Share

Bab 6

Penulis: Anotherika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 14:28:39

Sebuah unit apartemen adalah tujuan Arzan. Dan saat ini dirinya sudah sampai di depan unit apartemennya. Tanpa menunda-nunda Arzan langsung masuk mencari keberadaan Sheyza. Namun yang dicari ternyata tidak ada disana. Arzan masih berpikir positif mungkin Sheyza masih tidur mengingat ini masih pukul enam. Mungkin saja istrinya kelelahan dan tertidur nyenyak didalam kamar.

Dengan langkah tegas Arzan memasuki kamarnya. Dirinya ingin memastikan jika istrinya benar-benar ada di dalam kamar.

Ceklekk

Kosong. Jantung Arzan berdebar tidak karuan, hatinya kalut. Takut Sheyza pergi dari sini. Langkahnya langsung tertuju pada kamar mandi di dalam kamar. Tanpa ragu Arzan langsung membukanya. Tak ada siapapun. Arzan cemas. Pikirannya sudah tidak bisa positif lagi.

Dengan langkah tergesa, Arzan keluar dari dalam kamar itu. Jelas tujuannya adalah mencari Sheyza disekitar apartemen.

Sedangkan gadis yang dicari malah sedang asik duduk di sebuah kursi dan menikmati semangkuk bubur ayam. Tadi pagi tiba-tiba perutnya terasa lapar sekali padahal tadi malam dirinya sudah menghabiskan dua box nasi yang dibelikan suaminya. Karena tidak tahan, Sheyza langsung keluar dari apartemen itu. Beruntung dia masih ada selembar uang seratus ribu. Uang yang sempat Sheyza ambil dari baju yang robek kemarin.

Setelah berjalan beberapa meter, Sheyza langsung bisa melihat bapak-bapak jualan bubur ayam. Pembelinya juga lumayan ramai. Padahal waktu masih belum ada pukul enam. Entah apa yang membuat orang-orang makan bubur ayam sepagi ini.

Tanpa pikir panjang, Sheyza langsung memesan satu mangkuk bubur ayam. Dirinya tidak memikirkan apapun selain perutnya yang lapar. Bahkan Sheyza tidak menghiraukan beberapa pengunjung yang mencoba mengajaknya berbicara.

Cuek. Ya Sheyza memang secuek itu. Dirinya bahkan tidak percaya orang lain. Masa lalu yang membuatnya tak mempercayai perkataan seseorang dengan mudah. Bahkan Sheyza terkesan introvert. Kesehariannya hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Tidak ada yang istimewa memang. Dirinya hanya memikirkan untuk makan besok, itu saja. Yang lainnya Sheyza tidak pernah terpikirkan sama sekali.

"Ck cantik doang tapi cuek. Jangan cuek-cuek cantik, nanti gak laku loh." Celetuk salah satu cowok yang makan bubur disana.

Jangan harap Sheyza akan menimpali. Sheyza bahkan sama sekali tidak menggubris celetukan cowok-cowok itu. Dengan tenang, Sheyza menghabiskan bubur hingga membuat pria yang menggoda bungkam, tak mengganggu Sheyza lagi.

"Mas nanti bungkus satu lagi ya," ucap Sheyza. Rasanya bubur ini sangat pas di lidahnya dan Sheyza ingin makan siang bubur ini lagi. Selain itu Sheyza senang juga karena harga terjangkau.

***

Sudah satu jam lebih Arzan mencari keberadaan Sheyza. Bahkan dirinya sudah meminta bantuan satpam yang berjaga untuk mencari keberadaan sang istri namun belum juga ketemu.

Arzan menghembuskan nafas kasar. Duduk kalut di sofa apartemen dengan pikiran yang kacau. Rasanya lelah sekali karena sedari tadi dirinya harus naik turun tangga mencari keberadaan Sheyza. Arzan tidak menggunakan lift karena menurutnya membuang-buang waktu. Dirinya harus segera menemukan Sheyza.

"Ya Allah kemana lagi aku harus mencari Sheyza," frustasi Arzan. Dirinya takut terjadi sesuatu pada istrinya.

Beberapa menit kemudian tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Disana muncul Sheyza dengan tentengan bubur ayam di dalam plastik hitam.

Arzan langsung bangkit menghampiri Sheyza dan spontan memeluk tubuh kecil gadisnya. Sedangkan Sheyza tentu terkejut dengan sikap Arzan. Tubuhnya menegang tidak bisa digerakkan sama sekali.

Sheyza terpaku untuk sesaat. Tubuhnya terasa menegang tidak bisa bergerak. Jantungnya berdebar dan lidahnya kelu, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Padahal Sheyza sangat membenci pria ini, tapi kenapa pelukan ini rasanya sangat nyaman sampai membuat dirinya tak bisa berkutik.

