"Ibu datang, kau malah pergi!" Jane berteriak cukup lantang saat Peter berlari begitu saja melewatinya."Maaf, Bu. Aku sedang buru-buru." Peter tetap berlari ke luar."Hei!" pekik David saar tubuhnya tidak sengaja di serempet Peter."Maaf, Ayah. Aku sedang buru-buru." Alasan sama yang Peter lontarkan pada ibunya.Dari ambang pintu, Jane dan David saling pandang lalu menatap mobil Peter yang sudah melaju."Ini sudah malam, dia itu mau kemana?" tanya David.Jane hanya angkat bahu lalu mengajak David masuk ke dalam rumah. Suasana di luar terlalu dingin."Mungkin dia mau bertemu Lizy," tebak David."Aku tidak yakin.""Kenapa?""Bukankah Peter sendiri yang bilang kalau dia tidak tertarik dengan Lizy?""Benar juga."Keduanya mengobrol ringan di ruang tengah. Mereka datang berniat untuk mengajak Peter makan malam, tapi malah dia pergi dengan buru-buru."Makan malam sudah siap, Tuan, Nyonya." Salah satu pelayan mendatangi mereka dan mempersilahkan hidangan makan malam yang sudah tersaji di at
Alex bangun lebih awal, ia merasa tenggorokannya begitu kering. Saat sudah mengangkat tubuhnya, Alex menguap lalu meregangkan otot tubuhnya. Setelah itu, Alex menoleh pada seonggok daging berselimut yang masih terlelap"Stela, bangunlah. Ambilkan aku minum, aku haus." Alex mengguncang pelan tubuh Stela.Tidak ada sahutan dari Stela hingga beberapa kali Alex coba bangunkan. Stela hanya melenguh dan justru menarik selimut hingga menutupi bagian kepala.Alex berdecak saat itu, tapi ia merasa tidak tega membangunkan Stela. Pada akhirnya Alex turun dari ranjang dan mengambil minum sendiri di dapur."Apa ini?" Alex berhenti di samping meja makan saat melihat ada kardus persegi empat."Pizza?" Satu alis Alex terangkat. "Siapa yang menaruh pizza di sini?" Sambil berpikir, Alex berjalan ke arah dispenser untuk mengambil air putih.Alex kembali dengan segelas air putih lalu duduk. Ia meneguk habis lalu mendesah. Setelah meletakkan gelasnya, Alex kembali menatap kardus pizza tersebut."Apa semal
Hampir setiap saat Stela Wen datang ke kantor Jacob dengan wajah murung. Wajah cantiknya selalu ditekuk dan sedikit terlihat kacau."Apa lagi?" tanya Jacob. "Duduklah sini."Stela Wen duduk lemas. Ia bersandar sementara Jacob sedang mengambil air putih di dekat meja kerjanya."Aku lelah …," kata Stela Wen.Jacob kembali membawa air putih. "Minumlah ini. Aku belum haus, sepertinya kau yang membutuhkan air."Stela Wen menerima segelas air putih itu dan meneguknya. Ia kemudian meletakkan di atas meja. "Aku hampir gila.""Soal Peter atau Alex?""Dua-duanya. Mereka sungguh membuatku stres!"Jacob duduk dengan menyilang kaki miring ke arah Stela. Ia memandangi Stela dan menghela napas sebelum berbicara."Aku dengar, Peter itu orang baik. Tidak ada riwayat keburukan yang dia lakukan selama ini. Soal kedekatan dengan seorang wanita pun jarang didengar. Mungkin dia hanya ingin mengajakmu berkenalan."Stela Wen mendelik sempurna. "Apa yang kau katakan? Jangan ngarang begitu.""Ini hanya tebakan
"Sebenarnya kau mengajakku kemana?" tanya Stela. Ia melangkah keluar dari istana Peter dengan susah payah karena harus mengimbangi langkah kakinya yang memakai sepatu hak tinggi. Belum lagi, Stela di repotkan dengan gaun yang menurutnya terlalu mewah hingga membuatnya merasa tidak nyaman."Diam dan tetap santai," kata Peter sembari membersilahkan Stela untuk segera masuk ke dalam mobil.Stela Wen berdecak sebal dan menghentakkan satu kakinya. Namun, hal yang dilakukannya itu justru membuat Stela sedikit terkilir hingga hampir terjatuh. Beruntung Peter segera menangkap dan memegang bagian pinggang Stela."Kau tak apa-apa?" Peter memastikan. Kini kedua mata mereka bertemu dan saling terdiam memandang."Em, aku baik-baik saja." Stela buru-buru melepaskan diri.Keduanya sama-sama salah tingkah dan panik sendiri. Stela tidak tahu kalau hanya sekedar bertukar pandangan sekejap dengan Peter bisa membuat jantungnya berdegup begitu kencang.Masih menahan rasa gugup, Stela pun segera masuk ke d
