“Dari mana kau!” bentak Alex saat Stela Wen baru saja masuk kamar.
Karena sudah merasa lelah, Stela Wen hanya menghela napas dan melengos. Alex lantas mendekat dan meraih tangan Stela Wen.“Aku tanya, kenapa kau diam saja?”Stela Wen menepis dan berdecak. “Bukankah kau sendiri yang tidak mau bicara? Kenapa sekarang kau bertanya?”Alex menguatkan rahang lalu terdengar helaan napas. “Aku minta maaf,” katanya kemudian.Stela menoleh dan menatap diam wajah sang suami. “Untuk apa?”“Semuanya.” Alex meraih tangan Stela hingga posisinya saling berhadapan.Yang namanya wanita memang tidak bisa dipungkiri jika menyangkut soal perasaan. Jika masih ada rasa cinta, memandang wajah pun langsung mulai luluh.“Apa kau mengakui tentang perselingkuhanmu dengan Emma?” tanya Stela.Alex melepas genggaman tangan, lalu mundur dan duduk di tepian ranjang. Stela yang awalnya sudah mulai luluh, kini kembali merasakan kecewa. Apalagi racauan kedua orang itu saat di atas ranjang hampir setiap hari melintas di pikiran Stela.“Kenapa diam?” Stela mengamati dengan jeli. “Kau tidak mau mengakui hal itu?”Alex mendongak dan membalas tatapan Stela Wen. “Aku tidak berniat melakukan hal itu. Aku hanya sedang stres dengan pekerjaan kantor, dan Emma selalu datang menghibur.”Napas Stela mulai sesak mendengar penjelasan Alex yang begitu santai. Stela baru teringat kalau Alex dan Emma memang bekerja dalam satu perusahaan. Dan mungkin inilah awal mereka semakin dekat.“Apa aku termasuk membuatmu stres?” tanya Stela Wen kemudian.“Apa maksudmu?”Stela merasakan tubuhnya mulai terasa panas. Dia matanya mulai berkedut-kedut menahan air mata.“Kau sampai mencari hiburan di luar sana, padahal kau memiliki istri di rumah. Kau terhibur oleh perlakuan Emma, itu artinya kau sudah tidak tertarik dengan istrimu sendiri.”“Siapa bilang!” Alex berdiri. “Tentu saja aku tertarik padamu. Kau adalah istriku.”Stela tersenyum getir lalu membuang muka. “Sudahlah, jangan mengelak. Kalau kau mencintai Emma, katakan saja. Toh dia mantan kekasihmu kan? Aku ini hanya wanita yang dijodohkan denganmu.”Alex merasa iba melihat raut wajah Stela yang sendi. Bagaimana ia bisa menikah dengan Stela, memang karena sebuah perjodohan. Dulu, ibunya yang memaksakan untuk menikahi Stela. Padahal saat itu sudah Jelas kalau Alex sudah memiliki kekasih.Karena terus didesak oleh sang ibu, akhirnya Alex setuju menikah dengan Stela Wen. Meski awalnya tidak ada rasa, tapi kemudian rasa cinta muncul saat usia pernikahan sekitar dua bulan lebih.Semua terasa indah hingga tiba-tiba beberapa bulan terakhir setelah satu tahun pernikahan, Alex mulai menjauh. Semua seperti ada jarak yang saat itu Stela tidak tahu apa penyebabnya.“Besok aku akan membawa Emma kemari.”Belum juga mengakui tentang hubungan gelap bersama Emma, perkataan Alex membuat Stela kebingungan.“Apa maksudmu?”Meski ada rasa sesal, tapi Alex akhirnya bicara sesuai permintaan Emma waktu itu.“Maaf membuatmu kecewa, tapi sudah waktunya aku jujur.”Stela hanya tertegun diam mendengarkan penjelasan Alex yang mungkin akan membuat hati terluka.“Kau tahu kekasihku saat kita dijodohkan adalah Emma, kan?”Ya, memang benar, Stela tahu itu. Keduanya bersahabat dan mulai renggang karena perjodohan itu. Namun, ini bukanlah kesalahan Stela sepenuhnya. Semua karena perjanjian kedua orang tua. Saat itu terjadi, Emma memutuskan untuk pergi ke luar negeri.“Lalu?” Stela menatap Alex dan membutuhkan penjelasan yang lebih panjang.“Aku tidak bisa memilih. Jika Emma tidak muncul, mungkin aku tidak akan teringat masa lalu kita lagi. Tapi tiba-tiba Emma datang dan itu membuatku merasa senang.”Pengakuan itu membuat Stela tersenyum getir. Jadi semua ini tentang cinta lama kembali bersemi? Benarkah begitu? Ah, Stela sungguh ingin marah.