Share

Atasan Baru

Author: SageGreen_
last update Last Updated: 2023-10-11 14:17:41

Dug!

"Awhs!" Tyo merintih kesakitan akibat aset berharganya ditendang dengan lutut Sandra.

Mereka berdua sudah sampai di lantai tiga, di mana unit Sandra berada. Saat Tyo merintih kesakitan karena ulah Sandra, wanita itu buru-buru melangkahkan kaki seribu meninggalkan Tyo.

"Sandra!" teriak Tyo. "Tunggu! Ah ... Sialan!" rintih  Tyo sembari memegangi perutnya yang sedikit ngilu.

Sandra buru-buru memencet tombol password unitnya, namun, lagi-lagi gerakannya tidak cukup cepat dan Tyo-pun mendapatkan Sandra kembali. Dengan cekatan, Tyo meraih pergelangan tangan Sandra dengan sedikit menekannya.

"Aku akan memberimu hukuman, lihat saja nanti."

Sandra tersenyum remeh. "Memang kamu siapa berani berkata seperti itu!"

"Kenapa kamu tidak bilang jika pindah ke Surabaya?" tanya Tyo terus terang.

Sandra menghela napas berat. Kemudian memicingkan matanya. "Memang apa pedulimu jika aku pindah ke sini. Apa itu bisa merubah segalanya?"

Tyo terdiam menatap ke arah Sandra lekat. Senyumnya tipis namun penuh arti, ia sadar dia begitu merindukan wanitanya ini. Gerakan tangannya reflek mengusap puncak kepala Sandra dengan lembut.

Sandra yang diperlakukan seperti itupun jadi salah tingkah. Tanpa sadar kedua pipinya merah merona karena malu.

"Sebaiknya kamu pulang," ucap Sandra kikuk. Kedua tangannya mencengkeram tas jinjingnya itu dengan kencang, karena gugup.

"Apa kamu tidak merindukanku, Sandra?" tanya Tyo lembut. Sambil pandangannya tak teralihkan sedikitpun ke arah Sandra.

Kepala Sandra reflek mendongak, kedua matanya membulat. "Ehm ... Aku ..."

"Maaf." Tyo memeluk tubuh Sandra erat. Dia menghembuskan napasnya yang berat di tubuh itu. Tubuh Sandra yang tidak berdaya setiap kali bertemu dengan lelakinya.

Sandra berdehem. "Aku harus masuk ke dalam, besok hari pertamaku bekerja."

Tyo mengernyit. "Kamu bekerja di mana. Kenapa kamu tidak memberitahuku?"

Sandra tersenyum tipis. Dalam hatinya, dia sangat bahagia karena dia bisa bertemu dengan Tyo meskipun tadi dia sempat berlaku kasar padanya. Tak bisa dipungkiri, dirinya masih sangat mencintai lelaki itu walaupun, Tyo sangat brengsek.

"Lalu bagaimana kamu tahu aku ada di sini?" Sandra berbalik bertanya.

Tyo mengelus lembut pipi Sandra. "Dari Kiara, aku sangat berterimakasih kepadanya."

***

"Bu Sandra, anda diminta Bapak David untuk ke ruang kerjanya sekarang," ucap salah satu karyawan kepada Sandra.

Sandra terkesiap. Ia begitu trauma karena ini adalah hari pertamanya bekerja. Beberapa minggu yang lalu sama seperti dulu, ia juga dipanggil managernya untuk menghadap. Dan ujung-ujungnya dia harus di pindah tugaskan ke Surabaya. Ia berharap, pagi ini bisa berjalan dengan baik.

Kini, dia sudah tiba di depan pintu atasannya dan mengatur nafasnya agar tidak gugup. Sembari tersenyum hangat, Sandra menyapa atasannya dengan kata-kata lembut.

"Selamat pagi, Pak." Sandra tersenyum sembari menundukkan kepalanya memberi salam hormat.

Atasannya yang bername tag David Nelson— itu juga tersenyum ramah. "Silahkan duduk, Bu Sandra senang bisa bertemu dengan anda."

Sandra duduk dengan hati-hati. Kedua matanya menyapu seluruh ruangan David tanpa berkedip. Tanpa sadar ia pun lupa jika David masih memperhatikannya sejak tadi.

