Share

Bab 2

Author: Maggie
Kevin jelas baru pulang dari Hotel Skylounge. Saat ini dia berdiri di kamar kecil Melina, setelan jas putihnya yang mewah masih belum dia ganti. Dari jauh, sosok pria itu terlihat rapi, tenang, dan memesona, seakan lukisan hidup yang diciptakan dengan sempurna.

Sama seperti 13 tahun lalu, sekali pandang saja cukup membuat orang terperosok ke dalam pesonanya.

Namun untuk pertama kalinya, Melina memandang pria yang telah menemani hari-harinya begitu lama itu dan merasa asing.

Kevin mengangkat alis sedikit saat melihat kondisi Melina yang berantakan, pergelangan kaki masih terbalut perban. “Kenapa bisa sampai begini?”

Tangan Melina yang memegang gagang pintu mencengkerat lebih erat. Dia tetap berdiri di tempat, tidak bergerak maju. “Tadi siang aku bantu di galeri seni, ada sedikit insiden.”

“Apa sudah ke rumah sakit?”

“Sudah.”

“Kamu telepon aku terus dari siang, apa karena ini? Maaf, lain kali akan aku suruh asisten untuk menemanimu. Selain itu, jangan pergi ke galeri seni lagi. Tidak aman.”

Nada suaranya terdengar lembut, sedikit mengandung kekhawatiran dengan alis mengernyit.

Tapi bagi Melina, semuanya sudah berbeda.

Dulu jangankan cedera seperti ini, hanya luka kecil di jarinya pun Kevin akan langsung menghampiri, memegang tangannya, dan mengobatinya sendiri.

Tapi hari ini, Kevin tetap berdiri di jauh, bahkan permintaan maafnya pun terdengar hambar.

Selain itu, Melina bisa mencium samar aroma parfum wanita lain di tubuh Kevin, manis dan menusuk, seolah menegaskan betapa dekatnya mereka sebelumnya.

Semua rasa yang tadinya rumit kini terasa begitu jelas.

Melina mengatupkan bibir. “Kevin, tiga tahun ini… kita ini sebenarnya apa? Aku ini siapa di hidupmu?”

“Mel… kamu selamanya adalah keluargaku.”

Kevin menunduk sejenak, lalu menatapnya lagi. “Aku tahu kamu sudah lihat berita itu. Aku nggak mau bohong. Benar, aku akan bertunangan dengan putri Keluarga Hoston. Sebagai penerus Keluarga Boslin, aku punya tanggung jawab menikah dengan pasangan yang sepadan.”

“Tapi tenang saja. Setelah kami menikah pun, hubungan kita nggak akan berubah.”

Ruangan seketika hening. Melina tak bisa berkata-kata.

Luka yang sudah diredakan obat tiba-tiba terasa perih kembali, menjalar hingga ke dada.

Rasanya menusuk dan membuatnya sulit bernapas. Pada akhirnya, Melina hanya tertawa lirih.

“Jadi, maksud semua omonganmu itu adalah hubungan kita selama tiga tahun ini bukan pacaran, melainkan selingkuh? Aku bukan pacarmu, tapi simpanan? Setelah kamu menikah, kamu ingin aku terus menjadi simpananmu. Benar?”

Kevin menatapnya lama.

Akhirnya dia mengangguk. “Benar.”

Tangan Melina bergetar, lalu menahan di dinding. Dia tak pernah membayangkan cinta pertamanya yang dia anggap suci itu, ternyata begitu tak penting di mata Kevin.

Kalaupun Kevin telah berbohong padanya, dia tidak boleh berbohong pada dirinya sendiri.

“Aku nggak terima.”

Melina perlahan-lahan berdiri tegak, lalu menyeka air matanya. Di matanya perlahan muncul cahaya yang lama terkubur, membuatnya terlihat sedemikian indah.

Kevin terdiam sejenak sebelum bertanya, “Apa yang kamu mau?”

“Aku kasih pilihan. Aku atau pernikahanmu itu.”

Kemudian dilanjutkan dengan sekata demi sekata, “Kamu hanya boleh pilih satu.”

Kevin mengerutkan kening, auranya berubah drastis, langkahnya perlahan menekan jarak di antara mereka.