“Kalau begitu, kau harus memilih. Aku atau Emma?” Stela mundur satu langkah, tapi bola matanya masih tajam menatap Alex.“Sudah aku katakan, aku tidak bisa memilih.” Alex membuang muka. “Orang tua Emma sudah tahu dengan hubungan ini. Mereka memintaku untuk segera menikahi Emma.”Mata Stela membelalak sempurna. Ini adalah berita yang benar-benar membuat raganya terasa dihantam ombak besar. Menikah? Alex? Lalu aku bagaimana? Stela Wen tidak terasa sudah menitikkan air mata.“Lalu aku bagaimana?” lirih Stela Wen.Alex maju lalu memeluk Stela, “Kau tetap menjadi istriku. Aku juga mencintaimu.”“Shit!” umpat Stela yang langsung mendorong tubuh Alex.“Kalau kau memang mencintaiku, kau tidak akan berselingkuh!” tekan Stela.Alex tidak berkata lagi. Ia hanya mendesah lalu meninggalkan Stela di kamar tersebut. Alex memutuskan untuk tidur di kamar lain.“Tega sekali kau ...” Stela terduduk di bawah ranjang. Ia memeluk ke dua lututnya lalu menyembunyikan wajah yang sudah banjir air mata.Satu tahun pernikahan, haruskah berakhir seperti ini? Stela Wen sungguh sangat kecewa.“Kau kenapa?” tanya Angela saat Alex hendak masuk ke kamar tamu. “Tidak tidur dengan istrimu.”Alex urung membuka pintu dan beralih duduk di sofa ruang tengah. Angela juga ikut duduk.“Bertengkar?” tanya Angela.Alex mendesah lalu menyandarkan kepala pada sandaran sofa. “Aku bingung mengenai Emma.”“Jadi, kau sungguh akan menikahinya?”Alex duduk tertegak lagi dan menatap serius ke arah Angela. “Dari mana kau tahu tentang ini?”“Aku sudah lama tahu tentang perselingkuhanmu. Jadi tidak perlu terkejut begitu.”“Apa ibu juga tahu?”“Tentu saja,” jawab Angela enteng.“Dia tidak marah?”Angela menggeleng. “Untuk apa marah? Sepertinya ibu lebih suka kau menikah dengan Emma. Untuk saat ini Stela Wen yang katanya keturunan keluarga kaya dari Hongkong, ternyata sudah bangkrut. Jadi untuk apa dipertahankan?”“Apa maksudmu?” Alex tidak mengerti.“Apa kau tidak tahu kenapa Ibu menikahkanmu dengan Stela?”“Tentu karena ibu dan keluarga Stela dekat.”Angela sontak tertawa mendengar jawaban dari Alex.“Mana begitu.” Angela masih tertawa. “Ibu menjodohkan kalian berdua karena keluarga Stela waktu itu masih kaya raya. Tapi setelah mendengar keluarga Stela bangkrut, ibu dan aku jadi membenci Stela. Selain dia tidak hamil-hamil, dia juga sudah tidak bisa diharapkan lagi.”“Jahat sekali mereka padaku!” tidak sengaja mendengar pembicaraan itu, Stela Wen nampak marah. Ia mengepalkan kedua tangan dengan kuat lalu beranjak pergi ke kamar lagi.Jika bukan karena mendadak merasa haus, mungkin Stela Wen tidak tahu mengenai kebusukan ibu mertuanya. Ternyata kebaikan mereka selama ini hanya tersumpal oleh kekayaan saja. Cih! Tidak jauh seperti layar drama.“Aku tidak menyangka kalian jahat padaku!” Stela membanting pintu kamar cukup keras.Sementara dua orang di bawah, tidak tahu kalau pembicaraan mereka sudah didengar oleh Stela Wen.“Kau buat Stela tidak lepas meski kau mau menikahi Emma. Jujur saja aku masih ingin Stela di sini.”“Caranya?”***Suasana di ruang makan kali ini tidak sepi seperti biasanya. Tuan David dan Nyonya Jane kini tengah kembali ke negaranya untuk menengok sang putra. Jika mereka berdua senang, tidak untuk Peter. Ia tahu apa tujuan ke dua orang tuanya datang.“Ibu akan suka jika kau menikah dengan Lizy,” kata Jane sambil mengunyah makanan.“Ayah juga setuju,” sambung David.Peter meletakkan sendok di atas piring lalu meneguk minumannya hingga hampir habis. Dalam benaknya, ia malas sekali jika membicarakan tentang wanita itu.“Apa kalian tidak tahu bagaimana perbuatan Lizy?” tanya Peter.David dan Jane saling pandang sesaat.“Apa maksudmu?” tanya Jane.“Ibu mau menikahkanku dengan Lizy, tapi ibu belum tahu seperti apa perlakuan dia di luar sana. Apa ibu mau putra ibu ini menderita?” Peter bergantian menatap wajah ayah dan ibunya.David tersenyum tipis usai menghela napas. “Kalau menurutmu Lizy memang tidak baik, maka kenalkan wanitamu sendiri pada ayah dan ibu.”Jane mengangguk setuju.Peter be