"Selamat bergabung di kantor utama, Bu Sandra. Dalam minggu-minggu ini sepertinya anda akan sibuk," ucap David ramah.

"Itu tidak masalah, Pak. Saya akan bekerja lebih keras lagi," jawab Sandra yakin.

David mengulas senyum ramah. Dia menjelaskan jika seminggu ke depan dia akan bekerja sama dengan sebuah perusahaan furniture yang baru berdiri di kota Surabaya. Kebetulan, para pekerjanya belum terdaftar di asuransi di manapun. Jadi, Sandra yang akan ditugaskan untuk menginput data dan bekerja sama dengan perusahaan tersebut.

"Kita akan ke perusahaan itu setelah jam istirahat selesai, apa Bu Sandra tidak keberatan?" tanya David.

Sandra menggeleng cepat. "Saya bersedia, Pak."

Setelah jam istirahat usai, Sandra, David dan salah seorang supir kantor pergi ke pabrik furniture di salah satu kota Surabaya.

"Surabaya sangat padat, jangan kaget ya," celetuk David tiba-tiba.

Sandra tersenyum kikuk. Suara berat David membuyarkan semua lamunannya di sepanjang jalan kota Surabaya. Padahal, sedari tadi dia masih merangkai puing-puing kenangan bersama Tyo saat dulu ketika masih berkuliah di kota ini. Dia pun jadi terhanyut dalam suasana sehingga dia lebih memilih untuk diam sambil mengenang masa lalu.

"Oh itu, kebetulan saya lama di kota ini, Pak."

David tersenyum lebar kemudian semangat mengajak bicara Sandra lebih banyak lagi. "Kamu sempat tinggal di sini atau—"

"Saya berkuliah di sini," potong Sandra.

Kepala David mengangguk. "Takdir kamu di sini mungkin."

Lirih, David menjawabnya sambil membuang muka ke arah jendela lalu tersenyum tipis.

"Maksud Bapak apa, ya?" tanya Sandra sedikit kikuk.

David hanya menggeleng, dia pun berusaha mengalihkan pembicaraan. "Bukan apa-apa, sebentar lagi kita akan tiba. Siap-siap ya, Bu Sandra."

Sandra hanya ber-oh ria. Dia hanya melotot melihat kantor itu, karena di desain sangat artistik dan futuristik. Seumur hidup dia baru tahu jika ada pabrik furniture semegah ini. Turun dari mobil, mata Sandra tak berhenti berkedip. Ornamen kayu jati sangat kentara di depan pintu masuk kantor yang bertuliskan Bagaskara House of Furniture. Sebelum akhirnya dia sedikit curiga dengan nama depan kantor itu.

"Tidak mungkin."

David menoleh. "Ada apa?

"Tidak ada apa-apa, Pak. Cuma kagum saja," jawab Sandra sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Setelah dipersilahkan masuk oleh resepsionis, David dan Sandra harus menunggu di ruang tunggu. Tak lepas sedikitpun dari pandangan mata Sandra, foto-foto yang digantung di dinding. Ada beberapa pigura berisikan sertifikat, dan ada satu yang menarik perhatiannya sedari tadi.

Tak peduli ada atasannya yang duduk di sampingnya, Sandra justru berdiri untuk melihat foto itu kembali. Belum sempat ia perhatikan, suara seorang wanita membuyarkan perhatiannya sejenak.

"Bapak David dan Nona sudah ditunggu di dalam, mari saya antar masuk," ucap wanita berparas cantik tersebut.

Sandra berteriak dalam hati. Mau tak mau ia harus ikut dengan atasannya untuk menemui seseorang itu yang disebut adalah pemilik dari pabrik furniture yang ia datangi.

David masuk duluan, sementara Sandra masih sibuk mengambil beberapa dokumen yang ia tinggal di meja tunggu tadi. Saat David masuk, seorang pria menyambutnya dengan ramah.

"Halo, Kak. Aku tidak menyangka kamu akan datang sendiri ke kantorku seperti ini," ucap pria itu.

David menggeleng. "Aku tidak datang sendiri, aku bersama seorang karyawan baru. Sekaligus aku akan mengajarinya bagaimana meloby klien baru.

Pria itu tertawa renyah, kemudian celingak celinguk mencari karyawan yang katanya baru itu. "Di mana dia, aku tidak melihatnya?"

