MasukDari penelusuran Lin Tian Yan, dia mengetahui bahwa setelah secara resmi menjadi Prajurit Profesional, dia dapat langsung mengakses fitur mall di sistemnya. Dia bisa menjual atau membeli barang secara langsung melalui teleportasi instan, dengan harga yang ditawarkan cukup adil—tidak terlalu rendah maupun tinggi.
"Dalam jumlah wajar, tidak akan menimbulkan masalah." Namun, penelusuran lebih dalam juga mengungkap bahwa perdagangan langsung di tempat-tempat tertentu seperti pelelangan bisa memberikan imbalan lebih tinggi, meski dengan risiko yang juga lebih besar. Jika dia berniat melelang Batu Kristal Mana Tingkat Tinggi dengan ukuran besar, dia bisa mendapatkan harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan menjual langsung pada sistem Goddess of Justice. "Kakak... aku akan bersiap dan menemuimu di bawah," jawab Lin Tian Yan sambil menutup antarmuka holografiknya. Tidak lama kemudian, kedua bersaudara itu sudah berdiri di halaman rumah mereka. Lin Long Bai tampak begitu bersemangat, seperti anak kecil yang akan pergi ke taman bermain. "Kakak... haruskah kau mengantar aku ke Menara Surga? Aku bisa pergi sendiri ke sana," keluh Lin Tian Yan dengan sedikit rasa tidak puas. Dia merasa senang diperhatikan kakaknya, tetapi kemunculan Lin Long Bai yang flamboyan pasti akan menarik perhatian yang tidak diinginkan. "Tentu saja aku harus mengantarmu ke sana! Ini pertama kalinya kamu mengunjungi Menara Surga!" Lin Long Bai berseru dengan mata berbinar-binar. Lin Tian Yan menatap kakaknya dengan tatapan aneh. "Kakak, ini adalah hari pertamaku memasuki Menara Surga, mengapa kamu yang lebih bersemangat daripada aku?" "Hahaha... tentu saja karena kamu adikku! Sudah menjadi kewajibanku untuk mendukungmu!" jawab Lin Long Bai sambil mengacak-acak rambut adiknya. Lin Tian Yan menyipitkan matanya, penuh curiga. "Bukan karena kamu mau pamer di sana dan menarik perhatian dari para pemula, kan?" Lin Long Bai tertawa datar dan mengalihkan pandangannya, tersenyum canggung. "Tentu saja tidak! Itu tidak seperti yang kamu pikirkan!" "Hah... Kakak yang merepotkan," desah Lin Tian Yan tak berdaya, menggeleng-geleng kepala. "Sebaiknya kau tidak membuat kekacauan di sana atau aku akan meninggalkanmu," tegurnya dengan nada tegas. "Jangan khawatir! Aku akan menjadi kakak yang paling sopan dan pendiam!" janji Lin Long Bai dengan percaya diri. Mereka berdua kemudian menaiki mobil terbang keluarga yang sudah menunggu. Selama perjalanan, Lin Tian Yan memperhatikan bagaimana sikap kakaknya berubah. Di rumah, Lin Long Bai selalu bersemangat dan ceria, tetapi begitu keluar, wajahnya berubah menjadi lebih dingin dan berwibawa, meski tetap tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan aura heroiknya yang menarik perhatian. Sesampainya di depan Menara Surga cabang Neo-Avalon, pemandangan yang luar biasa terbuka di depan mata. Bangunan megah itu menjulang tinggi, menembus langit, dengan desain arsitektur yang memadukan teknologi futuristik dan elemen-elemen magis. Cahaya biru keemasan memancar dari berbagai sudut menara, sementara para Prajurit Profesional lalu lalang dengan berbagai macam armor dan senjata. Tepat di depan pintu masuk, seorang pemuda tampan sedang berdiri memandang megahnya Menara Surga. Feng Xiao, mantan juara kelas mereka, tampak begitu tenang dan penuh