"Hahaha. Bukankah kalian dari Sekte Modar di bawah naungan Tetua Kelima?" tawa Mu Sang memincingkan sebelah mata memandang rendah anggota Sekte Modar.Renggin Ang berjalan memegang bahu Ampy Ang. "Biarkan aku saja yang mengatasinya." Kemudian, anak itu melewati adiknya, maju ke hadapan para tetua hingga posisi berada di samping Mu Sang."Halo, Senior!" sapa Renggin Ang kepada Mu Sang. "Aku adalah ketua Sekte Modar dan juga termasuk murid kesayangan Nona An Ting, senang berkenalan dengan Anda." Dia meringis."Ckck. Murid kesayangan si babi, apa yang bisa dibanggakan?""Tentu saja aku bangga. Nona An adalah orang yang baik. Aku yakin suatu saat Anda akan jatuh hati padanya.""Pffft. Aku akan mencium kakimu jika itu sampai terjadi.""Akan kuingat janji Anda, Senior." Renggin Ang menoleh ke arah An Ting yang sedang bersama teman-temannya. Dia tersenyum dengan senyuman yang paling menawan.An Ting sendiri merasa aneh dengan tingkah laku Renggin Ang. "Apa yang sedang anak itu lakukan di sana
"Jaga mereka baik-baik! Itu satu-satunya cara untuk menebus kesalahanmu. Ketamakan, rasa iri, dan ambisi hanya akan membuatmu lupa diri. Lihatlah kedua anak itu (Renggin Ang dan Ampy Ang), mereka saling membahu untuk bertahan hidup. Karena ulah kalian, mereka tumbuh tanpa orang tua. Karena keegoisan dan keserakahan kalian, para keturunanku di generasi selanjutnya morat marit mencari perlindungan," tutur Duata Hun menceramahi Tetua Mo.Tetua Mo terus tertunduk, bahkan dia tak sanggup manatap wajah sang leluhur. Mulutnya terkunci rapat tak bisa berkata-kata. Tiba-tiba buliran air yang berasal dari matanya terjun ke tanah. Dia benar-benar menyesali perbuatannya di masa lalu.Sang leluhur maju lebih dekat berdiri tegap di hadapan Tetua Mo. "Tegakkan kepalamu! Lihat aku!" perintahnya."Situasi macam apa ini?" gumam Renggin Ang. Dia berdiri berdampingan bersama Ampy Ang di belakang roh sang leluhur. Suasana yang sangat mengintimidasi membuat mereka diam dengan patuh.Seketika, Tetua Mo meneg
"Hahaha. Keluarga Ang memang keluarga yang paling miskin di Daerah Wahid. Tadi pagi, mereka kalah taruhan dan berhutang kepada Keluarga Sang senilai 20.000 keping emas," ungkap Sung Sang menyinggung Renggin Ang."Ups ... pantas saja kalian bersikeras menjalin hubungan baik dengan Keluarga Lin dan sialnya, sekarang Keluarga Lin sudah hancur tak bersisa. Ckck. Sia-sia," ucap Su Ling dengan nada mengejek.Ampy Ang menutup telinga Renggin Ang agar tidak mendengarkan ocehan mereka yang tak bermanfaat. "Kakak, sepertinya ada seseorang yang telah memberitahukan kedatangan kita ke sini kepada mereka," bisik gadis itu."Hah? Siapa?" jawab Renggin Ang berbisik."Kakak tertua. Dia berada di balik gapura itu," tunjuk Ampy Ang.Tiba-tiba, Sung Sang melompat hendak menendang kepala Renggin Ang. "Beraninya kalian mengabaikanku!"Hap!Renggin Ang menangkap kaki Sung Sang hanya dengan satu tangan. Matanya melotot. Kemudian anak itu memutar kaki Sung Sang dengan putaran yang cukup kuat, hingga tubuh Su
"Aku akan memberikan tujuh pertanyaan. Setiap jawaban kalian yang benar dari satu pertanyaan, maka kalian boleh membawa lebih satu. Kecuali untuk kitab elemen api dan kayu, kalian harus melewati satu ujian lagi dari penjaga yang berada di lantai dua," ucap sang penjaga lantai satu.Perpustakaan akademi terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama, untuk Buku-buku teknik tingkat rendah. Lantai kedua untuk tingkat menengah dan lantai ketiga untuk tingkat tinggi. Masing-masing lantai ada penjaga yang siap menguji kedatangan setiap murid."Baiklah. Apapun pertanyaannya, kami akan menjawabnya," ujar Renggin Ang."Pertama, apa kedudukan Tetua Mo di akademi ini?""Wakil Pemimpin," jawab Renggin Ang."Benar. Kedua, apa roh hewan spiritual milik Tetua Mo?""Cacing putih. Ups, maksudku Naga Angin.""Ah, benar." Sang penjaga sedikit terkejut dengan jawaban Renggin Ang. "Apakah Kakek tua itu benar-benar telah membuka diri terhadap anak ini?" gumamnya.Sebenarnya, si penjaga hanya ingin menguji sebera