Stela Wen tidak tahu sedang berada di sebuah acara apa, yang jelas banyak para pejabat tinggi yang menghadiri acara tersebut. Stela beberapa kali bertanya pada Peter, tapi pria itu tidak memberi penjelasan.Di dalam toilet, Stela masih memandangi wajahnya sendiri yang terlihat bingung. Dia bertemu sahabat lama, lalu melihat sang suami datang bersama wanita lain."Kenapa bukan aku?" Stela bertanya pada dirinya sendiri.Ia tidak peduli dengan riasan di wajahnya. Setelah membasuh beberapa kali wajahnya dengan air kran, kemudian Stela beranjak keluar.Stela tidak kembali masuk ke acara pesta, melainkan beralih ke pintu lain yang terhubung dengan jalan keluar. Hal itu pun tidak mudah bagi Stela, ia harus beberapa kali bertanya pada penjaga di mana jalan keluarnya."Meriah sekali pesta ini?" bisik Emma sambil menarik lengan jas Alex.Alex tersenyum. "Tentu saja, ini acara orang-orang basar.""Selamat datang Tuan Alex." Peter datang mendekat membawa satu gelas di tangan kirinya dan satu gela
Pagi hari di kediaman Peter, Chloe sudah berdiri bersandar pada pintu ruang tamu. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya sementara satu kakinya terangkat mendarat pada kusen pintu. Ia sedang menunggu seseorang untuk diinterogasi."Sedang apa, sayang? Kenapa menghalangi jalan?"Yang lebih dulu muncul ternyata Jane, dan tidak lama kemudian disusul David."Tidak ada apa-apa." Chloe menurunkan kakinya sambil cengengesan. "Kalian silahkan berangkat."David dan Jane saling pandang lalu melenggak tidak memperdulikan Chloe yang bertingkah aneh itu."Dagh, Ayah, Ibu." Chloe melambaikan tangan saat kedua orang tuanya masuk ke dalam mobil. "Hari ini aku di ru--""Awas!" Dari arah belakang Peter muncul dan langsung menyerempet tubuh Chloe. "Kau menghalangi jalanku tahu!""Eh, Eh!" Chloe segera meraih tangan Peter dan tidak memberi ijin untuk pergi. "Kita harus bicara dulu.""Ada apa!" teriak David dari balik kaca jendela mobil.Sambil mendorong paksa punggung Peter, Chloe balas berteriak. "Tid
Stela Wen merasa jengkel dan marah. Ia kesal karena dalam suasana sendu di pemakaman pun bisa datang seorang pengganggu juga. Ia heran kenapa Peter bisa tahu di mana pun dirinya berada.Tidak mau berbicara dengan Peter, Stela terus berjalan menjauh hingga keluar dari area pemakaman."Berhenti mengikutiku!" hardik Stela.Peter tidak peduli dan terus mengikuti langkah Stela."Kita sudah ada perjanjian, kau tidak boleh seenaknya menghindar dariku!" sahut Peter saat sudah mensejajari langkah Stela."Bukan begini caranya!" seru Stela sambil menghentakkan kaki dan membuat langkah kedua berhenti."Dengar," Stela berjinjit dan menatap Peter. "Biarkan sejenak aku menenangkan pikiranku dulu. Apa bisa?"Peter terdiam, ia mematung sampai tidak sadar kalau Stela sudah melangkah semakin jauh. Pada akhirnya, Peter membiarkan Stela pergi."Mungkin aku terlalu buru-buru," gumam Peter.Stela Wen sudah sampai di depan sebuah gedung perusahaan. Ia datang menemui sang suami dengan membawa sebungkus makan
"Ayah, katakan pada ibu, hari ini aku menginap di rumah Peter saja.""Kenapa?""Tidak apa, terlalu larut kalau aku pulang.""Baiklah."Chloe meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu membanting tubuhnya di atas kasur."Aku pulang tapi sepertinya dia tidak terlalu senang.Beralih dari Chloe yang sudah memejamkan mata, Peter dan Stela kini sudah memasuki halaman rumah. Peter tidak langsung membukakan pintu untuk Stela saat bola matanya menangkap sebuah mobil di garasi yang masih terbuka. Peter lantas duduk dan tertegun untuk sesaat."Apa Chloe ada di sini?" gumam Peter.Stela yang merasa heran segera mengamati wajah Peter. "Ada apa?"Peter bergidik dan tersenyum. "Tidak apa-apa. Em, sebaiknya kita putar balik saja.""Kenapa?"Peter tidak menjawab, melainkan sibuk memutar mobilnya dan segera menjauh dari area rumahnya."Kau tidak mengizinkanku datang ke rumahmu?" tanya Stela heran.Peter menggeleng. "Tidak, bukan begitu. Hanya saja di rumah sepertinya sedang ada orang lain."Stela mengeru