keyakinan. Dia melangkah dengan percaya diri memasuki gedung megah itu. Begitu berada di dalam, matanya menyapu luasnya lobi yang dipenuhi kerumunan orang. Para Prajurit Profesional dengan berbagai level dan profesi sedang sibuk dengan urusan masing-masing, beberapa sedang memeriksa mission board, yang lain berbaris menuju gerbang dungeon. Dungeon di Menara Surga terbagi menjadi beberapa lantai dan level kesulitan. Untuk lantai 1 yang ditujukan untuk pemula level 1-10, terdapat empat tingkat kesulitan: Normal (biru), Sulit (ungu), Neraka (merah), dan Jurang (hitam). Dengan menyelesaikan dungeon, Prajurit Profesional dapat meningkatkan level mereka atas imbalan dari Goddess of Justice sesuai dengan tingkat kesulitan dan kontribusi yang mereka berikan. Tingkat Jurang sendiri sangat jarang bisa diselesaikan, bahkan oleh tim yang berpengalaman sekalipun. Tiba-tiba, suara mengganggu memecah konsentrasi Feng Xiao. "Hei hei... siapa ini... kalau bukan si sampah Feng Xiao!" Seorang pemuda dengan penampilan arogan melangkah mendekati, dikelilingi oleh beberapa pengikutnya. Wang Dong, anak dari salah satu keluarga kaya di Neo-Avalon, menyeringai sinis. "Wang Dong, apalagi maumu?" Wajah Feng Xiao menjadi muram, menatap pria sombong itu dengan tidak senang. "Tidak apa... aku hanya merasa kasihan kepadamu, dan ingin menawarkan sesuatu," kata Wang Dong dengan nada merendahkan. "Bagaimana kalau kamu ikut dengan timku saja... kebetulan kami kekurangan seorang pesuruh." "Hahahah... benar sekali bos... dia sangat cocok menjadi pesuruh bos!" seorang pengikut di belakang Wang Dong ikut mengejek. Feng Xiao menatap mereka dengan dingin dan acuh. "Tidak perlu. Aku tidak ingin dekat-dekat dengan sekelompok tikus kotor yang menyedihkan." Dia berbalik dan mengabaikan kelompok Wang Dong yang berusaha mempermalukannya. Baginya, tidak ada gunanya menghabiskan waktu dengan pecundang seperti mereka. "Apa kau bilang?!" Wajah Wang Dong memerah karena marah. "Dasar bajingan sampah! Dengan profesi kelas E kau masih bisa begitu sombong! Kau bukan lagi genius di kelas! Kau hanya sampah hina sekarang!" Orang-orang di sekitar mulai memperhatikan keributan yang dibuat Wang Dong, tetapi Feng Xiao tetap tidak peduli. Dia terus berjalan menuju gerbang dungeon, dan dengan keyakinan penuh, memilih tingkat kesulitan Neraka. "Dasar bajingan gila! Lihat saja saat kau meninggalkan tempat ini!" bisik Wang Dong marah. "Bos.... lihat.... portalnya berwarna merah!" seru salah satu pengikutnya. "Apa bajingan kecil itu memilih kesulitan Neraka seorang diri? Hahah... dia mencari kematiannya sendiri!" Wang Dong menatap gerbang yang dimasuki Feng Xiao, tertawa sinis. "Ayo pergi! Jangan pedulikan sampah tidak berguna itu!" Di sisi lain, Lin Tian Yan yang baru saja masuk ke dalam lobi tidak sengaja menyaksikan seluruh kejadian itu. Dia melihat Feng Xiao memasuki dungeon sendirian, dan warna portal berubah menjadi merah tua. "Aneh sekali," gumam Lin Tian Yan heran. "Bagaimana bisa Feng Xiao yang membangkitkan profesi Penyihir kelas E memilih tingkat kesulitan Neraka?" Dia berdiri sejenak, mempertimbangkan kemungkinannya. "Antara dia terlalu ceroboh dan bodoh, atau dia percaya diri dan menyembunyikan sesuatu." Senyum tipis muncul di bibir Lin Tian Yan. Dia sudah curiga sejak hari kebangkitan profesi sebelumnya. "Kita lihat