Share

Bertemu Si Brengsek

Author: SageGreen_
last update Last Updated: 2023-10-11 14:16:16

"Kenapa sangat mendadak, Pak?" tanya Sandra lemas.

Pria itu mengangguk pelan. "Bukankah lebih baik jika bekerja di kota itu? Jenjang karier yang lebih baik, gaji pun sangat lebih baik jika ditempatkan di kantor utama."

Sandra menelan ludahnya kasar. Otaknya perlu waktu lebih lama untuk mencerna keputusan bosnya yang mendadak ini. Apalagi dia harus kelabakan sendiri dengan memulai segalanya dari nol lagi.

"Saya harap kamu menyetujuinya," pinta si manager.

Sandra melipat kembali dan memasukkan secarik kertas itu ke amplop dan pamit keluar dari ruangan bosnya. Tiba di meja kerjanya, Sandra menumpu lengan di atas kubikelnya. Keningnya berkerut, berpikir amat keras dan tertekan. Akhirnya ia meloloskan napas panjang dan memutuskan untuk duduk.

"Shit!" umpat Sandra kesal.

Bagaimana bisa dia harus kembali ke kota Surabaya, kota yang selama ini dia hindari. Selama bertahun-tahun pun dia tak pernah menjadikan kota Surabaya menjadi kota pijakannya kembali.

Setelah berpikir cukup lama selama seharian penuh sampai tidak konsentrasi bekerja. Dia pun pulang dengan rasa cemas yang berlebihan. Setibanya di kamar, dia mengambil gawainya hendak menghubungi seseorang.

Sandra nampak menimbang-nimbang, kemudian bergumam. "Harga diriku pasti sudah anjlok."

Tanpa berpikir panjang, ia lalu menghubungi nomor yang sudah sedari tadi terpampang nyata di hadapannya. Jantung Sandra berdegup kencang sebelum akhirnya sambungan telpon itu tersambung oleh suara lelaki.

"Do you miss me?" tanya seorang lelaki di seberang sana.

Sandra menggigit bibir bawahnya gugup. Ia menggeleng dengan cepat. "Si-siapa yang bilang begitu!"

Lelaki di seberang sana terkekeh. "Aku sudah lama menantimu menghubungiku dulu, karena dari awal nomorku sudah diblokir."

Sandra terdiam. Pernyataan lelaki itu tidak sepenuhnya salah dan tidak juga benar. Beribu kali dia berpikir untuk membuka nomor lelaki yang diblokirnya tersebut. Hanya gara-gara ingin dicarikan tempat tinggal untuknya di kota Surabaya nanti. Tapi, yang ada di benak Sandra hanya nama lelaki brengsek itu. Bodoh, batin Sandra.

"Kamu masih di sana, sayang?" tanya lelaki itu penasaran.

Senyum tipis mengembang di pipi kanan dan kiri Sandra. Tapi, buru-buru ia tepis. "A-aku ... Aku mau pindah ke Surabaya."

Hening. Tak ada respon dari seberang sana. Entah lelaki itu mendengar kalimat Sandra atau tidak. Tapi, bagi Sandra tidak mengapa lelaki itu tidak mendengar. Itu malah jauh lebih bagus.

"Gimana, apanya yang di Surabaya?" Lelaki itu malah dengan bodohnya bertanya.

Sandra menghela napas berat. "Aku mau ketemu Kiara minggu depan."

Sandra beralasan, lebih baik dia berbohong. Harga diri Sandra terlalu tinggi saat ini.

Lelaki itu tertawa. "Cuma gara-gara mau ketemu sama Kiara, kamu telpon aku? Jangan konyol."

"Bu-bukan gitu, maksud—"

Lelaki itu memotong kalimat Sandra. "Dari awal emang cuma kamu yang nggak serius, marah, baik, blokir nomor, marah lagi, gitu terus!"

Hati Sandra menciut mendengar kata-kata itu. "Oke, ini kali terakhir aku hubungi kamu."

Klik!

Sandra seperti biasa memutus sambungan telpon sepihaknya. Tak berapa lama ia memblokir nomor itu lagi dan lagi. Sejujurnya, Sandra juga tidak ingin berakhir lagi seperti ini. Tapi, hati kecilnya tidak bisa menolak.