David terhenyak, ia pun juga tak tahu jika Sandra tidak masuk bersama dengan dirinya tadi. Baru saja ketika David akan memanggil, Sandra sudah tersenyum cerah di depan pintu masuk.

"Maaf, Pak David, tadi saya masih mengambil beberapa dokumen di meja dan di kursi," tutur Sandra dengan nada suara tidak enak.

David mengerti kemudian memperkenalkan seorang pria yang sedari tadi berdiri memperhatikan interaksi mereka berdua. Saat Sandra berbalik arah, langkah kakinya langsung berhenti. Seketika ia langsung meneguk ludahnya kasar.

"Di-dia .... "

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Mengikis Jarak

    "Itu surat cinta," jawab David seraya tertawa dengan terpaksa. Sandra menatap David dengan tatapan yang sulit diartikan. Sudah jauh-jauh hari Sandra menyiapkan dokumen itu untuk ditanda tangani oleh Tyo. Sekarang kemenangan sudah hampir di depan mata, tapi tidak sampai sedetik Bosnya menghancurkan harapan Sandra dengan mudahnya. "Saya mau pulang."Sandra berdiri kemudian meremat kedua jari-jemarinya, ia menggigit bibir bawahnya. Sungguh, dia merasa dipermalukan oleh David. Terlebih di depan Tyo. Wajah David berubah masam saat Sandra meminta untuk pulang. Ia lalu berdiri memegang lengan Sandra yang sedikit bergetar. David tahu jika Sandra sangat kecewa dengannya. Tapi, sungguh David tidak bermaksud mengecewakannya. Kepala Sandra mendongak menatap David sambil berurai air mata. "Bapak tahu, saya mengerjakan semua itu sampai lupa tidur. Kenapa sekarang Anda mempermalukan saya di depan klien Bapak sendiri?"Sandra melirik Tyo sedikit. "Pak Tyo juga pasti kecewa jauh-jauh datang kemari

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Diantara Tiga

    Galen menumpu kedua tangannya di atas lutut. Ia melihat betapa Tyo ternyata tidak berdaya. Apalagi Galen sangat menganggap remeh Tyo karena, ketidaktegasannya sebagai lelaki. Hal itu sangat menggelikan. Tyo mengaduh lalu sedikit memposisikan badannya menjadi duduk bersandar tembok. Sedangkan Galen berdiri tegak lalu mengambil sebuah sesuatu di dalam laci nakas. Setelah itu, Galen melemparnya di depan Tyo. "Jauhi Sandra, atau aku bilang ke David sekarang."Tangan Tyo meraih amplop putih yang masih terbungkus rapi. Tyo lalu membuka perlahan, lalu dia sedikit memijat pelipisnya sedikit. "Nggak perlu gini lah, Bro!"Galen tersenyum dingin sambil duduk di tepi ranjang. "Sandra nggak perlu lelaki lembek kayak kamu gini."Tyo mencengkeram foto itu lalu merobeknya. Dia tahu percuma merobek foto itu sebab, Galen pasti punya file-nya. Galen bisa mencetak foto itu kapanpun dia mau. Tyo pikir dia bisa lepas dari Galen karena Galen adalah masa lalu kelam Sandra dulunya. Galen juga sudah menikah

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Masa Lalu Vs Masa Kini

    Sandra buru-buru menutup pintu hotel dengan kasar setelah tahu siapa yang datang. Pria itu memang sengaja mengikutinya, tapi pertanyaannya sejak kapan? Sebenarnya apa tujuan Gilang. Keringat Sandra bercucuran di pelipisnya. Untungnya, Sandra punya tenaga dalam untuk segera menutup pintu dengan cepat. Jika tidak, mungkin Sandra akan terjebak bersama lelaki itu. Pria itu masih tetap menggedor-gedor pintu. Namun, Sandra masih tetap bergeming di tempatnya dan menutupi kedua telinganya. Satu jam kemudian, Sandra sudah tak mendengar suara berisik dari luar. Sandra berharap dia bisa keluar dari tempat itu. "Kenapa aku jadi kayak di sandera gini?" gumamnya pada dirinya sendiri. Sebelum Sandra melangkah menuju kamar, ia mendengar pintunya diketuk kembali. Kali ini terdengar sedikit beraturan. Terdengar lirih samar-samar bukan suara lelaki tadi. Namun, dia tampaknya tahu siapa yang datang. Satu tangan Sandra menarik handle pintu itu lalu tersenyum lebar melihat lelaki yang berbeda dengan t