“Kapan kita akan bercinta di rumahmu?” tanya Emma sambil mengusap dada Alex yang tak tertutup sehelai benang pun.“Sebentar lagi, Sayang,” jawab Alex sambil memiringkan badan.Keduanya masih terbaring di atas ranjang. Di balik selimut yang tebal, kini keduanya sama sekali tidak memakai apa pun. Bercinta di belakang sang istri, sepertinya sudah menjadi rutinitas untuk Alex.Setiap Emma merayu, Alex tidak akan bisa menolak. Tampilannya yang feminim, tentu sangatlah menggairahkan. Setiap kali Emma bertemu dengan Alex, ia selalu mengenakan pakaian yang sedikit terbuka. Rok span di atas lutut, lalu dipadukan dengan T-sirt yang ketat pula. Belum lagi bibirnya yang merona, pasti mengundang setiap pria untuk segera mengecup dan melumat habis.“Apa kau juga hebat saat bersama Stela?” tanya Emma.Emma hanya ingin memancing dan melihat reaksi Alex.Alex terdiam. Ia seperti menimang jawaban yang pas. Pertanyaan dari Emma sangat sensitif karena memang itu seharusnya menjadi masalah pribadi.
Peter kembali dengan membawa paperbag berisi snak ringan. Ia masuk ke dalam rumah langsung disambut dua pelayan yang tadi mengepel lantai atas.“Ada apa?” tanya Peter.“Itu, Tuan.” Kedua pelayan bingung dan saling sikut.Peter menaikkan satu alisnya. “Itu apa?”“No-Nona Stela menangis.”Peter spontan berdecak dan berlari menaiki anak tangga. Ia terlihat cemas jika sudah menyangkut tentang Stela Wen. Pasalnya, tadi saat Peter meninggalkannya ke supermarket, Stela sudah terlihat lebih tenang, kalau dia menangis lagi pasti karena teringat suaminya itu.Benar saja, saat Peter membuka pintu kamar, Stela terlihat sedang duduk dengan kedua kaki terlipat. Rambutnya yang panjang terlihat menutupi wajahnya yang menunduk. Pundaknya naik turun sesenggukan karena tangis.“Kau menangis lagi?” Peter mendekat.Stela Wen mendongakkan wajah. Sungguh wajah cantik itu terlihat begitu kacau. Peter meletakkan belanjaannya di atas meja dekat ranjang, lalu ia duduk di hadapan Stela.“Apa kau mau ber
Pagi menjelang, Stela Wen terbangun dengan mata membengkak. Tubuhnya masih lemas karena semalam tidak makan apa pun. Sambil mencoba membuka matanya yang berat, Stela meregangkan badannya ke kanan dan ke kiri bergantian.“Astaga!”Saat Stela menyibakkan selimut, ia baru tersadar kalau dari semalam ia tidur tidak memakai baju. Kejadian malam itu seperti terulang kembali, hanya bedanya kali ini Stela Wen masih mengenakan pakaian dalam.“Semalam aku ngapain?” Stela mencengkeram ujung selimut di depan dada.“Kau sudah bangun?”Suara berat itu mengejutkan Stela Wen. Ia sampai terkesiap dan sedikit mundur hingga ke sudut ruangan.Peter berjalan mendekat“Maaf yang semalam,” kata Stela lirih. “Sepertinya aku sudah mengacaukan ranjangmu.” Stela melirik pakaiannya yang masih tergeletak di atas lantai.Peter angkat bahu dan sama sekali tidak menoleh. Ia berjalan ke arah lemari handuk. Usai mengambilnya, Peter segera masuk ke dalam kamar mandi.Ketika pria itu sudah tak terlihat, Stela W