Pria ini, pria yang berstatus sebagai suaminya, pria yang sudah mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya. Sesuatu yang selama ini Sheyza jaga, direnggut secara paksa oleh pria sialan itu. Tapi entah kenapa, Sheyza merasa sesuatu hal yang berbeda dalam dirinya saat sang suami dengan lancang memeluk tubuhnya.

Sedangkan Arzan sendiri merasa sangat nyaman mendekap tubuh gadis mungil itu. Mungkin rasa khawatir mendominasi dirinya untuk berbuat seperti itu.

Untuk beberapa saat mereka hanya diam. Meresapi apa yang ada dalam dirinya masing-masing. Sampai pada waktu Sheyza tersadar saat mendengar suara dering ponsel milik suaminya. Sheyza buru-buru mendorong tubuh tinggi tegap dan wangi itu, lalu mundur beberapa langkah ke belakang.

Sheyza agak salah tingkah. Dirinya merutuki kebodohannya yang sempat terlena membiarkan tubuhnya dipeluk oleh Arzan.

Arzan berdecak kesal. Mau tidak mau dirinya harus melepaskan tubuh yang seakan menjadi candu itu.

Arzan meraih ponselnya di saku celana. Mengangkat panggilan yang ternyata dari Ardi, asisten pribadinya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam,"

"Ada apa Ar?" Tanya Arzan tanpa basa-basi.

"Anda dimana Gus? Saya sudah di kantor, hari ini ada meeting penting."

"Ya saya tau. Meeting masih jam sepuluh kan? sedangkan sekarang masih jam tujuh, masih ada waktu sebentar."

"Iya. Tapi Gus, mereka meminta kita untuk mempercepat meetingnya karena klien yang dari Jepang jam sepuluh harus segera kembali ke negaranya. Jadi jam delapan mereka sudah meminta kita untuk bertemu." Terang Ardi.

Arzan menghela nafasnya kasar. Sebenarnya sudah biasa para kliennya meminta diajukan waktu meeting, dan sejauh ini Arzan selalu tidak merasa keberatan. Tapi kali ini dia harus membawa Sheyza ke pusat perbelanjaan. Sesuai ucapannya kemarin, dia akan menemani Sheyza membeli semua kebutuhannya.

Sebenarnya kemarin Arzan sudah berinisiatif membeli keperluan Sheyza sendiri, tapi dirinya lupa jika Sheyza juga memiliki ukuran. Jadi tak mungkin dirinya membeli sembarang ukuran. Kemarin waktu di bandung dia sempat membelikan Sheyza gamis tapi ternyata agak kebesaran. Jadi, daripada mubazir lebih baik dirinya membawa sekalian saja Sheyza belanja.

"Yaudah, batalkan saja kalau begitu. Saya masih ada urusan. Jika mereka memaksa, suruh mereka bertemu dilain waktu." Putus Arzan.

Sedangkan di seberang sana, Ardi tercengang mendengar perintah sang atasan. Tidak biasanya Arzan bersikap seperti ini, bahkan tidak pernah sama sekali selama dirinya menjadi asisten bosnya itu. "Tapi...."

"Maaf Ardi, saya sedang sibuk sekarang. Nanti kalau ada apa-apa hubungi saya lagi. Saya tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum,"

Setelah mengucapkan salam, Arzan langsung menutup panggilannya. Lalu matanya menatap gadis yang masih berdiri tak jauh dari pintu apartemen.

"Kamu bersiap-siap lah, kita akan pergi." Ucap Arzan.

Kening Sheyza berkerut. "Mau kemana?" Tanyanya bingung. Dan percayalah, baru kali ini Arzan mendengar suara lembut milik istrinya itu. Bahkan Arzan sempat tertegun sebentar.

Sheyza tidak bicara seperti kemarin, bahkan Sheyza menatapnya dengan teduh. Bukan tatapan permusuhan seperti kemarin.

Cantik sekali. Arzan sampai tidak berhenti mengaguminya.

"Ekhm. Saya kan sudah berjanji kemarin. Hari ini saya akan membeli semua keperluan kamu. Jadi kita pergi sekarang, cari barang yang kamu mau."

Sheyza menghela nafasnya kemudian menggeleng. "Saya mau disini saja. Jika anda ingin membelikan ya silahkan. Tapi saya tidak mau pergi bersama anda." Rasanya Sheyza takut. Takut jika pergi bersama pria itu sewaktu-waktu bisa ketahuan oleh istri pertama suaminya. Dan dirinya tidak mau menjadi alasan orang lain terluka.

Arzan menggeleng. "Saya tidak bisa pergi sendiri. Saya tidak tahu apa yang kamu butuhkan. Jadi, mari pergi bersama. Kamu tenang saja, kita bisa pakai masker jika kamu takut kita akan ketahuan orang lain."

