Home / Romansa / Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni / 6. Jangan Panggil Aku Silvi

Share

6. Jangan Panggil Aku Silvi

Author: El Baarish
last update Huling Na-update: 2023-04-06 23:09:21

Bab 6

.

Motor Araska menepi di depan sebuah restoran. Andri merapikan rambut panjangnya setelah beberapa saat diacak-acak oleh angin saat ia berboncengan di motor Araska.

Mereka baru saja menyelesaikan mata kuliah terakhir untuk hari itu. Araska mengajak Andri untuk pulang bersama, karena tadi pagi lelaki itu juga menjemputnya. Entahlah, Araska merasa takut jika terjadi sesuatu yang buruk lagi pada gadis itu.

Sejak kejadian hari itu, mereka sering berkomunikasi lewat telepon. Setidaknya baru hari ini, karena Araska meminta menjemput.

Awalnya mereka tak banyak berbicara saat bertemu, pun di dalam kelas. Namun, mereka bersikap seperti teman lama yang sudah cukup mengenal satu sama lain, tapi gengsi menyapa satu sama lain. Satu sisi, karena Araska masih mempertanyakan apa yang terjadi pada hidup gadis itu hingga ia bisa berubah sedemikian rupa. Bagi Araska, gadis itu tetap sama. Satu sisi, ia kuat, tapi sisi lain, Andri terlalu lemah, hingga membuat Araska ingin melindunginya.

Araska membuka pintu restoran, diikuti Andri dari belakangnya. Lelaki itu memilih meja paling sudut, agar bisa nyaman mengobrol banyak hal.

Ya, banyak hal yang bersarang di kepala Araska mengenai gadis di depannya.

“Makan apa?” Araska bertanya pada Andri yang telah duduk manis di depannya.

“Apa aja asal jangan ayam.” 

Andri memang bukan pemilih makanan. Karena gadis itu pernah berada di posisi tak bisa memilih untuk makan apa, karena ia memang tak punya makanan. 

Araska menyerahkan daftar menu pada pelayan, setelah memastikan apa yang akan dipesan. Araska memutuskan menyamakan pesanan, setelah mendapat persetujuan dari Andri.

Beberapa menit kemudian, dua porsi steak daging dibawakan pelayan untuk mereka, beserta jus jeruk. 

Sejenak mereka sibuk dengan hidangan masing-masing. Canggung menggantung diantara keduanya. Sunyi, tak ada yang memulai bicara, hanya suara denting pisau dan sendok yang beradu dengan piring.

Diam-diam Araska memerhatikan cara Andri makan. Gadis itu tampak lebih anggun dari yang dulu terlihat. Lelaki itu menyunggingkan senyuman, menyadari betapa uang dapat merubah seseorang.

*

“Aku punya sesuatu untukmu.”

Lama setelah mereka selesai makan, Araska memberanikan diri untuk berbicara. Ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Barang yang sudah beberapa tahun ia simpan sendirian, kadang barang itu berguna untuk memudarkan rasa rindu yang tak ia mengerti kenapa. Yang ia tahu, ia merasa kehilangan. Karena saat gadis itu tak sekolah, Araska sering menoleh ke belakang, hanya untuk memastikan gadis itu benar-benar tak datang. Kadang barang itu menambah penyesalan di hatinya, dan kembali menyalahkan diri sendiri dengan kalimat seandainya ....

“Ini, aku balikin ke kamu.” Araska menyodorkan beberapa barang yang ia pegang. Barang yang ia curi dari kejadian di sungai beberapa tahun lalu.

Andri menatap barang itu dengan bola mata membesar, tapi kemudian mata itu redup mengingat kembali kepedihan dan kenangan buruk dari barang itu.

Gadis itu mengulurkan tangan, mengambil barang yang disodorkan Araska. 