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Terjebak

    Siang itu, Sandra akhirnya pergi bersama sekretaris David dan juga supir kantornya. Perjalanan dari kantor menuju rumah Tyo memakan waktu kurang lebih tiga jam. Sandra berpikir ini adalah ide yang sangat gila demi selembar dokumen dia rela melakukan hal gila ini. "Pak David kenapa perginya buru-buru, Pak?" tanya Sandra kepada sekretaris David. Ya pikir Sandra daripada sepi di dalam mobil, ia memutuskan untuk memulai ngobrol dengan Pak Gilang-sekretaris David-. Gilang tak melihat wajah Sandra saat menjawab, pandangannya lurus ke depan. "Tidak tahu."Bibir Sandra mencebik. Terkejut dengan jawaban Gilang padanya. Sangat misterius. Sandra hanya ber-oh ria. Ia juga tidak jadi meneruskan niatnya untuk mengobrol terlalu jauh dengan Gilang. Lebih baik dia tidur saja mengingat masih dua jam lagi perjalanannya. Beberapa jam kemudian, pundak Sandra terasa ditepuk beberapa kali oleh seseorang. Kedua matanya mengerjap. "Sudah sampai, Bu." Gilang berkata dengan suara datar. Lalu beranjak pergi

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Pertempuran Hati

    "Mau apa?" tanya sang Mama terlihat penasaran sampai melepas pelukannya. Sementara sang kakak-Sintia- menukikkan sebelah alisnya mencoba mengancam jika Tyo berani berbicara hal-hal yang membuat Mamanya drop. Tyo tampak kikuk lalu tersenyum kaku. "Mau merid 'kan, Ma. "Mama Tyo tersenyum puas. Lalu menyuruh Tyo masuk ke dalam rumah. Sintia pun turut serta duduk sebelum dia kembali ke kantornya. Kebetulan sekali sewaktu dia pulang, Tyo berdiri di ambang pintu rumahnya. "Loh kamu nggak berangkat kerja, Sin?" tanya Mama Tyo mengalihkan pandangannya. Sintia menggeleng pelan. Lalu menatap Tyo penuh tatapan intimidasi. "Ya 'kan adik Sintia tersayang pulang, ya diajak ngobrol bentar lah, Ma."Tyo memutar bola mata malas. Lalu tanpa peduli dengan kakaknya, ia menatap sendu mamanya. Mulutnya sedari tadi ingin berbicara hal yang penting tapi, kakaknya malah tanpa merasa bersalah ikut campur masalahnya. "Ma, gimana kabar Mama?"Wanita paruh baya itu mengangguk kecil, ia mengusap punggung tan

  • Si Brengsek dari Masa Lalu   Melepas vs Melindungi

    Beberapa waktu kemudian, Kiara melihat wajah Sandra sangat pucat, seperti mayat hidup! Suhu badannya juga sangat tinggi. Sandra benar-benar menderita. Kiara menyeka keringat Sandra yang mengalir dari pelipisnya. "Kasian banget sih ni anak."Saat itu bel unitnya berbunyi nyaring. Kiara menyunggingkan senyum sedikit. Lalu dengan cepat beranjak mengayunkan langkah untuk membukakan pintu. Dari balik pintu, nampak seorang pria berdiri dengan wajah gelisah dan cemas. Masih jelas di mana luka di sekitar pinggir bibirnya belum mengering. "Ck, kenapa ke sini!" Kiara memutar bola matanya malas. Galen tentu terkejut ketika bukan Sandra yang muncul, tapi Kiara. Wajahnya berubah masam. "Kamu tinggal di sini sama Sandra?"Mata Kiara melotot. "Kalo iya emang kenapa?"Galen menunduk sebentar sembari mengusap darah di bibirnya akibat ulah wanita di depannya ini. "Sandra, ada?"Kiara mencengkeram kedua tangannya ingin menghajar Galen lagi. Tapi, dia harus tenang setenang air. Dia akan bertindak jik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status