Share

"7-GENIUS ROSE"

Author: Lexie Lee
last update Huling Na-update: 2021-06-17 12:39:15

Pulao O, dan masih di Villa Leon.

Jasmine yang melihat Leon sudah babak belur muntah darah, tak memiliki kesan sedikit pun. Seolah, Leon bukanlah apa-apa atau sesuatu yang harus di perhitungkannya. Sementara Leon yang menatap Jasmine penuh cinta, terus tersenyum seperti orang bodoh.

“Cih! Kurasa, belaianku yang sangat lembut itu, sudah membuat otakmu bergeser ya?” ejek Jasmine.

“Hm! Kau sangat mengenaliku rupanya, bebie. Jadi, bagaimana kalau kita lanjutkan pertarungan ini di ranjang saja.” Leon menggoda Jasmine dengan tatapan penuh napsu.

“Ya! Kau!” Jasmine terprovokasi.

Dengan rasa kesal yang setinggi gunung Himalaya, sedalam samudra Hindia, Jasmine kembali hendak menghantam Leon.

Leon bersiap dengan senang hati, menyambut bogem mentah dari bebie tercinta-nya. Namun belum lagi kepalan kuat Jasmine mendarat di wajah Leon, tiba-tiba....

Bruk! Jasmine jatuh bersimpuh dihadapan Leon. Serangan sakit di kepalanya kambuh. Jasmine seketika tak sadarkan diri. Leon panik. Diraihnya tubuh Jasmine kepelukannya.

“Bebie, sayang, bangunlah,” Leon menepuk pelan pipi Jasmine. Tapi wanita itu bahkan tak bergerak sedikitpun.

“Ya! JASMINE! Bangun kataku!” bentak Leon, prustasi.

“L!” teriak Leon memanggil tangan kanannya.

Dan benar saja, satu panggilan Leon berhasil membuat L, si tangan kanan muncul mirip ninja hatori.

“Siapkan mobil. Kita ketempat Brasto!” Leon lalu menggendong tubuh lemah, Jasmine.

L mengangguk dan bergegas menunaikan tugasnya.

Sementara itu, si bocil Rose yang semenjak tadi hanya menonton dari lantai dua, mengekor Leon dari belakang.

“Sayang, kau di rumah saja. Daddy akan membawa Mommy kerumah sakit. Jangan kemana-mana. L akan menemanimu nanti, oke.” Leon mencium kilat kening si bocil Rose, kemudian masuk mobil.

Si bocil Rose di tinggal sendiri di halaman Villa Leon. Mobil Leon melesat cepat menuju tempat Brasto.

“Hm! Sekarang!” ucap si bocil Rose yang tenyata sedang menelpon seseorang.

Tak berapa lama, sebuah mobil sport hitam berhenti tepat di hadapan si bocil Rose.

Tak buang waktu, si bocil Rose lalu masuk ke dalam mobil. Sedetik kemudian, sport hitam si bocil Rose ikut menghilang dari area Villa.

*

Ruang Lab Brasto.

“Bagaimana?” tanya Leon saat melihat sobatnya itu keluar dari ruangan Jasmine.

Brasto lalu melepas masker dan sarung tangannya.

“Tunggu aku di ruanganku.” ucap Brasto sembari berjalan ke arah yang berbeda dari ruangan Jasmine.

15 menit kemudian.

Ceklek! Brasto muncul dengan dua cup coffee di tangannya.

“Ya, bagaimana? Apa yang terjadi? Apa Rose-ku baik-baik saja. Apa kau bisa menyembuhkannya?. Ya! kau ini, setidaknya jawablah aku. Jangan hanya menatapku seperti orang bodoh. Aku bukanlah dukun sakti yang bisa membaca pikiranmu. Buka mulutmu dan bicara.” Leon benar-benar kehilangan kesabarannya.

“Minumlah, dan tenangkan dirimu.” Brasto menyodorkan satu Coffee cup, pada Leon.

Brasto lalu duduk di sofa, berhadapan dengan Leon.

“Kau bilang, wanitamu itu mempunyai seorang adik perempuan?” tanya Brasto, santai.

“Em. Rose selalu menyebut tentang adiknya ketika aku meminta waktu lebih, saat kami sedang bersama.” jawab Leon, mulai tenang.

