Share

"4-My Mom!"

Pulau O.

Dan masih di hotel mewah.

Kedatangan tak terduga Leon ke pesta peresmian hotel kakek Sean benar-benar mencuri perhatian para tamu undangan.

“Kau. Siapa kau?” tanya Sean, dingin.

Leon lalu menatap Sunny, si bocil tampan.

Masih dengan senyum aneh yang sesekali singgah di bibirnya. Leon berkata: “Aku...”

“Daddy-ku!!!” si bocil Rose, menatap angkuh wajah tampan Leon.

Ramos keget setengah mati.

Jasmine sesak napas!.

“Rose,” Jasmine yang panik lalu menarik tubuh putrinya menjauh dari Leon.

Leon hanya terdiam menatap wajah cantik Jasmine yang mendekati si bocil Rose. Leon terlihat menahan amarah dan rasa rindu yang bercampur aduk.

“Bebie...,” batin Leon, menahan diri.

*

LEON POV

Sesaat setelah kepergian si bocil Rose dari kedai es krim.

“Dalam 30 menit. Temukan semua tentang si bocil kurang ajar, barusan!” perintah Leon pada X, mafioso bayangan di telepon.

Dan benar saja! Kurang dari 30 menit lebih tepatnya 29 menit kemudian.

Mobil Leon sudah berjalan pelan di depan sebuah Villa yang di huni si bocil Rose selama liburan.

Sambil mengingat semua informasi yang di berikan X, Leon terus menatap Villa tanpa pagar yang pintunya terbuka lebar.

Dari kejauhan, tampak si bocil Rose di sambut pelukan hangat dari seorang wanita cantik.

Ketika wanita cantik yang memeluk si bocil Rose menoleh menatap jalan, betapa terkejutnya Leon.

“Rose!” Leon seketika bag tersambar petir.

*

 “Bos, sepertinya si bocil Rose ini bukan bocah dari keluarga yang sederhana. Dari apa yang ku temukan, hanya ada keterangan tentang si bocil Rose yang tinggal bersama kakek dan ibunya. Juga tak ada satupun foto keluarga mereka beredar di internet. Seoalah mereka adalah keluarga yang baru dilahirkan. Karena tak ada apapun di jejak digital tentang keluarga bocil itu sebelum 6 tahun lalu” jelas X panjang lebar.

*

“ 6 tahun, 6 tahun kau menghilang tanpa kabar apapun dan kini muncul seorang bocil yang berwajah sama denganku! Rose, kau memang luar biasa!” Leon yang kesal menyeringai iblis.

*

Back to Hotel mewah.

“Sayang, sepertinya kau lelah. Ayo kita pulang.” Jasmine menggandeng tangan mungil Rose dan berjalan keluar.

Si bocil Rose menurut saja. Saat  Jasmine dan si bocil Rose sampai di depan pintu keluar.

Tiba-tiba Leon datang dan langsung menyambar tubuh mungil si bocil Rose dan menggendongnya.

Jasmine terkejut setengah mati. Si bocil Rose dan Leon saling tatap sembari tersenyum penuh isyarat licik.

“Yak! Apa yang kau lakukan?” bentak Jasmine, melotot marah pada Leon.

“Menggendong putriku lah. Kau tak liat kah?” jawab Leon, santai.

“Ya! Siapa putrimu. Kau sudah gila kah. Lepaskan putriku?” bentak Jasmine lagi, naik darah.

Leon tak menggubris ocehan Jasmine.

“Aku lapar, temani aku makan malam.” Leon dengan cueknya lalu menggandeng tangan Jasmine dan menyeretnya pelan.

“Ya! Kau!” Jasmine terus mengomel sepanjang jalan.

Leon benar-benar mempelakukan Jasmine dan si bocil Rose seenaknya.

Ketika di dalam mobil. Si bocil Rose yang terus menempel pada Leon membuat  Jasmine makin kesal.

Jasmine terus cemberut sepanjang jalan.

Leon dan si bocil Rose sesekali melirik wajah cantik Jasmine sembari tertawa lucu.

“Ya! Kalian berdua, kalian menertawakan ku hah!” Jasmine menatap kesal Leon dan si bocil Rose.

“TIDAK!” jawab serempak Leon dan si bocil Rose.

Dan benar saja, tingkah lucu Leon dan si bocil  Rose juga wajah kesal Jasmine, membuat si tangan kanan Leon yang sedang menyetir cekikikan menahan tawa.

“Ya! Kau tertawa apa!” bentak Jasmine kini menatap marah si tangan kanan Leon yang sedang menyetir.

Seketika Je, tangan kanan Leon bungkam seribu bahasa. Mobil melaju dengan suasana hening yang membahagiakan.

Si bocil Rose terus menepel di pangkuan Leon.

Jasmine yang kesal buang muka sembari menatap jalanan malam pulau O.

*

30 menit kemudian, di sebuah Resto masakan laut.

Beberapa hidangan seafood telah tersedia di atas meja.