“Kalau aku pilih pernikahan, kamu mau tinggalin aku?”

“Iya. Kalau kamu pilih aku, seberat apa pun perjalanan kita nanti, aku akan tetap di sisimu seperti tiga tahun lalu. Tapi kalau kamu pilih pernikahanmu, hubungan kita selesai di sini. Aku doakan diriku menempuh hidup baru, juga doakan kamu hidup bahagia dengan istri dan anak-anakmu nanti.”

Melina memang mencintai Kevin, tapi dia tidak sebodoh itu.

Dia tidak akan berbagi pria yang dia cintai dengan perempuan lain.

Dia juga hanya memperbolehkan dirinya memberi Kevin kesempatan terakhir kali ini.

Wajah Kevin menggelap. Lama kemudian, dia berkata dengan tak berdaya, “Mel, kamu yakin?”

“Aku boleh saja setuju untuk mengakhiri hubungan kita. Tapi setelah hubungan kita berakhir, kamu yakin dirimu nggak akan terluka?”

"Kamu tahu kamu akan sendirian? Tinggal di Keluarga Boslin tanpa status, tanpa sandaran, di lingkaran sosial atas kamu bukan siapa-siapa… sementara aku punya banyak pilihan.”

“Sekarang kamu memang masih tinggal di rumah Keluarga Boslin. Tapi kamu nggak diakui sebagai anggota Keluarga Boslin, juga bukan adikku. Di kalangan atas, orang dengan status seperti kamu nggak akan dapat dukungan dari siapa pun. Sebaliknya, aku punya banyak pilihan.”

“Hal terpenting adalah kamu sangat mencintaiku. Di saat semua orang mengabaikanmu, bahkan ibumu sendiri, hanya aku yang memperlakukanmu dengan baik.”

“Kamu tega meninggalkan aku?”

Kevin menatapnya dingin, seperti sosok tinggi yang menatap semut tak berarti.

Dia yakin Melina tidak akan pernah sanggup pergi darinya.

Tapi aura dingin dari Melina terasa begitu kuat, lalu dia maju selangkah dan menampar Kevin sekuat tenaga.

Pria itu tak menghindar. Kepalanya sedikit terhuyung, urat di tangan menegang, tapi ekspresinya tetap datar.

Seketika, suara teriakan terdengar.

“Melina! Kamu gila, ya? Kok berani menampar Kevin?!”

Melati masuk sambil membawa nampan berisi potongan buah. Dia langsung meletakkan nampan itu, memeriksa wajah Kevin.

Kemudian, dia menoleh dengan muka masam dan penuh amarah. “Dia ini CEO Grup Boslin! Kamu malah melukai wajahnya! Kalau orang lain lihat, apa kata orang-orang nanti?”

“Aku sudah ajarkan kamu cara bersikap, kenapa kamu tetap saja begini?”

Melati jelas sangat marah. Dia mengangkat tangan, hendak menampar Melina, tapi pergelangannya seketika ditahan.

Kevin menahan Melati, lalu berkata dengan nada lembut, tapi tak terbantahkan. “Tante Melati, kami hanya bercanda. Aku akan jelaskan pada Ayah, kamu nggak perlu khawatir.”

“Kamu ini. Tante juga hanya mengkhawatirkanmu… “

Melati paling takut suaminya mengamuk. Setelah mendekat balasan Kevin, dia pun jadi lebih tenang. Tapi dia tetap mengoceh lagi.

“Kevin, kalian bebas bermain dan bercanda. Sebagai orang tua, aku nggak akan banyak ikut campur. Tapi kamu dan Melina sama-sama sudah dewasa. Kalian perlu tahu batas… ”

“Tante nggak bermaksud apa-apa karena Tante tahu kamu punya selera bagus terhadap wanita… ”

“Kamu akan segera menikah dengan putri Keluarga Hoston. Itu pernikahan yang ayahmu setujui. Mana mungkin kamu mau sama Melina yang tak berguna ini… ”

Kevin diam saja. Dia melirik sekilas ke arah Melina sebelum berjalan keluar.

Melati buru-buru mengikuti Kevin, sama sekali tak menoleh pada anaknya itu, bahkan tak sadar pergelangan kaki Melina masih terluka.