Tas sekolah yang terlihat sedikit usang, di dalamnya ada ikat rambut berwarna pink motif hello kitty. Manis. Tapi tak semanis kenangan yang Andri alami. Foto gadis itu dengan layar merah. Juga, diary yang dipermake dari buku tulis bekas. Lembarannya telah mengeriting dan kotak di beberapa bagian karena lama terendam air.

Andri membuka diary miliknya. Kadang senyum terlukis di wajah cantiknya, kadang pandangannya sendu, lalu matanya seolah berembun karena airnya ingin melesak keluar.

Gadis itu menatap Araska, menyadari ada yang berubah dari buku diarynya. Harusnya tinta pulpen itu memudar karena terendam air. Harusnya buku lusuh itu telah lenyap dan lembek.

Araska menjemurnya, setidaknya ada sisa tinta yang masih terbaca setelah buku itu kering. Ia juga menghitamkan ulang setiap huruf yang pernah Andri tulis di sana. Hingga kini tulisan itu masih bisa terbaca, meskipun tambilannya sudah sangat tak layak.

Araska membaca semuanya. Membaca semua kesulitan gadis itu. Juga membaca surat yang sempat menjadi bahan tertawaan teman-temannya di kelas. Entah mengapa, saat Araska kadang membacanya, kalimat itu terlihat manis. Tapi, kembali ia merasa tersayat, karena gadis itu telah pergi selama-lamanya. 

Andri menarik-narik ikat rambut baru yang ia miliki beberapa tahun lalu. Perlahan kenangan-kenangan itu seolah terbuka perlahan, hingga membuat dada Andri terasa sesak.

Hadiah terakhir dari ibu. Karena setelah itu perempuan itu membuang Andri.

Mata Andri perlahan memanas. Lalu, gadis itu memalingkan pandangan agar tangisan itu tak ketahuan Araska. Namun, lelaki itu bukan orang yang tak mengenal Andri.

Araska membelai tangan Andri dengan lembut, mencoba memberinya kekuatan untuk hal buruk apa pun yang pernah melukis sejarah hidupnya. Araska menatap gadis itu, seolah bisa melihat luka di sana, sialnya luka itu ikut membuatnya merasa pedih.

“Menangislah seberapa lama yang kamu mau, Vi!”

Melihat ekspresi Andri, meski tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, Araska yakin bahwa Andri memang Silvi. Silvi yang telah bertranformasi menjadi lebih indah. Ia merasa firasatnya benar. Bahwa Andri adalah gadis dari masa lalunya.

Gadis yang menjadi mainan para pembully memuaskan sisi hitam mereka. Silvi Andriani. Gadis itu masih hidup. Terlihat baik-baik saja, bahkan lebih baik. Namun, hatinya menyimpan seribu luka yang tak bisa ia bagi dengan orang lain.

“Jangan panggil aku Silvi! Silvi telah mati ditelan luka.”

Andri membenci nama itu. Nama yang diabaikan, nama yang ditinggalkan, nama yang menyempurnakan kepedihan dalam hidupnya. Sejak tinggal bersama Naya, gadis itu mengganti nama panggilannya. Ia tak ingin dipanggil dengan nama lemah itu, nama yang pernah putus asa.

Andri menunduk, membiarkan air matanya tumpah dilantai restoran. Agar tak ada yang melihat ia sedang menangis, agar tak ada yang tahu bahwa ada hadis yang begitu rapuh.

Andri membenci nama Silvi. Nyatanya mengubah nama panggilan menjadi Andri jga tak membuatnya cukup kuat.

Lucu. Ketika seseorang berpikir sudah cukup kuat untuk berdiri, tapi nyatanya ia terlalu rapuh jika sisi kenangannya terusik. Itu yang dirasakan Andri saat ini.

Gadis itu mengambil tas di kursi sebelah, lalu beranjak pergi hampir berlari sambil mengusap air matanya. Membuat ia menjadi pusat perhatian para pengunjung lain. 

Araska mengikuti langkah Andri setelah ia membayar. Bagi pengunjung lain, mereka tampak sepeti dua sejoli yang sedang bertengkar. Pandangan-pandangan menertawakan dari pengunjung, tak dihiraukan Araska, karena fokusnya saat ini hanyalah Andri.