Kepiting rebus, Kerang saus pedas, Udang bakar, ikan bakar, cumi bakar yang lengkap dengan sambal dan sayurannya siap di santap.

“Makanlah, kau belum makan malam kan?” ucap Leon sambil menatap wajah cantik Jasmine yang masih cemberut.

“Kenyang!” jawab Jasmine, sewot.

Tapi, sial. “kruyuuuk,” piaraan di perut Jasmine berkata lain.

“Hais, cacing sialan.” gumam Jasmine pelan sambil menutup matanya sedetik karena malu.

“Sudahlah mom, ayo makan. Rose lapar.” ucap si bocil Rose, polos.

“Em, sini Daddy ambilkan nasinya,” Leon dengan penuh kasih sayang mengisi piring kosong di hadapan si bocil Rose dengan nasi dan lauk pauknya.

“Ya! Kau sebut apa dirimu barusan!” Jasmine yang mendengar Leon mengklaim dirinya sebagai Daddy Rose, tak senang hati.

“Yang ini kan, juga ini. Makanlah yang banyak sayang. Supaya kau tumbuh menjadi gadis cantik yang berani dan tak sering lari dari kenyataan” bukannya menjawab kemarahan Jasmine, Leon melirik sekilas wajah kesal Jasmine sembari menyindirnya halus.

“Ya! Apa-apaan lirikan mu barusan?” Jasmine yang kesal melotot ke arah Leon.

“Daddy, ini terlalu pedas”

“Benarkah, berikan pada Daddy.”

Leon dan si bocil Rose tak menggubris kemarahan Jasmine, ayah dan anak itu sibuk dengan kebahagiaan mereka sendiri.

“His!” Jasmine yang tak tahan melihat kedekatan si bocil Rose dengan Leon, buang muka dan memilih menatap laut.

30 menit berlalu. Jasmine tak memakan apapun. Jasmine yang memilih memakan ANGIN terlihat kelelahan.

“Kau lelah?” tanya Leon yang melihat wajah Jasmine mulai lesu.

Jasmine hanya menoleh malas tanpa menjawab.

Namun tiba-tiba, sesuatu menarik perhatian Jasmine.

“Tunggu dulu! Ini?” Jasmine terlihat bingung melihat makanan di meja yang seolah tak tersentuh.

Kecuali Kepiting rebus yang memang tinggal cangkangnya.

“Kenapa? Baru sadar? Tak usah heran. Bukankah semua makanan ini adalah kesukaanmu. Kecuali kepiting ini. Dan ah, sesuai dugaan ku. Putriku pasti juga mengikuti selera makanku.” Leon mengedipkan satu matanya pada si bocil Rose.

Si bocil tersenyum imut sambil mengunyah makanannya.

Karena memang benar, semua hidangan yang di pesan Leon adalah makanan yang di sukai Jasmine. Kecuali kepiting yang justru sangat di gemari Leon. Menurut  Jasmine, makan kepiting sangat melelahkan. Yang bisa di makan hanya sedikit, banyak yang di buang dari binatang yang memiliki capit keras itu.

Jamine sebenarnya keheranan dengan selera Leon yang memilih kepiting sebagai makan favoritnya.

“Ah sudahlah. Aku sungguh lelah dengan semua yang terjadi hari ini. Tapi sebelum aku menutup mata lelahku,  alangkah baiknya kita perjelas situasi ini.” Jasmine terlihat serius dengan ucapannya.

“Emm.” Leon menarik bibirnya, cuek.

“Baiklah tuan, aku kan mulai. Sebelumnya, bisakah kau memperkenalkan dirimu terlebih dulu.” pinta Jasmine, sopan.

“Hm? Ya! 5 tahun berlalu dan kau melupakanku begitu saja.Tak kusangka, Kau sungguh wanita berhati dingin Rose. Kau masih saja berakting saat hanya ada kita berdua disini! Bukankah kau berhutang penjelasan padaku?” Leon yang merasa kesal melepaskan satu kancing kemejanya, kasar.

“Hm. Rose? Kau mengenal kakak ku?” Jasmine menatap bingung Leon.

“ya... Rose. Kau bahkan bersikap seperti ini terhadapku. Tidakkah kau keterlaluan Rose Frikstos. Hm! Tunggu dulu! Barusan kau bilang apa. KAKAK?” Leon yang lambat loading memastikan pendengarannya.

Leon lalu menatap wajah bingung Jasmine kemudian menatap wajah polos si bocil Rose. Si bocil Rose lagi-lagi tersenyum aneh sembari balik menatap Leon.

“Jasmine Frikstos, Mommy ku!” ucap si bocil Rose, tenang.

Leon lagi-lagi bag tersambar petir.

Bagaimana tidak, wanita di hadapannya yang di kira adalah Rose kekasih gelapnya dahulu, ternyata adalah Jasmine adik perempuan dari kekasihnya. Dan lebih parahnya, putri cantik yang di yakini Leon adalah darah dagingnya ternyata adalah anak dari adik kekasihnya.

Leon...,

HABIS KATA!!!

*

*

*

To be continued....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status