kejutan apa yang bisa dibawanya." Untuk lantai 1 yang ditujukan untuk pemula, sebenarnya tidak ada bahaya kematian langsung—hanya cedera serius yang mungkin terjadi. Kematian di tingkat pemula cukup jarang, berkat pengawasan ketat dari sistem Goddess of Justice. "Tian Yan, apa yang kamu lihat?" tanya Lin Long Bai yang mendekati, penasaran dengan apa yang membuat adiknya terpaku. "Tidak ada," jawab Lin Tian Yan dengan enteng, mengalihkan perhatian. "Kakak, apa kamu sudah mengurus para penggemarmu yang menyebalkan itu?" dia menambahkan, menatap kakaknya yang berpenampilan heroik dengan tidak berdaya. Seperti biasa, Lin Long Bai berpakaian sangat minim—hanya celana panjang putih dan jubah putih di pundaknya tanpa kaus atau kemeja, memperlihatkan otot-ototnya yang terlihat sempurna. Menurut Lin Tian Yan, kakaknya terlalu vulgar dalam berpenampilan. Lin Long Bai hanya tersenyum lebar, tidak peduli dengan komentar adiknya. "Ayo, aku akan tunjukkan bagian-bagian penting di Menara Surga! Hari ini akan menjadi awal yang baru untukmu, adikku!" Kedua bersaudara itu kemudian berjalan menyusuri lobi besar, dengan Lin Long Bai sesekali melambai pada para penggemarnya yang berteriak histeris, sementara Lin Tian Yan hanya bisa menghela napas.Kerusakan di Basis 2 butuh waktu lima hari untuk diperbaiki sepenuhnya. Lima hari di mana ketegangan di antara semua klon dan Sprite Jiwa terasa nyata. Serangan Void Shrieker telah menjadi pengingat yang keras: mereka tidak sendirian di Origin Realm, dan kedamaian di sini rapuh.Pada hari keenam, Lin Tian Yan mengumpulkan dewan perang kecilnya—semua klon sejati dan Lumen sebagai perwakilan Sprite Jiwa."Kita tidak bisa terus bertahan," ujarnya, suaranya tegas. "Kita harus menemukan sumber ancaman ini sebelum mereka menyerang lagi dengan kekuatan yang lebih besar."Lin Ye, yang telah menganalisis jejak energi yang ditinggalkan Void Shrieker, melangkah maju. "Aku telah melacak jejak dimensional mereka. Meski samar, ada sebuah 'arus' energi yang konsisten menuju sebuah lokasi di barat laut, melampaui wilayah yang telah kita petakan."Peta mental Origin Realm mereka diperbesar. Barat laut adalah daerah yang belum dijelajahi, didominasi oleh pegunungan t
Kembali dari Hutan Jiwa yang tenang ke Basis 1 terasa seperti kembali ke dunia yang lebih keras dan nyata. Keberhasilan mereka mengkarantina luka di Pohon Jiwa memberikan kepuasan, tetapi Lin Tian Yan tahu itu hanyalah solusi sementara. Dunia ini masih penuh dengan misteri dan ancaman yang belum terungkap.Suatu pagi, seminggu setelah kembali dari Hutan Jiwa, Lin Ye—salah satu klon sejati yang bertugas memantau wilayah dari pos observasi tinggi—mengirimkan laporan mendesak melalui komunikasi mental."Badan Utama, ada sesuatu yang tidak biasa di cakrawala barat. Awan bergerak tidak wajar."Lin Tian Yan segera menyambungkan penglihatannya dengan Lin Ye. Dari puncak tebing tempat Lin Ye berdiri, pemandangan yang terlihat membuatnya mengerutkan kening. Di kejauhan, sekumpulan awan hitam bergerak dengan pola melingkar yang terlalu teratur untuk menjadi fenomena