Sheyza tampak berpikir usulan Arzan, menimang-nimang ajakan suaminya. Kalau dipikir dia memang butuh beberapa perlengkapan pribadinya.

"Saya berjanji tidak akan ketahuan Shey,"

"Tunggu lima menit, saya bersiap dulu." Sheyza berlalu dari sana. Membawa serta plastik hitam berisi bubur ayamnya tadi.

***

Di dalam kamar Sheyza tidak berganti baju karena memang dia belum memiliki baju apapun disini. Disini hanya ada baju milik Arzan. Namun tentu Sheyza tidak akan berani meminjam baju milik pria itu. Dan kemungkinan besar juga baju Arzan akan tampak kedodoran jika dikenakan olehnya.

Sheyza hanya mencuci wajahnya agar tidak kelihatan lusuh. Matanya menatap pantulan dirinya di cermin.

Cantik. Sheyza akuu dirinya memang cantik walaupun tanpa make up sedikit pun. Bibirnya yang mungil berwarna pink alami itu membuat orang mengira dirinya memakai lipstik, padahal tidak.

Banyak pria yang jatuh hati kepadanya, namun Sheyza tidak pernah tertarik dengan pria manapun. Cinta? Bahkan Sheyza tidak percaya apa itu cinta.

Cinta hanya akan membuat orang merasakan sakit yang bertubi-tubi. Bahagia yang didapat hanya sesaat. Janji manis yang terucap hanya kebohongan belaka. Nyatanya cinta menyakitkan.

Dadanya mendadak sesak. Sheyza menghapus buliran bening yang tiba-tiba sudah berada di pipinya. "Hiks mama tenanglah disana. Sheyza janji akan menjadi anak yang baik dan tidak akan menyakiti siapapun. Maafkan Shey tidak bisa menjaga kehormatan Shey,"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sheyza istri rahasia    Bab 109

    Sindi menatap Ayra lekat. "Ini udah tengah malam. Kita istirahat dulu. Kasihan juga Wirda pasti capek banget," ucap Sindi."Aaa mami... Ayra mau masuk pondok pesantren mi. Please..." Mata Ayra sudah ketap-ketip memohon pada sang mami.Sindi menghela nafasnya kasar. Kepalanya masih terasa pening akibat kejadian tadi. Ini anaknya baru pulang dari Jakarta, tiba-tiba malah minta masuk ke pondok pesantren. Kan tambah membuat kepala Sindi makin pusing."Kita bicarakan besok ya sayang. Kamu juga harus bicara sama papi dulu, nggak sama mami doang.""Tapi Ayra pengen banget. Ayra mau segera masuk ke pondok pesantren yang ada di Jakarta," mohon Ayra lagi."Sayang-"Mi, sekali ini aja. Ayra mau masuk pondok pesantren mi," Pinta Ayra."Ya ampun Ayra!! Lo itu, Tante Sindi baru aja pulang dari Jakarta. Ditambah Tante Sindi juga baru keluar dari rumah sakit. Lo nggak kasihan sama mami lo?" Wirda menatap malas Ayra."Oh iya, Mami sakit apa? Kenapa bisa sampe masuk rumah sakit??" Tanya Ayra tanpa meng

  • Sheyza istri rahasia    Bab 108

    "Cantik ya cewek tadi?" Abyas sengaja bertanya pada Abyan yang sedang fokus menyetir.Abyan tak menjawab, karena kalau di tanya cantik apa tidaknya gadis itu memang cantik. Tapi dia tak ingin mengatakannya yang akan menimbulkan persepsi lain bagi yang mendengarnya.Abyas terkekeh kecil, berasa ngomong sama tembok karena yang di ajak berbicara hanya diam saja."Astaghfirullah! Kenapa gue punya saudara kembar kayak lo sih?! Gue berasa ngomong sama tembok tau gak," kata Abyas mengeluh.Abyan mendengus. Tak memperdulikan perkataan Abyas, dirinya langsung membelokkan mobilnya menuju ke gerbang pondok pesantren."Byan," panggil Abyas. Langsung membuat tangan Abyan yang hendak membuka pintu mobil jadi berhenti. Abyan mengangkat alisnya, menatap kembarannya.Abyas meringis, mengusap tengkuknya. Bibirnya mengembung seperti berpikir. Sampai detik kemudian Abyan yang tidak sabaran langsung berniat ingin meninggalkan Abyas.Membuat Abyas langsung menahannya. "Ehhh tunggu," teriak Abyas.Abyan me

