Short
Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis

Cinta yang Dipaksakan Berakhir Tragis

Oleh:  RonaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
25Bab
82Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Wira dan Raisa tidak pernah akur sejak kecil. Pada tahun itu, di kalangan mereka hanya tersisa mereka berdua yang cocok untuk dijodohkan. Wira berkata dengan tegas, "Sekalipun mati, aku nggak akan menikahi Raisa." Namun, Raisa malah menunjukkan ketertarikan. "Kalau begitu, aku pasti akan menikah denganmu. Cepat mati sana." Di hari pernikahan, Wira melepaskan puluhan ekor ayam di lokasi acara sebagai bentuk penghinaan. Tanpa ekspresi, Raisa mengambil seekor ayam dan memanggilnya sebagai suaminya. Seketika, Wira kehilangan keinginan untuk mempermalukannya. Dia menatap Raisa yang bersikeras menikah dengannya sambil mencibir. "Kamu pasti bakal nyesal." Tiga tahun pernikahan, untuk ke-99 kalinya, Raisa memergoki Wira berselingkuh di ranjang. Barulah saat itu, dia benar-benar mengerti apa yang dimaksud Wira dulu dengan "penyesalan".

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Setelah menempuh penerbangan semalaman, wajah Raisa tampak pucat saat memandangi pakaian yang berserakan di lantai. Bau menyengat di udara membuat perutnya terasa mual dan bergejolak.

Wira duduk di ranjang tanpa mengenakan atasan, sementara perempuan di pelukannya masih mengenakan piama sutra milik Raisa.

Tangan besarnya terus menjelajahi tubuh wanita itu. Senyuman di ujung matanya semakin sinis.

Wira mengangkat alis, tersenyum licik kepada orang yang datang memergokinya berselingkuh. "Gimana? Piama ini lebih cocok buat dia, 'kan? Raisa, kalau aku nggak salah hitung, ini sudah yang ke-99 kalinya ya? Kamu masih belum mau cerai?"

Dengan gerakan kaku, Raisa memijat perutnya yang terasa nyeri. Untuk pertama kalinya, dia tidak membalas ejekan Wira dengan kemarahan. "Pakai bajumu. Kita bicara di luar."

Wira tertawa sinis melihat punggungnya. "Mau bicara apa? Sudah nggak ada yang perlu dibicarakan lagi di antara kita."

Raisa berhenti, tetapi tidak menoleh ke belakang. "Soal cerai."

Wira tampak agak kaget, mulutnya sedikit terbuka.

"Baguslah! Akhirnya impianmu akan terwujud!" seru wanita di pelukan Wira.

Baru lima menit Raisa duduk di ruang kerja, Wira sudah muncul dengan pakaian lengkap dan membuka pintu. Terlihat jelas, dia sangat antusias untuk segera bercerai.

"Raisa, kamu nggak lagi bercanda, 'kan?" Tatapan meremehkan di mata Wira tidak luput dari perhatian Raisa.

Dia tidak menjawab, hanya mendorong dokumen perjanjian cerai di atas meja ke arahnya. "Lihat dulu. Kalau nggak ada masalah, langsung tanda tangan saja."

Wira mengambil dokumen itu dengan curiga, matanya tampak ragu. Dia benar-benar tidak percaya Raisa akan menceraikannya.

Keluarga Raisa sekarang sudah tak berjaya seperti dulu. Dia yakin Raisa pasti akan terus bergantung padanya, bahkan mungkin mengisap semua yang dia miliki.

Namun, setelah membaca isi perjanjian, Wira benar-benar terdiam. Raisa bukan hanya tidak meminta apa pun darinya, bahkan secara sukarela meninggalkan rumah yang mereka tempati bersama selama menikah.

Dahi Wira berkerut. "Kamu serius? Jangan-jangan hari ini bilang cerai, tapi besok kamu buat onar di rumah lama?"

Raisa tetap tenang. "Aku serius. Aku nggak akan ribut. Kamu tenang saja."

Wira tidak ragu lagi. Dengan cepat, dia menandatangani dokumen itu. Begitu selesai, senyuman tipis muncul di bibirnya. Beban di hatinya terasa terangkat.

"Karena sudah ditandatangani, kita ke pengadilan negeri buat urus prosedur sekarang juga. Masa tenang ada 30 hari. Aku nggak mau buang waktu sehari pun," ujar Wira.

"Sekarang?" Alis Raisa berkerut.

"Heh, aku sudah duga. Jangan-jangan kamu mau tarik omonganmu lagi?"

Perut Raisa kembali terasa nyeri, tetapi melihat ekspresi Wira yang penuh ejekan ....

"Ya sudah, ayo." Tanpa menunda, Raisa pergi mengurus prosedur perceraian bersama Wira.

Saat memberikan selembar formulir kepada mereka, petugas berkata, "Kalau dalam tiga puluh hari berubah pikiran ...."

"Mana mungkin berubah pikiran?" Wira meletakkan pena di atas meja. Senyuman di wajahnya semakin lebar.

Raisa keluar belakangan, tetapi melihat mobil Wira masih terparkir di sana. Pria itu memencet klakson saat melihatnya.

Jendela mobil terbuka sebagian. Wira melepaskan kacamata hitamnya, mulai mengejek dengan santai, "Bagaimanapun, kita ini pernah tidur seranjang. Nggak usah takut nggak laku. Menurutku, cowok ini lumayan."

Wira menyodorkan kartu nama padanya, sengaja ingin mempermalukannya. Yang tak dia duga, Raisa menerima kartu itu. "Oke, akan kupertimbangkan."

Setelah itu, dia berbalik dan pergi dengan tenang, meninggalkan Wira yang mematung di tempat.

Yang Wira tidak tahu adalah 30 hari itu bukan hanya hitungan masa tenang perceraian, tetapi juga hitungan mundur menuju akhir hidup Raisa.
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status