Share

Bab 7

Author: Farida
Hendri baru saja mengantar Chelsia ke mobil dan mendengar beberapa kata terakhir.

Aku sadar dia tidak mendengar kata-kata sebelumnya, jadi aku mencari alasan lainnya.

"Temanku akan pergi dalam waktu dekat ini."

Hendri mengangguk dan tidak bertanya lebih lanjut.

Pada hari keempat terakhir, Hendri membawa pulang foto prewed dia dan Chelsia.

Satu tangannya memegang HP sambil video call dengan Chelsia, dan satunya lagi memegang bingkai foto mengarahkan ke aku, ekspresinya penuh kelembutan.

"Chelsia, foto prewed kita sudah jadi, waktu aku ambil, stafnya bilang hasil foto kita sangat bagus."

Saat dia mengatakan itu, aku kebetulan keluar untuk mengambil air.

Hendri terlihat canggung sejenak, dia menatapku dan ingin mengatakan sesuatu.

Aku melirik foto itu sejenak dan memberikan komentar dengan serius: "Memang terlihat bagus."

Aku dulu membayar mahal untuk menyewa fotografer ini karena ingin mengambil momen kami yang paling penuh cinta.

Aku berpikir, saat melihat hasil fotonya nanti, aku pasti akan merasakan kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Hendri yang mengenakan jas memang tampak tampan seperti yang aku bayangkan.

Yang berbeda hanyalah, pengantin di sampingnya bukan aku.

Namun, hatiku tidak lagi tergoyah sedikit pun.

Sejak mengetahui Chelsia hamil, perasaanku terhadap Hendri sudah aku simpan kembali semua.

Hendri malah terdiam.

Dia tiba-tiba menyadari bahwa sudah lama sekali aku tidak mengajak dia berbicara dengan baik, bahkan selama seminggu dia dan Chelsia pergi berlibur, aku tidak mengirim satu pesan pun.

Itu membuatnya sedikit tidak terbiasa.

Dalam video, Chelsia masih terus bicara tanpa henti, Hendri menggelengkan kepala dan menekan rasa tidak nyaman itu, berusaha menganggap aku hanya kelelahan mempersiapkan pernikahan.

Pada hari kedua terakhir, aku berencana pergi ke rumah sakit untuk mengambil obat cadangan.

Tidak kusangka bisa bertemu dengan Hendri dan Chelsia yang baru saja keluar dari pemeriksaan USG kehamilan.

Matanya Hendri menunjukkan sedikit kepanikan yang jarang terlihat, baru ingin membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, Chelsia sudah mendahuluinya.

Dia berjalan menuju ke aku, menggenggam tanganku dan ingin berlutut, dengan suara tercekat.

"Kak Nandia, aku tahu kamu belum setuju Bang Hendri dan aku punya anak, tapi aku sudah tidak bisa menunggu lagi, dokter bilang aku hanya punya waktu satu tahun lagi, aku benar-benar ingin melihat anak ini lahir."

"Setelah anak lahir, aku akan segera menjauh dari Bang Hendri, aku tidak akan pernah mengganggu hubungan kalian."

Aku belum sempat berbicara, Hendri sudah dengan penuh perhatian menariknya berdiri.

"Kamu sakit, bagaimana bisa seperti ini."

Lalu menatapku.

"Karena kamu sudah tahu, maka aku tidak akan menyembunyikan lagi."

"Tenang saja, masalah ini tidak akan mempengaruhi pernikahan kita."

Jika ini terjadi sebulan yang lalu, aku mungkin akan marah, runtuh, putus asa, dan meragukan diriku sendiri.

Merasa apakah aku tidak cukup baik sehingga Hendri dengan senang hati memiliki anak dengan wanita lain.

Namun, setelah melewati waktu ini, aku akhirnya paham.

Bukan karena aku tidak cukup baik, tapi karena Hendri tidak mencintaiku.

Karena tidak mencintaiku, dia bisa bertindak seperti ini tanpa memikirkan perasaanku.

Sekarang, aku sudah tahu bahwa Chelsia hamil, dan aku telah melepaskan semua perasaanku terhadap Hendri, jadi mereka tidak perlu lagi menunjukkan seolah-olah aku akan merusak hubungan mereka.

Aku hanya menatap mereka sejenak, kemudian mengalihkan pandangan.

“Aku sudah tahu.”

Setelah itu, aku membawa obat dan bersiap untuk pergi. Hari keberangkatan sudah dekat, dan aku masih perlu merapikan barang-barangku.

Kedua orang itu jelas terkejut melihat aku begitu tenang.