  • Sheyza istri rahasia    Bab 107

    Abyan memfokuskan pandangan pada jalan yang mulus di depan, tangan kanannya tergenggam erat pada setir mobil.Sementara itu, Abyas terus berbincang riang dengan Ayra di kursi belakang. Suara tawa mereka sesekali mengisi keheningan di dalam mobil.Ayra mencoba memecahkan kebekuan. Dia bertanya tentang musik yang diputar atau pemandangan yang dilewati, namun Abyan hanya memberikan jawaban singkat tanpa memalingkan wajahnya.Raut wajah Abyan yang kaku dan tatapan matanya yang fokus tidak berubah, seolah-olah dia berada di dunia sendiri.Ayra yang mulai merasa tidak nyaman dengan keheningan itu, mencebikkan bibirnya dalam kekesalan dan kembali menoleh ke jendela, menatap keluar dengan rasa frustrasi yang tercampur penasaran tentang pria misterius yang duduk di kursi pengemudi itu.Abyan, meski merasakan kehadiran Ayra dan Abyas, dia lebih memilih untuk tenggelam dalam pikirannya sendiri, membiarkan shalawat mengalun lembut sebagai satu-satunya suara yang memenuhi ruang antara dia dan penu

  • Sheyza istri rahasia    Bab 106

    Ayra terus berjalan mengikuti Abyan. Dirinya semakin tak suka saat melihat Abyan kadang tersenyum tipis bersama dengan perempuan itu."Nyebelin banget sih, pake senyum segala lagi. Kalau lihat gue aja tadi datar banget tuh muka, giliran lihat perempuan kayak begitu, hish!! nyebelin banget sih!" Gumam Ayra terus ngedumel. Kesal? Pastilah. Kenapa Abyan tidak seperti Abyas yang ramah sekali. Tapi Ayra malah tertarik pada sosok Abyan."Ini sudah semuanya, Gus. Yang kena razia sekitar dua puluh santri, dengan kasus yang berbeda-beda. Saya sudah mencatatnya tadi Gus," kata Nayla dengan lembut, memberikan sebuah buku catatan.Abyan mengambilnya, "Terimakasih kamu sudah membantu saya hari ini," Nayla tersenyum malu-malu. Entah kenapa jantungnya berdebar sangat kencang berdekatan dengan Abyan. Siapa yang tidak tertarik dengan calon pemimpin pondok pesantren itu, bahkan semua santri putri di sini sangat mengagumi seorang Abyan. Pria tampan dengan segala kesempurnaannya.Jarang ada yang beruntu

  • Sheyza istri rahasia    Bab 105

    "Apa?!! Kamu lihat Ayra pergi, tapi kamu nggak cegah dia?" Wirda memekik saat baru saja mendengar jawaban dari Raja, pacarnya itu saat dia tanya dimana keberadaan Ayra dari telpon."Ya-ya sorry babe. Aku mau ngejar, tapi Ayra larinya kenceng banget tau. Ketinggalan dong akunya," bela Raja untuk dirinya sendiri.Wirda mengusap wajahnya kasar. Kalau sudah seperti ini dirinya jadi bingung kan? Ayra itu nggak pernah pergi jauh sebelumnya, kedua orangtuanya sangat overprotektif pada gadis itu."Hish, kamu mah. Tau sendiri kayak mana orang tua Ayra. Itu Ayra juga nggak pernah pergi jauh-jauh. Kalau udah kayak begini kayak mana coba? Dia pastinya tersesat, kalau dia nggak tersesat dia udah pulang dari semalam ke Jogja," bingung Wirda khawatir."Aku mana tau babe. Dia juga kan bawa uang pastinya, nggak mungkin dia nyasar dan nggak balik.""Buktinya dia di hubungi nggak bisa, nomornya sama sekali nggak aktif. Ya ampun Raja, kenapa kamu oon banget. Mestinya kan kamu susul Ayra. Ayra itu nggak p

  • Sheyza istri rahasia    Bab 104

    [Spill dikit yaaa.... dicerita ini lebih fokus ke si kembar, tapi nanti akan ada scene Nabila]16 tahun kemudianLangit yang mendung menutupi pemandangan bintang, memberikan gelap yang pekat di atas kota.Jalanan terlihat basah, dengan genangan air yang mencerminkan cahaya lampu jalanan yang redup.Setiap tetes hujan yang jatuh menambah ritme yang monoton, terdengar seperti irama alam yang berulang. Pepohonan di sisi jalan bergoyang tertiup angin, daun-daunnya yang basah berkilauan tatkala disinari cahaya lampu.Sementara itu, para pengendara yang berani melintas tampak berhati-hati, cahaya lampu kendaraan mereka membelah hujan yang terus turun tanpa henti, memperjuangkan visibilitas di malam yang gelap dan basah.Malam itu, suasana tampak seram dengan hembusan angin yang sangat kencang.Seorang gadis cantik menangis di sebuah halte bus yang sudah sepi.Dia Ayra Queenby. Gadis berambut panjang dengan mata bulat yang indah itu menelungkupkan kepalanya sambil terus terisak. Tak peduli s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status