“Lalu, wanita yang saat ini terbaring itu. Rose kah? Adiknya kah?” Brasto kembali bertanya dengan wajah tak kalah tenang.

“Apa maksudmu?” Leon sedikit bingung.

“Jawab saja,” ucap Brasto sembari menenggak kopi di tangannya.

“Entahlah, hatiku berkata di Rose-ku. Namun dia berkata dia adalah Jasmine. Sementara aku memang tak tau seperti apa rupa Jasmine yang asli. Hingga kemaren, sempat kulihat wajah Rose dan Jasmine yang ternyata memang sangat mirip di ponsel Jasmine.” jelas Leon, singkat.

“Hmm, jadi begitu rupanya. Cukup masuk akal!” Brasto mengangguk, paham.

Leon menatap sobatnya itu tak mengerti.

“Ada apa? Apa kau menemukan sesuatu?” Leon memandang wajah sobatnya itu, penasaran.

“Huhft, aku tak tau harus mulai dari mana. Tapi pertama-tama, berterimakasihlah padanya. Jika tak ada dia, mungkin kau selamanya akan terjebak di antara Rose dan Jasmine.” Brasto menunjuk tuyul berambut panjang di balik pintu.

Dan benar saja, si bocil Rose sudah berdiri bersandar tembok sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Rose. Apa yang kau lakukan disini sayang?” Leon menatap putri cantiknya, kaget.

Si bocil Rose lalu berjalan mendekati Leon dan duduk di sampingnya.

“Tentu saja untuk membantu mu lah.” jawab si bocil Rose, Badas.

Leon lagi-lagi mengernyitkan dahinya. Tatapan bingungnya kini beralih pada Brasto.

“Aku menjemputnya tadi. Dan membawanya kemari.” Brasto menatap santai Leon.

Ternyata Brasto adalah orang yang dihubungi si bocil Rose tadi. Leon makin tak paham situasinya.

“Kalian saling mengenal? Sejak kapan? Oh ayolah, katakan sesuatu atau aku akan menjadi gila saat ini juga.” Leon yang merasa sakit kepala menatap tajam pada Brasto.

“Hm..., ternyata benar apa kata Mommy. Kau akan berubah bodoh jika itu menyangkut tentang Mommy.” si bocil Rose mengejek Leon.

Brasto cekikikan melihat tingkah ayah dan anak itu. Leon menatap tajam Brasto, seolah ingin menelannya hidup-hidup. Brasto merasa terancam.

“Ah, baiklah, baiklah. Cukup! Dengarkan aku. Dalam kasus mu ini. Aku memiliki dua kabar. Lalu, kau mau dengar yang mana dulu?” Brasto berubah serius.

“Katakan sesuka mu. Tapi kuperingatkan! Gunakan bahasa manusia dari palanet Bumi dan mudah ku mengerti, atau kau tak usah bicara lagi selamanya!” Leon menatap Barsto, dingin mencengkam.

Brasto telan ludah kasar. Meski mereka adalah teman lama, tapi aura mengancam Leon, adalah satu-satunya yang paling mengerikan bagi Brasto.

“Em, ekhem. Baiklah aku akan mulai. Tentang wanita yang sedang terbaring saat ini, sudah jelas dia adalah ibu dari bocah di samping mu itu. Dan tentu saja, kau adalah ayah dari si bocil cantik ini. Jika di lihat dari hubungan darah kalian bertiga, maka bisa dipastikan, wanita yang terbaring itu adalah Rose. Karena kau berkata tak pernah mengenal Jasmine sebelumnya.”

“Lalu, mengapa dia tak mengenaliku kemaren dan bahkan hingga sebelum pingsan tadi. Dia terus menyebut dirinya Jasmine, apakah Rose hilang ingatan, atau kah hanya berpura-pura lupa didepanku?” Leon masih tak memahami sesuatu.

“Bukan lupa ingatan. Melainkan DIBUAT LUPA!” si bocil Rose menyahut dengan tenang.

Leon dan Brasto menatap si bocil Rose. Sedetik ada aura berbeda dari bocah 5 tahun itu. Tapi Leon berusaha menepisnya, “Tidak, dia hanya anak-anak.” Begitulah isi pikiran Leon saat melihat putri cantiknya.

“Sayang, apa maksudmu?” tanya Leon, lembut. Leon seolah tak menyadari keanehan pada si bocil Rose.

