria tidak ada sangkut pautnya lagi dengan Arhan!

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
24 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status