Wajah Lee mengeras tegang di dalam ruang persalinan. Terdiam pucat dan berdiri beku tanpa mampu berucap kata. Satu tangannya jatuh mengepal di sisi tubuh. Sedangkan, tangan yang lain kini menggenggam tangan Gemi yang sudah mengejan hingga berulang kali.
Tatapan Lee hanya tertuju, pada sang dokter yang kini berada di antara kedua paha Gemi. Sibuk memberi semangat dan instruksi, kapan waktu yang tepat untuk mulai mendorong dengan sekuat tenaga. Tidak sanggup menatap Gemi, karena sebuah bayangan masa lalu yang kini tengah menghantui kepalanya.
Saat ini, tidak hanya Gemi yang mengeluarkan peluh yang sudah mengucur deras. Namun, Lee yang notabene tidak melakukan hal apapun, juga ikut meneteskan titik bening yang sudah tidak terbendung lagi.
Lee bukannya tidak ingin menatap, atau pun memberi semangat pada Gemi. Namun, Lee sendiri butuh seseorang untuk menenangkan debaran jantung yang kini melonjak laju. Napas Lee seolah tercekat di ujung tenggorokan. Merasakan sesa
“Arya Arkatama,” ujar Audi mengulang ucapan Gemi yang baru saja menyebutkan nama putra pertamanya. Akhirnya mereka semua sudah bisa berkumpul bersama di ruang rawat inap.Gemi yang masih merasa lelah tapi bahagia itu mengangguk dengan senyum yang mengembang penuh. Sejatinya, nama tersebut adalah gabungan dari nama depan Aries dan nama belakang Gemi, Kamaniya. Lee pun sudah mengetahui dari jauh hari mengenai hal tersebut, jika bayi yang dilahirkan Gemi nantinya berjenis kelamin laki-laki.“Oma, kenapa Arya tidur terus?” Tiba-tiba, Chandie yang sedari tadi berdiri menatap sang adik di samping box bayi, berceletuk penasaran. “Kapan bangunnya?”“Nanti kalau laper, pasti bangun,” jawab Audi. “Sementara ini, kerjaan Arya ya tidur.”Chandie hanya bisa mengangguk-angguk. Tangan jahilnya terjulur untuk menunjuk pipi sang adik hingga berulang kali. Gadis kecil itu sungguh merasa penasaran dengan boneka hid
Abdi dan Audi tidak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Hal yang sama juga dilakukan Asri dan sang suami. Mereka tidak habis pikir dengan apa yang telah terjadi di dalam pernikahan Lee dan Gemi selama ini.Ternyata, kebahagiaan yang dahulu kala ditunjukkan di depan mata, hanya palsu belaka. Keduanya bahkan sudah bercerai lama, tanpa ada satu pun yang mengira.“Terus, kalian tinggal satu atap?”Lee menyentuh tangan Gemi yang sudah membuka mulut untuk menjawab pertanyaan sang ayah. Menatap sekilas dan menyiratkan, biarlah Lee yang mengambil semua tanggung jawab yang ada.“Nggak ada yang terjadi, dan kami nggak bisa rujuk karena masa iddah sudah lewat,” papar Lee.Sebenarnya, masalah yang ada lebih kompleks dari sekedar melewati masa iddah. Yakni janin yang selama ini dikandung Gemi adalah milik orang lain. Untuk itulah, Lee harus mengucapkan ikrar tersebut sekali lagi, tapi setelah Gemi melahirkan.“Da
Aries mengerut dahi. Bukankah, saat ini dirinya tengah membuat janji dengan Lee dan Gemi. Akan tetapi, mengapa yang ditemuinya saat ini adalah sosok pengacara yang paling malas untuk ditemuinya.Sesungguhnya, kedatangan Aries ke Surabaya kali ini sekalian untuk menetap beberapa hari untuk menyambut kelahiran anaknya. Jika sesuai jadwal yang pernah dilihatnya, anaknya akan lahir dalam satu atau dua hari ini.Namun, apa yang sudah terjadi sehingga Aries harus berhadapan dengan Lex kali ini. Jika ada hal yang benar-benar ingin Aries hindari sampai kapan pun, itu adalah berurusan dengan semua pengacara yang bernaung di Firma Sagara Lexius. Karena mereka tidak akan pernah main-main jika mengerjakan sebuah kasus.Terlebih dengan Lex. Wajah pria itu memang terlihat santai, tapi, bisa sangat kejam dan tidak punya hati jika mengerjakan sebuah kasus.“Kemana Gemi sama mas Lee.” tanya Aries dengan sopan.“Sebentar lagi ke sini, m
Aries segera berdiri dari tempatnya, ketika melihat Gemi dan Lee berjalan dengan bergandengan tangan memasuki restoran. Tadinya, ia berharap sangat, kalau Gemi akan membawa buah hati mereka ke restoran. Namun, dengan tidak adanya stroller bersama mereka, pupuslah sudah harapan Aries.“Kenapa jadi seperti ini,” protes Aries pada Lee dengan melayangkan tatapan tajam. Garis bibir yang menipis dan kedua tangan yang mengepal, menunjukkan bahwa Aries tengah kesal sepenuh jiwa. “Aku bahkan nggak dikabari sama sekali kalau anakku sudah lahir. Dan sekarang, kalian dengan seenaknya buat surat perjanjian kalau aku harus tutup mulut?”Lee menarik sebuah kursi untuk Gemi duduki terlebih dahulu. Bersikap tenang dan tidak ingin terbawa emosi. Setelah Gemi dan dirinya telah duduk, barulah Lee membuka suara. Menatap Aries yang masih berdiri dengan rahang mengeras.“Itu karena Geeta sudah mengajukan gugatan cerai dan aku nggak mau ambil resiko, Ar.&r