Siang hari sebelum Renggin Ang dan Ampy Ang pergi ke perpustakaan akademi, Tetua Mo mencegah mereka untuk mengabarkan sesuatu."Untuk berjaga-jaga, aku beri tahu bahwa sebenarnya penjaga perpustakaan lantai pertama adalah Tuan Kwe Ci, Pemimpin Akademi. Dia adalah teman seperjuanganku. Giok hitam itu merupakan tanda kepercayaanku sepenuhnya. Jadi, mungkin Pemimpin akan menanyakan beberapa hal tentangku," jelas Tetua Mo."Tuan Kwe Ci adik dari Pemimpin Keluarga Ci?" tanya Ampy Ang."Benar.""Jika, Pemimpin mempertanyakan hal itu, aku yang akan menjawab semua pertanyaannya dengan cepat. Bukankah itu terlihat keren? Kekeke," gumam Renggin Ang terkekeh.Kemudian, mereka berangkat ke akademi.Saat Renggin Ang memasuki lantai dua, tiba-tiba sebuah ledakan mengejutkannya membuat dia terhempas keras. Ampy Ang segera menjatuhkan buku-buku yang berada di kedua tangannya dan menahan punggung Renggin Ang. Pintu lantai kedua pun tertutup kembali dengan sendirinya."Ugh, ledakan apa itu?" ucap Rengg
Sejak Ampy Ang berpisah dengan Renggin Ang, dia sudah merasa diawasi oleh beberapa orang. "Haish, mata mata orang-orang itu sangat mengganggu," gumamnyaSejenak Ampy Ang mengabaikan mereka, tapi mereka semakin mendekat dengan gelagat orang-orang sombong yang sok berkuasa. Beberapa pria itu melangkah dengan kaki sedikit mengangkang mendekati Ampy Ang."Hey, gadis kecil yang cantik. Izinkan aku membantumu," kata seorang pemuda mengulurkan tangannya kepada Ampy Ang sembari mengembangkan senyum."Terima kasih atas tawarannya. Tapi aku tidak membutuhkan bantuan," ucap Ampy Ang dengan ekspresi dingin. Wajahnya berpaling dari para lelaki itu.Pemuda itu menahan bahu Ampy Ang lalu memutar badannya, membuat mereka saling berhadapan kembali. "Kau tahu siapa aku?" ucapnya menekan dagu Ampy Ang dengan cubitan ringan ibu jari dan jari telunjuk."Aku tidak peduli siapapun Anda!" balas gadis itu memasang raut wajah tak senang."Hahaha." Beberapa orang di belakang pemuda itu tertawa. "Berani menolak
Berdasarkan urutan peringkat, Tin Ju berada di urutan ke-30. Dan setelah dia kalah, maka posisi tersebut di ambil alih oleh Renggin Ang.Para tetua yang awalnya tidak memperdulikan anak itu, kini setiap saat mereka terus memantau perkembangannya. Kemajuannya yang begitu pesat, membuat Renggin Ang tiba-tiba menjadi populer dari kalangan murid baru.Buku yang dipinjam dari perpustakaan akademi, memiliki masa waktu tiga tahun. Murid yang meminjam, harus mengembalikannya dan tidak boleh meminjam buku itu lagi. Jadi, mau tidak mau harus menguasai buku tersebut dalam waktu tiga tahun. Pada tengah malam, saat anak-anak yang lain tertidur pulas, Renggin Ang pergi bersama adiknya ke kediaman Tetua Mo. "Kakek, bolehkah aku meminta sesuatu." Renggin menyatukan kepalan tangan kanan ke telapak tangan kiri sembari menundukkan kepala. Di sisinya, ada Ampy Ang berdiri tegak merangkul tiga buah buku yaitu buku kuno N-O-V-E-L, Kitab Elemen Api dan Kayu, dan buku Sang Legenda Raja Burung."Apa yang kau
Setelah sekian lama Renggin Ang mendaki, anak itu belum menemukan satu bahan pun untuk dijadikan pil. Hingga malam tiba, dia menginjakan kaki di puncak gunung, matanya melebar menatap takjub. Di sana anak itu melihat berbagai jenis tanaman dan tumbuhan. Lahan di atas gunung itu, terlihat seperti kebun. Banyak kunang-kunang berkeliaran menerangi gelapnya malam. "Woaah! Apakah semua ini adalah tanaman obat?""Hati-hati! Sebagian dari tanaman yang ada di sini mengandung racun!" cegah sang leluhur.Kemudian, mata Renggin Ang tertuju pada sebuah pohon berwarna abu-abu tua. Pohon itu berbau khas, kayunya berwarna merah coklat muda dengan daun tunggal, kaku seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai daun 0,5 – 1,5 cm, dengan 3 buah tulang daun yang tumbuh melengkung."Kakek Leluhur, bukankah ini pohon kayu legi?" tanya Renggin Ang menunjuk pohon itu."Benar. Ambil beberapa jika kau memerlukannya, dan lihatlah ke arah sana!" Duata Hun mengacungkan telunjuknya ke arah sebuah tanaman berdau