***

Setelah menyetujui mutasinya, Sandra berusaha menghubungi sahabatnya, Kiara di Surabaya. Hanya dia yang selama ini dia andalkan. Kiara meminjaminya sebuah unit apartment miliknya yang sudah lama tidak dia pakai untuk Sandra.

"Jadi, Tyo nggak tahu kalau kamu pindah ke sini?" tanya Kiara dengan mata melotot.

Sandra mengedikkan kedua bahunya. "Aku udah ngasih tahu, tapi ... kayaknya sih dia nggak denger."

"Dia tuli atau pura-pura bego sampai nggak dengar. Lagian kenapa sih kamu telpon dia duluan, kamu 'kan bisa telpon aku?" cecar Kiara tiada henti.

"Aku pikir dia pasti seneng kalo aku pindah ke sini," tukasnya.

Kiara mencebik. "Bodoh! Udah jelas dia pura-pura nggak dengar, aku doain dia benar-benar tuli! Dasar brengsek!"

Sandra terkekeh, dia sudah terbiasa mendengarkan Kiara mengumpat seperti itu, bahkan itu bukanlah hal baru bagi dirinya.

Cekrek!

Tiba-tiba saja Kiara mengarahkan kamera selfie kearah dirinya dan Sandra. Saat itu, Sandra sedang menoleh ke arah lain. Sementara Kiara berpose dengan bibir manyun.

"Cantik," gumam Kiara. "Done!" serunya.

Sandra langsung menoleh. "Jangan bilang kamu upload foto tadi di i* mu?"

Kiara mengangguk cepat. " Yes, of course!"

Sandra menggeram. "Sial! Gimana kalo si brengsek itu lihat? Mikir dong, Ki!"

"Bukannya kamu malah seneng. San, come on, kamu masih cinta mati 'kan sama dia?"

Bukannya Sandra ingin mengelak. Namun, yang pasti Sandra benar-benar tidak bisa lepas dari jeratan si brengsek yang telah menguasai hatinya itu. Setelah kejadian dua bulan yang lalu, Sandra sering menangis menyesal karena telah tega dengan janinnya sendiri. Seminggu sebelum dia melakukan perbuatan keji itu, dia bertemu dengan Tyo. Tyo dengan tanpa beban dan tanpa dosanya menciumi perut Sandra dengan sayang.

Tapi, apa yang ia inginkan selama ini? Ia ingin anak itu digugurkan. Sandra mau tidak mau harus menurut. Karena, Tyo tidak mau menanggung segala resikonya sendirian.

"San?" panggil Kiara membuyarkan lamunan Sandra.

"I-iya."

"Aku antar pulang, udah malam."

Malam itu, mereka berdua sedang berada di sebuah cafe di pusat kota. Mereka hanya berjalan kaki untuk pergi ke cafe tersebut, karena tidak jauh dari apartement Kiara. Sepuluh menit berjalan mereka sudah sampai di lobby apartement.

"Aku pulang dulu ya, San. Hati-hati ya," ucap Kiara lalu tersenyum lebar sambil melambaikan tangan ke arah Sandra.

Sandra mengangguk dan membalas lambaian tangan Kiara tak kalah semangat. Senyum Sandra perlahan memudar sebelum akhirnya dia melihat sesosok lelaki yang baru masuk dari pintu lobby. Lelaki itu berjalan angkuh menghampiri Sandra yang masih membeku di tempatnya berdiri. Senyumannya masih tetap sama, senyuman tipis namun memabukkan para wanita.

Mata Sandra membulat. Tak ada pilihan untuk berlari ataupun kabur. Wanita itu memilih untuk menyelesaikan apa yang akan baru saja dimulai malam itu.

"K-kok bisa—" tanya Sandra dengan suara terputus-putus.

Sebelum Sandra bertanya lebih jauh, lelaki bertubuh tegap itu memeluk Sandra dengan satu gerakan cepat. Sandra bisa merasakan degup jantung lelaki itu dengan nyata, mulai terasa terhanyut dalam dekapan hangat yang penuh dengan kerinduan. Tak peduli dengan tanggapan orang, tangan Tyo mencengkeram pinggul Sandra kuat-kuat.

"Mau ketemu Kiara atau ketemu aku, hm?" tanya Tyo dengan suara berat.

Sandra terpaku sejenak. Sadar banyak sepasang mata yang melihatnya, Sandra mendorong tubuh Tyo ke belakang. "Lepasin! Aku mau pergi!"