“Aku pernah mendengar Kakek menelpon seseorang dan membicarakan tentang terapi yang Mommy rutin lakukan. Ku pikir itu seperti terapi kejiwaan biasa. Karena dari yang kutahu, Mommy sangat terpukul atas kematian Bibi Jasmine. Hanya saja ternyata aku salah. Penyelidikanku akhirnya menemukan sebuah fakta. Terapi yang Mommy lakukan, ternyata adalah sebuah hipnotis seperti penanaman memori orang lain dan membentuknya menjadi orang tersebut. Dari situlah aku tahu bahwa Mommy adalah Rose bukan Jasmine. Dan jika kau bertanya untuk apa Kakek melakukan itu. Maka jawabannya adalah...,” belum lagi si bocil Rose menyelesaikan penjelasannya.

“AKU SENDIRI YANG AKAN MENCARI TAU!!!” Rose muncul dari balik pintu dengan aura membunuh yang menghitam.

*

*

*

Happy Reading...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sexy And Deadly (INDONESIA)    "20-BUGH"

    "Oh, kalian pulang," Jasmine yang sedang duduk santai ditemani Leon menatap kedatangan dua bocah berparas elok, Sean dan si bocil Rose. "Hai Dad, kau tidak bekerja?" si bocil Rose menghampiri Leon sembari mencium pipi kanan kiri di Daddy. "Bekerja, tentu saja Daddy bekerja. Kalo tak kerja, bagaimana bisa Daddy memberikan yang terbaik untuk dua bidadari di hadapan Daddy ini," Leon melirik sekilas Jasmine yang cuek bebek kemudian mencoel pipi chubby si bocil Rose. Jasmine pura-pura tuli. "Ayo ke atas. Kau bau. Kau harus mandi dan istirahat." Sean yang sejak tadi menatap tak senang pada Leon meraih tangan si bocil Rose dengan wajah dinginnya. Si bocil Rose hanya tersenyum, meski tau kondisi sebenarnya yang mana Sean sedang cemburu buta. Sambil berjalan cepat meninggalkan Leon dan Jasmine yang berduaan di ruang keluarga. "Oh ayolah, kami anak dan ayah. Kau tak harus menunjukkan hal ini terlalu je

  • Sexy And Deadly (INDONESIA)    "20-BUGH!"

    "Oh, kalian pulang," Jasmine yang sedang duduk santai ditemani Leon menatap kedatangan dua bocah berparas elok, Sean dan si bocil Rose. "Hai Dad, kau tidak bekerja?" si bocil Rose menghampiri Leon sembari mencium pipi kanan kiri di Daddy. "Bekerja, tentu saja Daddy bekerja. Kalo tak kerja, bagaimana bisa Daddy memberikan yang terbaik untuk dua bidadari di hadapan Daddy ini," Leon melirik sekilas Jasmine yang cuek bebek kemudian mencoel pipi chubby si bocil Rose. Jasmine pura-pura tuli. "Ayo ke atas. Kau bau. Kau harus mandi dan istirahat." Sean yang sejak tadi menatap tak senang pada Leon meraih tangan si bocil Rose dengan wajah dinginnya. Si bocil Rose hanya tersenyum, meski tau kondisi sebenarnya yang mana Sean sedang cemburu buta. Sambil berjalan cepat meninggalkan Leon dan Jasmine yang berduaan di ruang keluarga. "Oh ayolah, kami anak dan ayah. Kau tak harus menunjukkan hal ini terlalu je

  • Sexy And Deadly (INDONESIA)    "19-KAKAK IPAR"

    Di sebuah taman yang tak jauh dari mansion Jasmine. Tampak si bocil Rose dan Sean sedang duduk sambil marahan. Lebih tepatnya Sean yang marah sich. "Ya, kau ini kenapa? Kau cemburu kah?" tanya si bocil Rose, polos. Sean melirik tajam tunangan kecilnya. "Iya!" jawab Sean sambil melotot kesal. "Oh," si bocil Rose hanya ber "Oh" ria kemudian menatap santai penjual es krim keliling yang tak jauh dari tempat mereka duduk. Sean cukup terkejut dengan jawaban tunangan kecilnya. Sean melirik lagi wajah cantik si bocil Rose tak terlihat tak merasa berdosa itu. Si bocil Rose yang sadar Sean sedang sedang menatap kesal padanya, pura-pura cuek dan tak butuh. "Mau kemana?" tanya Sean cepat. Si bocil Rose rupanya angkat bokong dan hendak berjalan entah kemana. "Beli es krim, mau?" tawar si bocil Rose polos. "Mau, yang coklat!" ucap Sean badas dengan tak tau malu. Si bocil Rose menyembunyikan senyuman gelinya. "Menggemaskan sek