Terutama Hendri, dengan ekspresi yang rumit melihat punggungku yang sedang pergi.

Dulu, aku marah tentang inseminasi buatan selama sebulan, tetapi sekarang, ketika mendengar kabar kehamilan ini, aku malah tidak bereaksi apa-apa.

Entah mengapa, Hendri merasa sedikit tidak tenang, seolah-olah ada sesuatu yang berubah diam-diam tanpa dia ketahui.

Saat aku hampir mencapai tangga, Chelsia mendekat dan menarik lengan bajuku.

Hendri masih jauh di belakang, dan Chelsia mulai menunjukkan wajah aslinya.

"Nandia, bagaimana rasanya melihat tunanganmu memiliki anak dengan wanita lain?"

Aku tidak ingin terlibat dalam perdebatan yang tidak berguna, jadi aku melepaskan tangannya dan mau pergi.

Namun, saat aku menarik tanganku, tubuh Chelsia terhuyung ke bawah.

Aku secara refleks menarik tangannya untuk menghindari dia jatuh.

Namun, belum sempat aku melepaskan tangannya, aku mendengar suara marah dari belakang.

"Apa yang kamu lakukan!"

Hendri yang tadinya bingung mengapa aku bisa begitu tenang, kini langsung paham, ternyata aku hanya berpura-pura tenang, sebenarnya masih belum bisa menerima hal ini.

Melihat Hendri datang, Chelsia segera menunjukkan ekspresi sedih, dengan mata merah memegang perutnya.

"Bang Hendri, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih pada Kak Nandia yang begitu besar hati, tapi aku tidak menyangka dia malah..."

Mendengar kata-kata Chelsia, wajah Hendri langsung berubah menjadi serius.

"Nandia, aku tidak menyangka kamu adalah orang seperti ini!"

"Segera minta maaf pada Chelsia!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 26

    Aku setuju, malam harinya mengirimkan undangan dan permen pernikahan untuknya.Hendri membuka sebutir permen dan perlahan memasukkannya ke dalam mulut.Sepertinya, dia sudah sangat lama tidak merasakan manisnya sesuatu.Di hari pernikahan, tamu-tamu yang datang sangat banyak, bahkan dosen yang sedang cuti dan teman-teman dari laboratorium juga datang.Dosen dengan penuh semangat menepuk bahu Erwin."Hebat! Tidak menyangka kamu bisa menaklukkan seniormu, kamu benar-benar beruntung."Teman-teman seangkatan juga ikut bercanda.Aku menatap pria di sampingku yang mengenakan setelan jas hitam, rasa bahagia dan puas di dalam hatiku hampir meluap.Sejak bertemu Erwin, barulah aku merasakan apa itu cinta yang terus terang.Upacara pernikahan dimulai, aku menggandeng tangan Ayah, melangkah perlahan menuju Erwin.Ayah meletakkan tanganku ke dalam telapak tangan Erwin."Anakku, aku serahkan padamu."Erwin berjanji kepada Ayah."Tenang saja, aku akan menjaga dia dengan seumur hidupku."Setelah itu,

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 25

    Hendri dengan lemah menarik bibirnya."Layak.""Waktu dulu kamu menyelamatkanku, pasti juga sesakit ini, kan?"Melihat betapa sulitnya dia bicara, aku segera menyuruhnya untuk beristirahat dan jangan bicara lagi.Namun Hendri menggeleng, lalu perlahan dengan suara lemah melanjutkan."Aku bukan sengaja mengikutimu. Setelah mendengar semua yang kamu katakan kemarin, aku banyak berpikir, dan akhirnya aku mengerti.""Dulu aku yang salah. Aku terlalu semena-mena hingga menghabiskan cintamu kepadaku.""Hari ini aku datang hanya untuk memberitahumu bahwa aku menyesal.""Aku ragu dan tidak tahu bagaimana harus memulainya. Tapi kebetulan aku melihat perampok itu mengeluarkan pisau dan di saat itu, satu-satunya pikiran yang ada di kepalaku hanyalah aku tidak boleh membiarkanmu terluka."Aku tidak pernah membayangkan bisa mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulut Hendri.Jika ini terjadi beberapa tahun yang lalu, mungkin aku akan sangat tersentuh.Namun sekarang, semuanya telah berbeda.A