"Siapa bilang kamu bisa pergi dari aku, hah?" Tyo memegang tangan Sandra yang akan segera kabur darinya.

Sandra meronta-ronta. Namun, Tyo buru-buru mengangkat tubuh Sandra ala bridal style menuju lift. "Maaf, istri saya sedang marah, saya biasanya merayunya dengan cara seperti ini."

Tyo mencoba menjelaskan kepada beberapa orang yang seperti bertanya-tanya mengapa mereka ribut-ribut seperti itu.

Sandra menatap Tyo dengan tatapan tajam. "Lepas!" ucapnya, lirih.

Tyo membalas tatapan Sandra dengan tak kalah tajamnya. "Nurut atau aku cium!"

Sandra langsung melotot tatkala mendengar kata-kata bodoh itu dari Tyo. Tak ingin menunda-nunda lagi. Langsung saja dia turun dari gendongan Tyo lalu berbalik arah memunggunginya. Sepertinya Sandra punya ide cemerlang untuk membuat kapok si brengsek ini agar tak kembali ke sini lagi.

"Sayang, kenapa malah hadap situ? Aku di sini," tanya si brengsek itu.

Sandra pun tertawa licik. Sambil berbalik menatapnya, dia sedikit mengangkat kaki sebelah kanan, dengan gerakan cepat Sandra menendang ...

Dug!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Mengikis Jarak

    "Itu surat cinta," jawab David seraya tertawa dengan terpaksa. Sandra menatap David dengan tatapan yang sulit diartikan. Sudah jauh-jauh hari Sandra menyiapkan dokumen itu untuk ditanda tangani oleh Tyo. Sekarang kemenangan sudah hampir di depan mata, tapi tidak sampai sedetik Bosnya menghancurkan harapan Sandra dengan mudahnya. "Saya mau pulang."Sandra berdiri kemudian meremat kedua jari-jemarinya, ia menggigit bibir bawahnya. Sungguh, dia merasa dipermalukan oleh David. Terlebih di depan Tyo. Wajah David berubah masam saat Sandra meminta untuk pulang. Ia lalu berdiri memegang lengan Sandra yang sedikit bergetar. David tahu jika Sandra sangat kecewa dengannya. Tapi, sungguh David tidak bermaksud mengecewakannya. Kepala Sandra mendongak menatap David sambil berurai air mata. "Bapak tahu, saya mengerjakan semua itu sampai lupa tidur. Kenapa sekarang Anda mempermalukan saya di depan klien Bapak sendiri?"Sandra melirik Tyo sedikit. "Pak Tyo juga pasti kecewa jauh-jauh datang kemari

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Diantara Tiga

    Galen menumpu kedua tangannya di atas lutut. Ia melihat betapa Tyo ternyata tidak berdaya. Apalagi Galen sangat menganggap remeh Tyo karena, ketidaktegasannya sebagai lelaki. Hal itu sangat menggelikan. Tyo mengaduh lalu sedikit memposisikan badannya menjadi duduk bersandar tembok. Sedangkan Galen berdiri tegak lalu mengambil sebuah sesuatu di dalam laci nakas. Setelah itu, Galen melemparnya di depan Tyo. "Jauhi Sandra, atau aku bilang ke David sekarang."Tangan Tyo meraih amplop putih yang masih terbungkus rapi. Tyo lalu membuka perlahan, lalu dia sedikit memijat pelipisnya sedikit. "Nggak perlu gini lah, Bro!"Galen tersenyum dingin sambil duduk di tepi ranjang. "Sandra nggak perlu lelaki lembek kayak kamu gini."Tyo mencengkeram foto itu lalu merobeknya. Dia tahu percuma merobek foto itu sebab, Galen pasti punya file-nya. Galen bisa mencetak foto itu kapanpun dia mau. Tyo pikir dia bisa lepas dari Galen karena Galen adalah masa lalu kelam Sandra dulunya. Galen juga sudah menikah

