Short
Cinta Kita Sudah Punah

Cinta Kita Sudah Punah

Oleh:  YonataTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
11Bab
4.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Adik angkat suamiku mengajakku keluar makan, tapi saat makan terjadinya gempa bumi. Suamiku selaku seorang pemadam kebakaran di waktu pertama datang menolong kami. Tapi karena kami tertimpa di satu batu, dia hanya bisa menolong seorang dulu, akhirnya dia memilih menolong adik angkatnya yang banyak penyakit itu dan memilih tidak menolongku yang sedang hamil lima bulan. Aku meminta tolong dia untuk menolongku. Tapi dia hanya membiarkan batu besar menimpa patah kakiku. “Anggi sejak kecil banyak penyakit, kalau dia tetap di sini, dia akan mati.” Tapi setelah aku meninggal, dia malah gila.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Ketika Ferry tiba di lokasi gempa, aku dan Anggi tengah terjebak di bawah sebuah batu besar.

Aku tertindih hingga tidak bisa bergerak. Perutku terasa begitu sakit. Aku tahu, kondisi bayi dalam kandunganku tidak baik.

Aku agak khawatir karena tidak mendengar suara Ferry. Meski kondisiku sendiri juga begitu buruk, aku tetap menghibur Anggi.

“Jangan takut, Anggi. Kakakmu akan segera datang menyelamatkan kita.”

Meskipun pagi tadi aku dan Ferry bertengkar soal Anggi dan kami sedang perang dingin, aku yakin Ferry tetap akan datang karena aku mengandung anaknya.

Ferry pasti berpikir meskipun tidak menyukaiku, setidaknya dia masih menantikan bayi dalam perutku.

Namun, ternyata aku masih saja melebih-lebihkan pentingnya diriku dan bayiku di hati Ferry.

Ketika hanya ada satu orang yang bisa diselamatkan terlebih dahulu antara aku dan Anggi, Ferry berkata dengan suara dingin.

“Aku cuma bisa menyelamatkan Anggi dulu.”

“Apa?” Aku ragu apakah aku sudah salah dengar dan menatap Ferry dengan bingung. Akan tetapi, suara Ferry tetap dingin dan tanpa sedikit pun emosi di sana.

“Vania, kuharap kamu bisa lebih bijaksana. Anggi sudah sakit-sakitan sejak kecil. Kalau aku menyelamatkanmu dulu, mungkin dia akan mati. Aku nggak sanggup melihatnya mati.”

“Menurutlah sedikit. Setelah menyelamatkan Anggi, mereka akan segera menyelamatkanmu.”

Aku berusaha keras menahan diri agar tidak menangis. Namun, tetap saja terdengar isak tangis dalam suaraku.

“Sayang, kamu nggak bisa melakukan ini. Aku bisa menunggu, tapi bayi dalam perutku ini nggak bisa.”

“Nggak bisa.”

“Ferry, jangan lakukan ini. Bayi kita benar-benar bisa mati.” Aku menatap Ferry dengan putus asa dengan kesakitan.

“Vania, kalau bayi dalam perutmu benar-benar tiada, ini juga utangmu pada Anggi. Waktu itu, kamu yang sudah menyebabkan bayi Anggi meninggal. Sekarang, anggaplah ini sebagai balasannya.”

“Kamu tahu betul di dalam hati, apakah anak dalam perutmu itu anakku atau bukan. Aku akan menganggap kalau anak haram itu nggak pernah ada.”

Nada dingin dalam suara Ferry membuatku menggigil. Aku mencoba untuk menjelaskan.

“Bagaimana mungkin anak yang kukandung bukan anakmu? Waktu itu, aku juga nggak ….”

Akan tetapi, sebelum aku sempat menyelesaikan kata-kataku, para penyelamat sudah mulai bekerja. Batu besar itu terbalik sepenuhnya ke arahku dan aku pun benar-benar terkubur dalam kegelapan.

Hatiku menjadi sedingin es. Aku sudah mencintai Ferry selama tujuh tahun. Ditambah bayi dalam perutku, tetap saja tidak sepenting Anggi dalam hati Ferry.

Demi menyelamatkan Anggi, Ferry bahkan tega mengatakan jika anak ini bukanlah anaknya.

Aku pun mati dengan cara seperti itu. Jiwaku melayang di udara, menyaksikan Anggi yang diselamatkan.

Sementara itu, suamiku memeluk Anggi dengan ekspresi gembira, seperti baru mendapatkan kembali sesuatu yang sebelumnya hilang.

Rekan Ferry sepertinya tidak tahan melihatnya dan mengingatkan Ferry dengan suara pelan.

“Kak Ferry, Kak Vania belum ditemukan.”

“Kalau belum ditemukan, teruskan pencarian. Untuk apa mengatakannya padaku?”

Aku merasakan hawa dingin di dalam hatiku, ketika mendengarnya. Aku ini istri dan ibu dari anaknya. Namun, hidup dan matiku tidak berarti baginya.

Seakan-akan, nyawaku sedang tidak terancam dan aku hanya sedang keluar untuk makan.

“Kak, aku sangat takut. Waktu terjadi gempa, aku benar-benar takut aku nggak akan pernah bisa melihatmu lagi. Perutku sakit. Bisakah Kakak mengantarku ke rumah sakit? Aku khawatir terjadi sesuatu pada bayi di dalam perutku.” Wajah Anggi pucat pasi dan dia juga terlihat memelas.

Begitulah, Ferry pun menggendong Anggi dan pergi begitu saja tanpa menoleh ke arahku, yang “hidup dan matinya tidak diketahui”.

Pada saat itulah, tiba-tiba aku merasa beruntung karena aku sudah mati. Jika aku masih hidup, bagaimana aku akan menghadapi semua ini?
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
11 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status