Share

"6-LEON VS JASMINE-2"

Masih di Villa Leon.

Di ruang makan.

“Mommy, Daddy.” sapa si bocil Rose yang melihat Jasmine dan Leon muncul bersamaan.

“Pagi sayang.” Jasmine lalu mencium kepala si bocil Rose yang duduk manis sambil memegang gelas susu.

“Apa tidurmu nyenyak?” Leon ikut mencium kepala si bocil Rose, dengan lembut.

“Em.” jawab si bocil Rose, polos.

“Lalu, bagaimana dengan kalian. Apa Mommy dan Daddy bersenang-senang?” si bocil Rose menatap lugu wajah Jasmine dan Leon.

Leon dan Jasmine mendadak gugup. Jasmine tak menjawab. Jasmine memilih minum air putih di hadapannya biar tenang.

“Tentu saja. Daddy dan Mommy bersenang-senang. Sangat senang, malah.” Jelas Leon, yakin.

Dan benar saja, “ukhuk, ukhuk,” jawaban Leon membuat Jasmine tersedak batuk-batuk. Jasmine melotot ke arah Leon.

Leon masa bodoh.

“Mom. Kau baik-baik saja?” tanya si bocil Rose.

“Hm. Ah, iya sayang. Mommy baik-baik saja. He he he” Jasmine tersenyum paksa sembari menatap tajam Leon. Leon cuek bebek.

30 menit kemudian, setelah sarapan bersama, tetapi masih di meja makan.

“Baiklah, setelah ini. Antarkan kami pulang. Daddy pasti cemas semalam kami tak pulang.” ucap Jasmine, datar.

Leon tak langsung menjawab.

Leon yang sedang mengunyah makanan terakhir di mulutnya, meletakkan alat makannya, pelan.

“Pulang?” Leon lalu menatap Jasmine, remeh.

Jasmine mulai menyadari ada yang salah.

“Apa maksudmu?” Jasmine mengernyitkan dahinya.

Sambil tekekeh sesekali, Leon yang berubah aneh berkata: “Disini rumahmu. Dan kau bilang pulang. Maka kemana kau akan pergi?”

“Ya! Leon. Jangan melewati batasmu!” bentak Jasmine mulai naik darah.

“ah, ada anak kecil disini. Kau tidak seharusnya menggunakan nada setinggi itu bebie,” Leon yang sok lembut lagi-lagi tersenyum aneh pada Jasmine.

Jasmine lalu menatap si bocil Rose yang ternyata sedang menatap datar dirinya dan Leon..

“Ah sayang, bisakah kau tinggalkan tempat ini sebentar. Ada yang harus Mommy bicarakan dengan paman gila ini.” Jasmine tersenyum palsu pada si bocil Rose.

Si bocil Rose tak menjawab. si bocil Rose yang paham lalu meninggalkan ruang makan dan berjalan menuju lantai dua, tanpa kata.

Leon lalu mengangguk pada L. Si tangan kanan itu paham maksud anggukan Bossnya. L lalu mengikuti si bocil Rose ke lantai dua.

Merasa si bocil sudah takkan melihat dan mendengar ucapan mereka, Jasmine yang memang sudah menahan diri semenjak tadi, MENGGILA!.

“KAU! CARI MATI!!!” Aura Jasmine berubah menghitam.

“CIH! KAU MEMANG WANITA KU” Leon menyeringai iblis.

“BACOT!” maki Jasmine sembari melayangkan tendangan kuatnya.

DUAK!!!

Leon dengan gesit menghindari serangan Jasmine.

Jasmine melompati meja makan dan kembali melayangkan tendangan ke wajah Leon. Leon lagi-lagi bisa menghindar.

Tapi sial! Langkahnya yang gontai membuat gerakannya melambat. Dan benar saja, bogem Jasmine sudah menantinya disisi lain.

Bugh! Bagh! Bugh! Bugh!

Jasmine menghantam wajah dan rusuk Leon bergantian. Leon terlihat kesulitan menangkis kecepatan Jasmine. Hingga akhirnya, sebuah tendangan memutar mendarat sempurna di wajah Leon.

“Bufff!” Leon muntah darah dan nyaris tersungkur.

Jasmine berhasil melukai Leon. Leon mengusap darah segar yang mengalir di dagunya. Tapi bukannya marah, Leon malah terseyum dan memamerkan deretan gigi rapinya yang berlumur darah.

“Tidak salah lagi, kau Rose. Kau memang Rose-ku!” Leon merasa ingat betul dengan gaya bertarung Rose, kekasih gelapnnya dulu.

Leon menatap Jasmine penuh kebahagian. Jasmine tak mengerti dengan sikap Leon.

“Apa pukulanku sudah membuatnya gila?” Jasmine komat kamit tak paham situasi.

Sementara itu, di lantai dua. Rupanya si bocil Rose sedang melihat aksi ayah dan ibunya yang baku hantam. L berdiri di samping si bocil Rose dengan wajah yang sulit di jelaskan. Entah apa yang sudah terjadi pada L.

“Bocah ini. Dia benar-benar Monster!” batin L terlihat sangat ketakutan saat melihat si bocil Rose yang berdiri membelakanginya.

Seolah menyadari dirinya sedang dikutuk L, dalam hati. Si bocil Rose lalu menoleh dan menatap tangan kanan ayahnya itu sembari menyeringai.

“SIAL! Perasaan apa ini. Bagaimana mungkin seorang bocah bisa memancarkan aura semengerikan ini!” runtuk L dalam hati, keringat dingin.

*

*

*

To be continued...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status