Melina menatap punggung mereka sampai menghilang, lalu tersenyum pahit.

Benar saja. Orang paling dekatlah yang paling bisa melukai.

...

Malam itu, Melina mengunci pintu. Setelah minum obat pereda nyeri, dia berharap bisa tidur, tapi nyeri itu membuatnya terjaga sampai pagi.

Belum lama memejamkan mata, suara ketukan terdengar dari luar.

“Nona Melina, ada tamu di rumah. Nyonya sedang menjamu. Tuan Kevin minta Anda ikut ke bawah.”

Melina mengerutkan kening. Dia tak tahu tamu macam apa yang membuatnya dengan kaki cedera, harus turun.

Namun, suara ketukan terus terdengar. Artinya, Melina mau tak mau harus turun.

Akhirnya dia bangkit perlahan, menggertakkan gigi, dan menyeret kakinya menuruni tangga.

Begitu tiba di ruang tamu, dia langsung terpaku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 100

    Sayangnya, kali ini percuma Novi kembali ke Kota Livia.Zara menggenggam setir sambil tersenyum pada Melina. “Sekarang Leon sudah menikah denganmu. Kalau Novi paham situasi dan menghilang, kita lupakan saja. Tapi kalau dia masih nekat, kita hajar bareng!”Dengan status keluarga Zara, menghadapi Celine memang agak berat, tapi menumbangkan Novi dari Keluarga Lesley jelas hanyalah hal sepele seperti melawan anak kecil.Mendengar itu, Melina tak menahan tawa, tapi juga tidak menolak.Meski dia dan Leon bukan suami-istri sungguhan, sebagai rekan kerja sama, dia boleh mengabaikan perempuan lain di sekitar Leon, tetapi tidak dengan Novi. Dia akan menghajarnya tanpa ragu.“Semoga kalau dia memang cerdas, dia akan menyerah,” ucap Melina tulus.Zara tidak menanggapinya. Di lubuk hatinya, dia merasa harapan Melina besar kemungkinan akan pupus.Kebetulan mobil sudah masuk ke pelataran Hotel Skylounge.Sebelum benar-benar pindah ke rumah baru untuk tinggal bersama Leon, Melina tetap menginap di sin

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 99

    “Nggak apa-apa… Pokoknya jangan bilang Leon berniat nakal lagi, dia tidak berbuat apa-apa…”Melina buru-buru mengipasi wajahnya yang merona merah, lalu berusaha mengalihkan topik. “Omong-omong, bukankah kamu mau cerita tentang kemenanganku?”"Kamu sudah bilang tentang Kevin, lalu bagaimana dengan Celine?”Tadi setelah menampar Celine, Melina langsung meninggalkan aura konferensi. Jadi, sekarang dia sangat penasaran apakah Celine dan Sinta akan membalas dendam padanya.Mendengar itu, Zara malah tertawa makin riang.“Mel, aku sengaja menaruh cerita tentang Celine di bagian terakhir karena ceritanya terlalu seru!”“Bagaimanapun dia adalah anggota Keluarga Hoston, jadi kebanyakan berita tentangnya sudah diblokir. Sayangnya, tetap saja sudah pada tahu. Aku dengar-dengar di grup sosialita, katanya pada akhirnya Celine diseret pulang oleh pengawal berbaju hitam yang diperintahkan Santo Hoston. Dia bahkan diikat dengan tali.”“Sekarang di vila Keluarga Hoston, lampu menyala terang benderang, t

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 98

    “Urusan terpenting hari ini tentu saja adalah perihal kemenanganmu!”Zara berseru riang.Hari ini dia tidak datang ke konferensi pers untuk menyaksikan langsung di tempat tidak lain adalah karena Keluarga Boslin khawatir dia akan berpihak pada Melina, jadi sengaja tidak mengundangnya.Demi kelancaran rencana Melina, Zara pun menahan diri untuk berpura-pura tidak tahu dan tidak muncul.Meski tubuhnya tak hadir, matanya sudah menebar ke setiap sudut.“Mel, kamu pasti belum tahu. Begitu kabar kamu adalah istri Leon tersebar keluar, semua hujatan tentangmu di media sosial seketika hilang tanpa jejak. Para warganet yang sebelumnya dibutakan oleh Kevin dan percaya kamu adalah pelakor pun seketika bungkam. Mereka beramai-ramai minta maaf padamu, lalu berbalik memaki Kevin tidak tahu malu. Saham Grup Boslin pun ikut merosot.”Kevin memang baik, tapi Leon terlalu istimewa.Tak ada perempuan waras yang akan meninggalkan Leon untuk bisa bersama Kevin.“Awalnya memang ada segelintir warganet yang