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Masa Lalu Vs Masa Kini

    Sandra buru-buru menutup pintu hotel dengan kasar setelah tahu siapa yang datang. Pria itu memang sengaja mengikutinya, tapi pertanyaannya sejak kapan? Sebenarnya apa tujuan Gilang. Keringat Sandra bercucuran di pelipisnya. Untungnya, Sandra punya tenaga dalam untuk segera menutup pintu dengan cepat. Jika tidak, mungkin Sandra akan terjebak bersama lelaki itu. Pria itu masih tetap menggedor-gedor pintu. Namun, Sandra masih tetap bergeming di tempatnya dan menutupi kedua telinganya. Satu jam kemudian, Sandra sudah tak mendengar suara berisik dari luar. Sandra berharap dia bisa keluar dari tempat itu. "Kenapa aku jadi kayak di sandera gini?" gumamnya pada dirinya sendiri. Sebelum Sandra melangkah menuju kamar, ia mendengar pintunya diketuk kembali. Kali ini terdengar sedikit beraturan. Terdengar lirih samar-samar bukan suara lelaki tadi. Namun, dia tampaknya tahu siapa yang datang. Satu tangan Sandra menarik handle pintu itu lalu tersenyum lebar melihat lelaki yang berbeda dengan t

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Terjebak

    Siang itu, Sandra akhirnya pergi bersama sekretaris David dan juga supir kantornya. Perjalanan dari kantor menuju rumah Tyo memakan waktu kurang lebih tiga jam. Sandra berpikir ini adalah ide yang sangat gila demi selembar dokumen dia rela melakukan hal gila ini. "Pak David kenapa perginya buru-buru, Pak?" tanya Sandra kepada sekretaris David. Ya pikir Sandra daripada sepi di dalam mobil, ia memutuskan untuk memulai ngobrol dengan Pak Gilang-sekretaris David-. Gilang tak melihat wajah Sandra saat menjawab, pandangannya lurus ke depan. "Tidak tahu."Bibir Sandra mencebik. Terkejut dengan jawaban Gilang padanya. Sangat misterius. Sandra hanya ber-oh ria. Ia juga tidak jadi meneruskan niatnya untuk mengobrol terlalu jauh dengan Gilang. Lebih baik dia tidur saja mengingat masih dua jam lagi perjalanannya. Beberapa jam kemudian, pundak Sandra terasa ditepuk beberapa kali oleh seseorang. Kedua matanya mengerjap. "Sudah sampai, Bu." Gilang berkata dengan suara datar. Lalu beranjak pergi

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Pertempuran Hati

    "Mau apa?" tanya sang Mama terlihat penasaran sampai melepas pelukannya. Sementara sang kakak-Sintia- menukikkan sebelah alisnya mencoba mengancam jika Tyo berani berbicara hal-hal yang membuat Mamanya drop. Tyo tampak kikuk lalu tersenyum kaku. "Mau merid 'kan, Ma. "Mama Tyo tersenyum puas. Lalu menyuruh Tyo masuk ke dalam rumah. Sintia pun turut serta duduk sebelum dia kembali ke kantornya. Kebetulan sekali sewaktu dia pulang, Tyo berdiri di ambang pintu rumahnya. "Loh kamu nggak berangkat kerja, Sin?" tanya Mama Tyo mengalihkan pandangannya. Sintia menggeleng pelan. Lalu menatap Tyo penuh tatapan intimidasi. "Ya 'kan adik Sintia tersayang pulang, ya diajak ngobrol bentar lah, Ma."Tyo memutar bola mata malas. Lalu tanpa peduli dengan kakaknya, ia menatap sendu mamanya. Mulutnya sedari tadi ingin berbicara hal yang penting tapi, kakaknya malah tanpa merasa bersalah ikut campur masalahnya. "Ma, gimana kabar Mama?"Wanita paruh baya itu mengangguk kecil, ia mengusap punggung tan

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Melepas vs Melindungi

    Beberapa waktu kemudian, Kiara melihat wajah Sandra sangat pucat, seperti mayat hidup! Suhu badannya juga sangat tinggi. Sandra benar-benar menderita. Kiara menyeka keringat Sandra yang mengalir dari pelipisnya. "Kasian banget sih ni anak."Saat itu bel unitnya berbunyi nyaring. Kiara menyunggingkan senyum sedikit. Lalu dengan cepat beranjak mengayunkan langkah untuk membukakan pintu. Dari balik pintu, nampak seorang pria berdiri dengan wajah gelisah dan cemas. Masih jelas di mana luka di sekitar pinggir bibirnya belum mengering. "Ck, kenapa ke sini!" Kiara memutar bola matanya malas. Galen tentu terkejut ketika bukan Sandra yang muncul, tapi Kiara. Wajahnya berubah masam. "Kamu tinggal di sini sama Sandra?"Mata Kiara melotot. "Kalo iya emang kenapa?"Galen menunduk sebentar sembari mengusap darah di bibirnya akibat ulah wanita di depannya ini. "Sandra, ada?"Kiara mencengkeram kedua tangannya ingin menghajar Galen lagi. Tapi, dia harus tenang setenang air. Dia akan bertindak jik