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 24

    Namun rasa sakit yang aku bayangkan tidak terasa.Aku buru-buru melihat ke belakang, dan saat melihat Hendri berdiri di belakangku, satu tangan menekan perutnya dengan wajah yang pucat.Dari sela-sela jarinya, darah terus mengalir.Melihat dia hampir tidak mampu berdiri dan tubuhnya mulai jatuh ke lantai, aku segera menahannya, dan menelepon ambulansSaat itu kesadarannya sudah mulai mengabur, rasa sakit yang luar biasa menguasai seluruh pikirannya.Ternyata, rasanya ditusuk pisau seperti ini.Jadi, dulu dia juga pasti sesakit ini.Hendri berusaha membuka matanya, dan ketika melihat wajahku yang penuh kepanikan, dia malah tersenyum tipis.Namun senyum itu justru menarik luka di perutnya, dan membuatnya semakin nyeri.Aku tidak sempat berpikir banyak, hanya ingin hentikan pendarahan, lalu menekan lukanya dengan kedua tanganku.Melihat dia mulai memejamkan matanya, aku terus-menerus memanggilnya."Bertahanlah, Hendri! Jangan tidur!""Dokter akan segera datang, kamu harus tetap sadar!"Di

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 23

    Hendri tidak mengerti mengapa aku menanyakan hal seperti itu.Aku melanjutkannya dengan tenang."Kalau kamu memang menyukaiku, kenapa tidak pernah memberiku hadiah ulang tahun? Kalau kamu mencintaiku, kenapa tidak mau menemaniku liburan? Kalau kamu benar-benar peduli, kenapa kamu membiarkan wanita lain mengandung anakmu, bahkan foto prewed dengan dia?""Hatiku ini terbuat dari daging, aku juga bisa merasakan sakit.""Kalau ini yang kamu sebut sebagai cinta, maaf, aku tidak sanggup menerimanya."Setiap kali satu kalimat keluar dari bibirku, wajah Hendri tampak makin pucat.Kenangan-kenangan lama pun satu per satu muncul di dalam pikirannya.Dia ingin membantah. Tapi begitu dia menyisir kembali semua yang pernah terjadi, semua benar seperti yang kukatakan.Satu per satu, satu demi satu, semuanya adalah kenyataan yang tidak bisa dia tolak.Akhirnya, Hendri hanya bisa berkata dengan soal Chelsia."Aku baik pada Chelsia hanya karena kupikir dia adalah penyelamatku. Kalau saja dari awal aku

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 22

    Belum sempat aku menjawab, ekspresi Hendri langsung berubah menjadi sangat emosional."Aku bisa menjelaskannya, dulu aku hanya menganggap Chelsia sebagai penyelamatku, aku tidak ada perasaan apapun terhadap dia, tidak ada apa-apa di antara kami.""Namun setelah kamu pergi... setelah kamu pergi barulah aku sadar, ternyata..."Suaranya terdengar seraknya dan isak, air mata mengalir di sudut matanya.Beberapa saat kemudian, dia baru menenangkan dirinya dan melanjutkan kata-katanya."Ternyata, malam tahun baru enam tahun yang lalu, orang yang menyelamatkanku adalah kamu, aku salah mengenali orang."Hendri menatapku dengan mata merah, matanya dipenuhi penyesalan, rasa bersalah, dan kekesalan, namun ada "harapan" juga yang tersembunyi di dalam matanya.Harapan bahwa setelah aku tahu kebenarannya, aku bisa memaafkannya, dan kami bisa kembali bersama.Sayangnya, dia salah.Ketika aku mengetahui bahwa orang yang dia sebut sebagai penyelamat itu adalah yang menyelamatkannya pada malam tahun baru

  • Setelah Pergi Penelitian, Tunanganku Menyesal   Bab 21

    Ayah dan Ibu juga duduk di samping dengan wajah penuh kebingungan.Dua tahun yang lalu, saat aku memutuskan untuk membatalkan pernikahan, aku tidak memberi tahu mereka alasan yang sebenarnya, hanya bilang bahwa aku ingin fokus pada penelitian.Karena itu, dalam pandangan mereka, pihak kami yang lebih bersalah atas pembatalan pernikahan itu.Meskipun mereka selalu merasa bahwa perasaan Hendri padaku tidak terlalu dalam, mereka tetap merasa bersalah kepadanya.Selama dua tahun ini, meski aku tidak pernah kembali, Hendri masih sering datang ke sekitar apartemen.Walaupun dia tak pernah naik ke atas untuk menemui mereka, Ayah dan Ibu tetap bisa merasakan, dia datang untuk mencari aku.Terutama sejak setengah tahun yang lalu, dia hampir datang setiap dua hari sekali.Mereka sempat menasehatinya, memintanya untuk tidak datang lagi.Bagaimanapun juga, saat aku membatalkan pernikahan itu, sikapku sudah sangat tegas.Apalagi aku sedang berada di laboratorium, tidak pernah pulang, meskipun dia m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status