Setelah pertemuan yang menegangkan siang tadi dengan Aries, sampai saat ini Gemi masih merasa bersalah kepada pria itu. Gemi bukannya ingin memisahkan Aries dengan putranya, hanya saja, ada sebuah aib masa lalu yang harus ia tutup rapat untuk selamanya. Jika nanti Aries kerap mengunjungi Arya tanpa Geeta, keluarga besar Gemi perlahan akan curiga. Terlebih, jika nantinya wajah Arya ternyata punya kemiripan dengan Aries. Oh, tidak! Gemi saat ini hanya bisa berharap, kalau wajah putranya akan didominasi oleh wajahnya. “Ngapain, Gem?” tanya Lee yang baru saja keluar dari kamar mandi. Setelah pulang dari rumah sakit sehabis persalinan, Lee langsung menginap satu kamar dengan dengan Gemi, untuk menghindari kecurigaan Audi yang sudah berada di rumah terlebih dahulu. Selama itu juga, mereka sudah tidur satu ranjang tapi benar-benar tidak melakukan hal apapun. Hanya saling memberi kecupan selamat tidur, dan tidak berani untuk melangkah lebih jauh l
“Cobalah dipikirkan dulu,” bujuk Audi tengah membawa Arya yang tertidur dalam gendongannya. Cucu lelakinya itu baru saja menyesap ASI dan kembali terlelap puas setelah perutnya terisi. “Rumah di Jakarta itu besar, sayang kalau nggak ada yang nempatin. Gemi yang tengah tidur bertelentang lelah di karpet itu, belum menjawab. Ia sibuk menghela karena terlalu lelah mengurus Arya. Ternyata, menjadi ibu baru itu tidaklah mudah. Masih untung ada Audi dan asisten rumah tangga yang juga ikut membantunya. Jika tidak, Gemi mungkin akan benar-benar stres menghadapi semuanya. Sejak Abdi dan keluarga Asri kembali ke Jakarta lebih dulu, sang ibu kerap membujuk Gemi agar bisa pindah kembali ke ibukota. Namun, Gemi belum bisa memberi jawaban pasti akan hal tersebut. Banyak pertimbangan dan banyak pula yang harus ia pikirkan. “Sudah dibicarain sama suamimu belum, Gem?” Audi kembali membuka mulutnya ketika melihat sang putri hanya berdiam diri, sembari menatap langit-langit di
“Dia masih nelpon?”Gemi membuang napas panjang dengan menggembungkan pipi, setelah mendengar pertanyaan yang dimuntahkan oleh Lee. Ia lantas mengangguk untuk menjawab pertanyaan itu.“Apa, kita nggak terlalu keras sama dia, Mas?” Gemi bertanya balik tanpa melepaskan tatapannya pada ponsel yang kini bergetar di genggaman.Satu nama itu kembali meneleponnya dan sampai sekarang, Gemi tidak pernah sekali pun mengangkatnya. Namun, Gemi selalu membalas seadanya jika pria itu bertanya mengenai putranya melalui chat.Lee juga ikut menghela ketika mendengar pertanyaan Gemi. Sebenarnya, di lubuk hati Lee yang paling dalam, ia juga tidak tega memperlakukan Aries seperti ini. Namun, di sisi lain, Lee juga merasa khawatir jika ia memberi izin pria itu untuk menemui putranya, karena status Aries yang diambar perceraian. Sebagai seorang suami, wajar jika Lee merasa cemburu dan cemas jika sepasang kekasih itu pada akhirnya kem
Sesuai janji, Geeta kini sudah berada di Surabaya. Duduk berhadapan dengan Lee di lounge sebuah hotel berbintang, untuk berbicara sesuatu mengenai masa depan. “Sudah aku bilang, Mas, kasusnya beda.” Geeta menyesap orange punchnya sebentar lalu kembali bersandar sembari bersedekap. “Mas Aries, selingkuh di belakangku, dan …” Geeta sengaja menjeda kalimatnya untuk menghela sejenak. “Apa Mas nggak curiga? Siapa tahu mereka berdua memang melakukannya atas dasar suka sama suka. Just my two cents, no offense.” Terang saja Lee menggeleng tidak setuju. “Jangan mengalihkan isu,” sanggahnya. “Coba pikirkan lagi, Geet. Bertahun-tahun kalian bersama, apa pernah Aries melakukan hal fatal seperti ini? Di mataku, Aries cuma seorang ambisius yang gila kerja.” Geeta terdiam, karena yang diucapkan Lee semua adalah benar. “We all make mistakes, Geet. Aku sekali pun, pernah melakukan kesalahan dengan Anita, juga Gemi. Tapi, mereka masih ngasih aku kesempatan untuk