Bening merasakan aura yang berbeda saat Glass menatapnya. Aura kecemburuan dari seorang pria yang kesal melihat kekasihnya berdekatan dengan pria lain. Romi pun juga sama, dia langsung turun dari atas gubuk tempatnya mengobrol dengan Bening tadi. Wajah Romi terlihat jelas bahwa dia merasa tak enak hati, apa lagi mulut Glass yang tiba-tiba menyindir tanpa permisi.
“Kamu meninggalkanku begitu saja bersama wanita cobra itu dan hidup nyaman di sini?”
Bening mendelik, apa maksud Glass adalah Aline? Gadis itu heran kenapa bisa wanita itu mempunyai nama julukan yang aneh dari setiap orang yang dia kenal. Sang mama menyebut Aline mahkluk luar angkasa, Romi memanggilnya wanita sakit, dan sekarang Glass menyebut kakak perempuannya itu cobra, apa karena menurut Glass Aline sangat berbisa?
“Sepertinya kalian butuh bicara berdua,” ucap Bening berusaha kabur dari sana. Ia sadar bahwa Romi dan Glass butuh ruang untuk bicara.
Bening tahu alasan Ro
Glass mengangguk, dengan langkah berat dia berjalan di belakang Bening menuju kamar gadis itu. Melihat tidak ada koper di sana Glass pun iseng bertanya.“Apa kamu sudah biasa ke sini sampai tidak membawa baju?”“Apa?” Bening yang sibuk menurunkan suhu pendingin ruangan pun tahu maksud Glass, dia dengan santai menjawab pertanyaan pria itu. “Aku meninggalkannya di hotel, sebenarnya aku ke sini bersama teman mama, besok pagi aku akan mengantarmu sekaligus menjemput teman mama untuk membawanya ke sini, dia ingin melihat yayasan.”Mendengar Bening menyebut kata ‘mama’ Glass pun bertanya bagaimana kabar Rea dan Arkan. Jujur, dia sangat takut bertemu dengan mantan mertuanya.“Mereka pasti membenciku,” lirih Glass.Bening merasa tak enak hati mendengar ucapan itu. Ia menggeleng untuk menanggapi tebakan Glass soal mama dan papanya. “Tidak, mereka tahu alasan kamu pergi dan alasank
“Lihat saja setelah kembali, aku akan bener-benar menemui orangtuamu.” Glass masih berbicara seperti itu. Ia keluar dari dalam mobil lalu berjalan masuk ke lobi setelah sampai di hotel.Bening pun tak berniat menanggapi, menurutnya Glass sedang mengada-ada. Ia memilih masuk dan menyapa Vero yang sudah menunggu. Bening meminta izin untuk mengambil beberapa baju lebih dulu di kamar, sebelum kembali ke yayasan.“Astaga!”Bening mengepalkan tangan dan menekuknya ke depan dada saat Glass tiba-tiba saja muncul di hadapan. Pria itu ternyata sengaja menunggu dengan berdiri di depan lift. Bening yang kesal secara reflek memukul lengan Glass, dia tidak menyangka mantan suami yang dianggapnya sudah dewasa bisa bertingkah konyol seperti itu.“Aku akan ikut ke kamarmu,” ucap Glass saat dia dan Bening sudah berada di dalam lift.“Ikut? Apa yang ingin kamu lakukan?” Bening menyilangkan kedua tangan di depan da
“Be, apa aku punya tanda lahir di pantat? Apa kamu pernah melihatnya?”Bening tersedak lagi dan kali ini lebih parah. Anisa sampai harus memberikan air minum kepadanya. Bening tak menyangka Glass akan menanyakan hal itu. Ia pukul lengan sang mantan suami bertubi karena kesal. Glass membuatnya batuk-batuk tanpa henti.Vero dan Anisa pun saling pandang, tanpa perlu bertanya mereka yakin kalau dua mahkluk yang satu meja dengan mereka ini pasti memiliki hubungan. Namun, meski yakin mereka pun butuh penegasan hingga Vero memutuskan bertanya-“Sejak kemarin aku perhatikan kalian sepertinya sangat dekat, apa kalian sepasang kekasih?”“Ya!”“Tidak!”Glass menoleh Bening dengan mata menyipit, pria itu sudah gede rasa bahwa hubungannya dan Bening akan kembali seperti sedia kala, tapi kata 'tidak' yang diucapkan Bening mematahkan hatinya, kuping Glass tidak tuli, dia mendengar Bening dengan lantang