Alex meninggalkan Emma di ruang tamu bersama Angela, sementara dirinya menyusul Stela masuk ke kamar.“Aku sedang bicara, kenapa kau pergi?” salak Alex sesampainya di kamar.Stela Wen mendesah dan menurunkan tangan yang semula hendak menggulung rambutnya. “Sudah kuberi alasan tadi, kan?”Saat Alex mendekat, Alex menyadari ada sesuatu yang terjadi pada Stela Wen. Terlihat dari wajah masam dan kedua mata yang membengkak.“Kau kenapa?” tanya Alex kemudian.“Tidak apa-apa,” jawab Stela sambil menepis telapak tangan Alex yang hendak menyentuh wajahnya.“Kenapa wajahmu pucat masam begitu?”“Bukan urusanmu!”“Stela!” hardik Alex tiba-tiba. Stela sampai membelalak kaget. “Kau jangan membuatku marah!” imbuh Alex lagi.Stela mengeraskan rahang menahan amarah. Siapa di sini yang bersalah dan siapa yang ujung-ujungnya marah-marah?“Untuk apa kau peduli denganku, ha?” tanya Stela. “Bukankah sudah ada Emma?”Alex terdiam sesaat. Ia sendiri sejujurnya pulang larut semalam. Ia mendadak emo
Meski tahu kalau Stela Wen adalah istri sah Alex, tetap saja Emma merasa cemburu. Hatinya terasa sakit saat memergoki Alex tengah memeluk Stela. Karena merasa jengkel, selama perjalanan Emma terus memasang wajah cemberut.“Sudahlah, jangan cemberut begitu,” kata Alex. “Kau kelihatan jelek kalau begitu.”Emma menoleh cepat sambil menajamkan pandangan. “Oh, jadi maksudmu Stela yang cantik.”“Bukan begitu. Maksudku, kau juga cantik, tapi jangan memasang wajah masam begitu.”“Kau akan segera menikahiku, tapi kau masih tetap saja tergoda olehnya,” sungut Emma.“Kata siapa?” tepis Alex. “Kalau aku tertarik padanya, aku tidak mungkin setiap malam bersamamu.”Emma terdiam membebarkan kalimat Alex. Memang, hampir setiap malam Emma selalu ditemani Alex sebelum menjelang tidur. Akhir-akhir ini Alex pulang hanya untuk mandi, tidur dan makan saja. Sebagai sosok suami, harus Alex tahu kalau Stela juga menginginkan sebuah sentuhan.Semua perdebatan berakhir setelah sampai di depan gedung apar
"Siapa wanita tadi?" tanya Stela. Peter yang sedang menikmati pasta lantas mendongak. "Hanya teman." Stela mencebik bibir lalu menunduk. "Tapi kenapa dia kelihatan marah saat kau bilang aku kekasihmu? "Nanti kau juga tahu," sahut Peter enteng. "Tidak tahu juga tidak apa." Stela buru-buru menghabiskan makanannya. Begitu piringnya sudah kosong, Stela mendorongnya ke tengah lalu segera meneguk minumannya sampai habis. "Aku sudah selesai," kata Stela sambil meletakkan kembali gelasnya di atas meja. "Sebaiknya aku pergi." "Hei!" Peter meraih tangan Stela hingga terduduk lagi. "Memang siapa yang sudah mengizinkamu pergi?" "Tidak ada, tapi aku ingin pergi. Aku sudah kenyang." Stela melengos dan melenggak begitu saja keluar dari restoran. Peter yang belum mau kehilangan Stela, segera berlari menyusul. "Aku antar kau pulang." Stela Wen berdecak sebal begitu tahu langkahnya masih dibuntuti oleh Peter. Selain sudah stres menghadapi kehidupan bersama suami, di luar sini Stela harus berh
Ibu dan anak tersebut kini sudah duduk di ruang tengah. Mereka duduk mengobrol sambil menunggu ayah pulang. Jika memang ayah bekerja di pekebunan, harusnya dia sudah kembali."Ini sudah hampir malam, kenapa ayah belum pulang?" tanya Stela heran.Setahu Stela, yang namanya bekerja diperkebunan hanya sampai siang saja. Biasanya setelah memantau buah masak atau belum ayah akan pulang. Toh di sana juga ada pekerja lain."Hari ini ayahmu mengantar anggur dan apel ke perusahaan," ujar Janete."Apa diperusahaan kakek?"Janete mengangguk."Em, mereka sudah berbaikan?" Stela bertanya meski awalnya ragu.Janete tersenyum lalu meraih kue kering yang ada di atas piring. "Mereka memang tidak ada masalah." sahut Janete diikuti satu gigitan kue kering itu ke dalam mulut.Stela melipat bibir dan mengerutkan dahi. "Bukankah mereka berdua sedang ada sedikit kesalahpahaman sejak beberapa bulan lalu?"Wajah Stela berubah merengut. "Kakek juga sama sekali tidak menghubungiku sampai detik ini. Dia