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Sang Ksatria

    "Sandra ... "Tiba-tiba saja bulu kuduk Sandra merinding. Suara itu ... "Hai!" seru Sandra memaksakan senyum. Galen berdiri sambil kedua tangannya merogoh sakunya. Lelaki itu menatap Sandra penuh dengan intimidasi. "Kamu tinggal di sini?" tanyanya. Sandra hampir saja mengangguk mengiyakan. Namun buru-buru dia menggeleng. "Engh ... Enggak. Ini aku tinggal sama temenku."Galen mengangkat alisnya satu. "Cowok apa cewek?"Sandra memutar bola mata malas. "Berisik deh." Segera dia membuka pintu lobby namun, suara Galen menginterupsi. "Kenapa kamu nggak aja Mike tinggal di sini. Malah kamu tinggal sama temen kamu."Kepala Sandra memutar mendongak menatap getir Galen. "What?! Trus kamu ngapain di sini nggak ngajak Mike tinggal sama kamu? Oh ya, aku lupa kamu 'kan tinggal di sini sama istrimu."Galen terdiam sesaat. Kemudian mengangkat kepalanya menatap Sandra. "Kita lagi proses cerai." Mata Sandra membola, hampir saja mau copot. Ia menelan ludahnya kasar. "Ko-kok bisa, bukannya kalian b

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Rumit!

    Sandra mencebik ketika sosok itu kembali ke hadapannya sekarang. Bahkan lelaki itu tidak lebihnya seorang pria brengsek yang tidak ada bedanya dengan Tyo. Senyum pria itu memancar seolah bahagia. Tapi, mata Sandra terpaku pada kaki Galen yang sepertinya sedikit pincang. Serta bajunya terlihat lusuh seperti orang habis berkelahi. Ah, Sandra tak mau tahu urusan Galen lagi. Kini, Galen sudah duduk di depan mereka berdua—Sandra dan David—. David menyimpan penasaran terhadap baju Galen yang terlihat lusuh. "Habis ngapain, Bro?"Galen memperhatikan penampilannya sendiri. "Oh, tadi aku sedikit jatuh pas mau ke sini."Sandra memutar bola matanya jengah. Jelas saja bohong. Galen tidak mungkin jujur. Lihat itu, wajahnya sedikit memar. "Abis berantem?" David langsung menatap dalam ke arah Sandra. "Mana mungkin—""Mungkin sekali, Pak. Dia 'kan tukang berantem." Sandra berbicara cuek. Persetan jika Galen marah kepadanya. David diselimuti atmosfer permusuhan yang kentara di antara Galen dan San

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Kebetulan Yang Tak Terduga

    "Ma-Mas Tyo!" seru Zivana kegirangan dengan cepat ia memeluk lelaki itu. Namun, ada kedua mata yang saling menatap dengan tatapan penuh dendam. Tyo dan Galen. "Ah, sorry aku telat." Matanya menatap ke arah Galen tanpa teralihkan sedikitpun. Zivana yang semula cemberut, mood-nya kini berubah bahagia. Ia pun lalu mendongak melihat sorot mata Tyo yang tak seperti biasanya. "Mas? Itu Pak Galen. Dia—"Tyo menjauhkan diri dari Zivana lalu segera menjabat tangan Galen. Galen tentu merasa sangat tersanjung saat dirinya langsung disambut dengan baik oleh sang calon pengantin. Beberapa hari yang lalu, Galen gagal menemui Tyo di rumah Sandra. Tapi, lihat kini Galen bertemu dengan Tyo tepat di depan matanya. "Saya Tyo."Galen tersenyum miring. "Saya Galen, yang bertugas mengurus acara pernikahan kalian nanti."Tyo membalas jabatan tangan Galen dengan sedikit kasar. Begitu pula Galen. Jika tidak ada Zivana mungkin Tyo akan babak belur di tangannya sekarang. Tatapan mereka penuh dengan kebenc

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status