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 97

    “Kamu dan Leon hanyalah hubungan kerja sama.”“Dia jadi suami palsu untuk membantumu keluar dari Keluarga Boslin dan menangkis ulah Celine, sementara kamu jadi istri palsu untuk membendung segala rintangan licik dari Keluarga Hoston dan mencegah perempuan lain menempelinya.”Oleh karena itu, malam ini Kevin marah sebenarnya hanya karena Melina rela memakai cara apa pun untuk meninggalkannya, bukan karena Melina sudah nikah dengan Leon.Namun, tadi pikirannya tiba-tiba berubah.“Mel, kalau kamu mau pergi untuk menenangkan diri di luar, aku hargai pilihanmu, supaya kamu tak lagi merasa aku mengekangmu. Tapi, masalah ini belum selesai.”“Cepat atau lambat, pernikahan palsumu dengan Leon akan berakhir. Nantinya, kamu pasti akan kembali ke sisiku.”Kevin mengenakan kembali kacamata bingkai emasnya yang berkilat dingin. Suaranya lembut dan serius.Wajah Melina menggelap. Meski sudah berusaha menahan diri, dia tetap tersulut. “Kevin, jangan terlalu percaya diri! Pernikahan palsu? Itu cuma dug

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 96

    Walau meminta penjelasan dari Kevin, sebenarnya Melina juga tak berharap akan dapat kata-kata yang layak didengar.Hanya saja, dia tidak menyangka bukan saja tak ada kata baik, Kevin malah mulai memerintah dan menyanderanya seolah itu memang hak Kevin.Padahal Melina tak pernah berhutang apa pun pada Kevin, juga bukan pengikutnya. Dia berhak pergi, berhak memilih bersama siapa dirinya tinggal. Kevin sama sekali tidak punya hak untuk ikut campur.Usai menegaskan dengan dingin, Melina menarik resleting koper hingga rapat dan siap berangkat.Detik berikutnya, daun pintu di hadapannya dibanting tertutup. Dari belakang, Kevin menahan gagang pintu.Suaranya rendah dan sarat bayang gelap. “Mel, kamu sudah berubah. Kamu tidak lagi seperti dulu.”“Tak ada manusia yang tak berubah! Kamu sebut aku berubah hanyalah karena kamu tak lagi bisa mengambil untung dariku, tak lagi bisa memakai dalih cinta untuk memerintahku tunduk!” Melina berkerut kening dan berusaha melepaskan diri. Tubuhnya terjepit d

  • Setelah Putus, Aku Jadi Kakak Iparnya!   Bab 95

    Melina kembali melirik Kevin. Dia tidak menyangka sampai pada titik ini pun Kevin masih bisa mengatakan hal seperti itu padanya.Dia pun menghentikan semua gerak-geriknya, lalu bertanya dengan serius, “Kevin, apakah kamu salah paham? Kenapa aku nggak berani menghadapimu? Memangnya aku pernah berbuat salah padamu?”“Benar. Kamu mengkhianati perasaanku dan mengingkari janji untuk tidak pernah meninggalkanku.” Kevin melepas kacamata bingkai emas dan menampakkan sorot mata yang merosot tak terkendali.Melina tidak tahu setelah dia dan Leon pergi, Celine langsung ditangkap para pengawal berpakaian hitam atas perintah Santo untuk dibawa pulang.Celine baru sadar dirinya telah membuat masalah besar. Kalau sampai dibawa pulang, nasibnya pasti buruk. Alhasil, dia menangis dan menjerit minta maaf. Dia bahkan menggigit seorang pengawal untuk melepaskan diri.Robert dan Melati sibuk menenangkan Celine yang kalap.Kevin tahu seharusnya dia tetap tinggal, tapi dia memilih untuk diam-diam pulang ke r

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status