  • Sexy And Deadly (INDONESIA)    "18-REBUTAN ROSE"

    Di sekolah Elite tempat si bocil Rose dan Sean, Kenzo belajar.Bunyi bel jam istrirahat berbunyi. Semua siswa dengan teratur, berhambur keluar ruang kelas. Tak terkecuali Sean dan Kenzo. Dua bocah tampan itu berjalan angkuh dengan satu tangannya masuk ke kantong celana.Sean berjalan cuek mendahului Kenzo. Kenzo tak acuh dengan keberadaan Sean. Lagi, lagi dan lagi. Puluhan pasang mata kembali menyorot kedua sosok anak baru itu. Sepanjang perjalanan, Sean dan Kenzo benar-benar mencuri perhatian murid lain yang kebanyakan adalah seorang wanita.Sampailah Sean dan Kenzo di depan pintu ruang kelas si bocil Rose."Sudah selesai?" tanya Sean sesaat setelah mendekati meja si bocil Rose.Si bocil Rose yang sedang beberes mejanya,mendongak. "Hm? Sean?" ucapnya polos.Sean tak menjawab. Hanya menatap datar si bocil Rose. Dan si bocil Rose yang sudah terbiasa dengan sikap dingin Sean, biasa saja."Sudah, mau ke kantin ya?""Hm," jawab sin

  • Sexy And Deadly (INDONESIA)    "17-CEMBURU BUTA"

    Di karenakan Sean lebih tua dari si bocil Rose dan Kenzo yang sekolah melalui jalur Akselerasi, membuat kedua bocah tampan itu duduk di kelas yang sama. Kelas senior, dua tingkat di atas si bocil Rose yang masih duduk di kelas 2.Sebenarnya, sekolah yang kini dihuni tiga anakkan monster itu, bukanlah sekolah biasa. Sekolah itu adalah sekolah Elite, tempat para Genius saling adu kecerdasan. IQ dan EQ para siswa nya pun tak main-main. Jelas harus diatas rata-rata anak normal baru bisa menjadi murid disana. Tapi tidak melulu sesulit itu kok, asal orang tua berduit, maka semua akan mudah tergantung nominalnya. Ha ha ha....Sean dan Kenzo memasuki kelas mereka. Suasana kelas dengan murid yang hanya 15 ekor itu, terasa begitu tegang. Ya bagaimana tidak! Dengan 10 murid murid laki-laki yang ketampanannya jelas jauh di bawah Kenzo dan Sean, membuat 5 pasang mata elang itu seperti hendak menelan Kenzo dan Sean hidup-hidup.Maklum, kalah saing ya gitu! Ha ha

  • Sexy And Deadly (INDONESIA)    "16-Sean Vs Kenzo"

    Si bocil Rose dan Sean akhirnya sampai di sekolah mereka diantar supir Sean. Hari itu adalah hari pertama Sean bersekolah di tempat yang sama dengan si bocil Rose.Sean dan si bocil Rose jalan berdampingan memasukki kawasan sekolah Elite, para anak orang kaya.Dan benar saja, ketampanan Sean yang bag ukiran Dewa Yunani versi mini, berhasil membuat puluhan pasang mata menatapnya, kagum. Sepanjang perjalanan, murid yang berpapasan dengan Sean, secara otomatis akan terbius dengan pesona Sean yang sungguh menawan.Sean biasa saja, karena tatapan seperti itu, adalah makanan hari-hari baginya saat di tempat umum. Tapi tidak demikian dengan si bocil Rose.Entah apa yang dirasakannya, yang pasti, perasaannya saat ini ingin marah dan mengamuk saja. Wajah cantiknya mulai cemberut. Sesekali manik emeraldnya melirik tajam ke arah Sean. Sean yang tak mengerti, cuek saja. Toh si bocil Rose memang sering menatapnya seperti itu."His!" si bocil Rose menghentakkan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status