Pagi di Hutan Jiwa terasa berbeda. Cahaya yang menyaring melalui kanopi daun emas bukan hanya menerangi, tetapi juga mengisi setiap makhluk dengan vitalitas spiritual. Lin Tian Yan bangun dari meditasinya di tepi Danau Kristal Jiwa dengan perasaan segar yang belum pernah dialaminya. Pertempuran spiritual melawan Shadow Stalker telah mengajarkan pelajaran berharga—kekuatan spiritual adalah senjata dan pertahanan yang sama pentingnya dengan kekuatan fisik."Dua klon biasa hancur kemarin," lapor Lin Wei, wajahnya serius. "Kesadaran mereka terdispersi oleh serangan spiritual. Kita butuh strategi baru."Lin Tian Yan mengangguk, matanya memandang Pohon Jiwa Primordial di tengah danau. "Kita telah fokus pada kekuatan fisik dan dimensional. Sekarang saatnya menyempurnakan pertahanan dan serangan spiritual kita. Hutan ini adalah tempat sempurna untuk itu."Dia membagi klo
Kembali ke Origin Realm terasa seperti kembali ke rumah setelah lama pergi. Energi yang padat dan sunyinya alam menyelimuti Lin Tian Yan dengan familiaritas yang menenangkan. Namun, ketenangan itu kini diwarnai oleh urgensi baru setelah melihat kondisi Neo-Avalon.Pagi berikutnya, Lin Tian Yan mengumpulkan semua klon sejatinya di Basis 1. Dia membagikan semua informasi yang didapat dari dunia luar."Kota kita aman untuk saat ini, tapi ancaman Organisasi Bulan Merah masih nyata," lapornya. "Dan ancaman yang jauh lebih besar, Pemakan Dimensi, masih menunggu. Kita tidak bisa berlambat-lambat."Dia kemudian beralih ke peta mental Origin Realm yang telah mereka buat selama berbulan-bulan. "Kita telah menjelajahi wilayah seluas 200 kilometer di sekitar basis. Tapi menurut data dari Penjaga Memori, ada satu area penting yang belum kita sentuh: Hutan Jiwa yang Hilang."
Dua setengah bulan telah berlalu sejak Lin Tian Yan memulai pelatihan intensifnya di Origin Realm. Fondasi kekuatannya kini telah kokoh, dan pemahamannya tentang tiga warisannya menyatu dengan harmonis. Namun, sebuah kegelisahan mulai mengusiknya—kehidupan di Neo-Avalon, dunia asalnya, terus berjalan tanpa kehadirannya.Suatu pagi, saat bermeditasi di tepi Kolam Embun Dimensi, Lin Tian Yan membuka mata. Sebuah tekad baru terbentuk di matanya."Kita tidak bisa mengurung diri di sini selamanya," ucapnya kepada klon-klon sejati yang hadir. "Dunia luar terus berubah. Kita perlu mengetahui situasi terkini, terutama dengan rencana The Architect yang mungkin masih berjalan tanpa dia."Lima klon sejati—Lin Ye, Lin Xun, Lin Wei, Lin Ming, dan Lin Rui—langsung berdiri lebih tegak, siap menerima perintah."Kita akan membagi t
Lin Tian Yan menghabiskan dua minggu berikutnya di ruangan bawah tanah, bergantian dengan klon-klon sejatinya untuk bermeditasi di dalam Kolam Embun Dimensi. Setiap sesi membawa pencerahan baru, memperdalam pemahaman mereka tentang kekuatan yang mereka miliki. Namun, Lin Tian Yan menyadari bahwa pemahaman saja tidak cukup. Mereka membutuhkan sebuah sistem, sebuah fondasi yang kokoh untuk mengaplikasikan pencerahan ini."Dua minggu terakhir membuka mata kita," ucap Lin Tian Yan suatu pagi, berkumpul dengan semua klon sejatinya di ruangan bawah tanah. Cahaya kristal ungu memantul di wajah-wajak mereka yang serius. "Tapi pengetahuan tanpa wadah adalah seperti air di telapak tangan. Ia akan menguap atau tumpah. Kita perlu membangun fondasi yang tepat."Dia berdiri dan mulai menggambar di udara menggunakan energi, menciptakan diagram tiga lapis yang berputar."Lapisan Pertama: Fisik. Ini adalah fondasi Darah Naga Ungu kita. Kita perlu menyempurnakan tubuh kita hingga mampu menampung dan me