Glass sengaja mengakhiri makan siangnya dengan Alex dan sang rekan bisnis. Ia memilih mendekat ke meja Bening dan Gama. Menganggu acara makan siang dua mahkluk itu adalah tujuannya. Gama terus saja memandangi wajah Glass, hingga Bening yang kaget menyebutkan nama pria itu.“Glass, kenapa bisa ada di sini?” tanya Bening basa-basi, tapi Glass tak ingin berbasa-basi. Pria itu langsung duduk dan menggeser kursi yang berada tepat di sebelah mantan istrinya itu.“Ah … mantan suami Bening,” ujar Gama yang baru ingat dengan wajah Glass. Ia tersenyum dan mengulurkan tangan.Bening sudah dag-dig-dug takut jika sampai Glass menolak Gama, tapi dugaannya salah suaminya itu menyambut meski dengan muka masam.“Tapi kamu keliru kalau menyebutku mantan suaminya, aku masih suaminya. Kami bercerai saat dia hamil jadi perceraian itu jelas tidak sah.”Gama melebarkan netra, dia tatap Bening yang nampak salah tingkah. Seb
Arkan dan Rea tentu melengo mendengar ucapan pria di depannya itu. Ada perasaan lega di hati keduanya karena kini tahu bahwa bukan hanya putri mereka yang masih memiliki rasa.“Pa, Ma izinkan aku menikahi Bening, lagi,” ucap Glass yang membuat Arkan dan Rea merasa sangat bahagia. Mereka berpikir seharusnya Bening ada di sana dan mendengar dengan sendirinya lamaran Glass.“Glass, untuk menikah itu sepenuhnya hak Bening,” jawab Arkan dengan bijak tapi sepertinya membuat Rea tidak suka, wanita itu menginjak kaki sang suami dan tersenyum.Jika Rea bisa berucap tanpa rasa malu karena ada Glass, mungkin dia akan berkata,” Aku sudah menginginkan cucu lagi, sampai kapan putri kita harus menyandang status janda?”Rea tersenyum ke arah Glass, dia pun lebih memilih mendukung ucapan Arkan dari pada keinginan yang membuncah di dalam batinnya, “Benar, itu semua hak Bening.”“Hak apa?”Perha
“Ada apa Be?”Bukannya menjawab, Bening malah terlihat meneteskan air mata. Karena tahu putrinya hari itu pergi ke makam cucunya yang sudah meninggal, Arkan sengaja mengirimkan foto bayi itu ke sang putri.Bening pun terkejut, dia tidak tahu jika selama ini papanya memiliki foto anaknya dan Glass yang sudah meninggal. Hingga pundaknya bergetar, dia takjub sekaligus kembali berduka melihat foto bayinya yang seperti tertidur dengan damai.Glass pun berdiri, dia merangkul pundak Bening dan menerima ponsel yang masih berada digenggaman gadis itu. Glass pun melihat pesan Arkan, bibirnya tersenyum pilu. Ia peluk Bening sambil memandangi foto yang dikirimkan pria yang masih dia anggap papa mertua itu.“Dia cantik Be, dia tidak mirip denganku, dia mirip denganmu,” ucap Glass sebelum memeluk Bening erat. “Maaf! maaf karena membiarkanmu menanggung duka sendirian selama ini,” bisiknya.Beberapa menit kemudian, keduany
“Menikah Minggu depan?” Bening jelas saja terekejut, meski memang tidak mengharapkan pesta meriah tapi tetap saja pertanyaan Glass itu membuatnya bingung.“Jangan bercanda Glass! setidaknya satu bulan lagi,” jawab Bening dengan mata menyipit.“Tidak bisa, aku akan mengurus semua secepatnya. Jika perlu kita menikah secara agama lagi saja dulu.”“Glass!”Bening tak habis pikir, kenapa Glass nampak begitu buru-buru. Pria itu bahkan memintanya untuk tidak perlu memikirkan apa-apa karena dia yang akan menyiapkan semuanya.“Lebih baik ayo kita pergi menengok Maha.” Glass menarik tangan Bening keluar kamar.Melepasnya setelah sampai di luar dan menggendong Olla. Ia membiarkan Bening tertinggal di belakang.“Om, Olla bisa jalan sendiri kok,” ucap Olla. Bocah itu kaget karena Glass tiba-tiba menggendongnya seperti itu.“Tidak apa-apa, nanti Olla capek,&rdq
Hari berikutnya, Bening benar datang ke penthose yang dulu menjadi miliknya dan sekarang sudah menjadi milik Glass. Gadis itu nampak membawa banyak tentengan.Selain tas yang dicangklong di pundak, Bening juga membawa tas laptop dan dua kantong besar berisi makanan.Setelah Glass membukakan pintu, Bening langsung menerobos masuk ke dalam, dia meletakkan dua kantong besar itu ke meja makan sebelum sibuk menatanya ke dalam kulkas dan lemari penyimpanan.Glass hanya melihat apa yang dikerjakan Bening dari dekat meja makan, hingga mantan istri yang sebentar lagi menjadi istrinya lagi itu, berdiri di hadapan kemudian memeluk pinggangnya dengan sangat mesra.Mata Glass membeliak saat Bening berjinjit dan hampir menciumnya. Namun, sayang di saat yang bersamaan Alex keluar dan membuat gadis itu kaget hingga mendorong tubuhnya menjauh. Baik Alex dan Glass pun sampai harus menahan tawa, sedangkan Bening harus menahan malu yang tiba-tiba menyergap.