Araska mengedarkan pandangan ke samping restoran, di mana ada sebuah taman kecil dengan beberapa bangku yang disediakan. 

Dari belakang, Araska melihat bahu seorang gadis. Bahu itu berguncang, semakin lama semakin kuat, seolah sedang meluruhkan semua kesedihan.

Araska mendekat. Ia duduk di samping gadis itu. Tak ada hal yang ia lakukan, hanya diam dan ingin menunjukkan bahwa ia siap jika dimintai pundak untuk menumpahkan rasa sedih itu.

Andri menyadari kehadiran Araska. Gadis itu mengusap pipinya dengan tangan. 

“Kalau gak bisa menjadi pendengar yang baik, biarkan aku jadi tukang tisu.”

Araska menyodorkan tissue untuk Andri. Gadis itu tersenyum, menyadari Araska kini tak sedingin dulu.

“Kenapa gak mau menyapaku?” Araska bertanya setelah Andri terlihat sedikit lebih tenang.

“Bukankah kamu menyuruhku menjauh?” Andri tersenyum hambar.

Lalu mengalirlah cerita. Cerita luka dari masa lalu.

*

TERIMA KASIH 🙏

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
sama² Thor
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   57. Extra Part

    “Andri ada?”Milly membuka pintu saat bel di pintu berbunyi. Gadis itu sedikit terpaku, lalu tersenyum pada Araska yang berdiri di depannya.Araska ingin menemui Andri. Semalam ia berpikir cukup lama untuk mencari cara menyatakan perasaannya pada gadis itu. Ia yakin Andri bisa merasakan debar cinta antara keduanya. Namun, Araska harus memperjelas dengan cara yang lebih serius. Araska selama ini menjaga. Araska ingin tahu seperti apa muara rasa itu, setelah sekian lama terpisah, menjalani alur hidup masing-masing. Lalu bersama, kembali dipertemukan dalam keadaan yang tak sama.Araska mencoba mengirimkan pesan untuk Andri, tapi hanya centang satu. Lalu, ia menghapusnya dan mengambil kesimpulan untuk bertemu langsung. Ia menghubungi, tapi nomor gadis itu tak tersambung. Sebab itu, Araska sekarang berdiri di depan rumah Andri. Mengetuk pintu, berharap gadis itu yang membukanya. Namun, yang kini di depannya bukanlah gadis yang ia tuju.“Dia balik ke Samarinda.” Milly menjawab setelah sepe

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   56. Coming Home

    “Kamu yang lagi nyeka air mata, berbaliklah!”Araska mengulang kalimat itu.Andri yang sedang melangkah, terpaksa berhenti seolah sedang diperintahkan untuk berhenti. Ia berdiri sejenak, bergelut dengan pikirannya sendiri. Gadis itu tak berani melihat ke belakang, karena akan ketahuan sedang menangis. Itu memalukan.Kepalang tanggung melangkah, ia tak bisa bersikap terlalu kepedean dengan mengira bahwa Araska menyuruhnya berhenti. Siapa tahu, Milly di sudut sana juga sedang terharu karena tersentuh dengan lagu yang dinyanyikan Araska. Itu akan lebih memalukan jika ternyata bukan dia yang dimaksud Araska.Andri kembali melangkah, tak peduli dengan kalimat barusan yang nyatanya akan semakin membuat hatinya ragu untuk melepaskan.“Kamu yang terus melangkah meski disuruh balik, berhentilah!”Dari mikrofon itu kembali terdengar suara Araska. Bodo amat! Andri tetap melangkah hingga hampir sampai di pintu depan.Bukan dirinya! Pikir Andri.“Kamu, Silvi Andriani, kemarilah!”Andri berhenti, d

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   55. Pesta Ulangtahun

    Halaman rumah Naya telah disulap sedemikian rupa. Aneka hiasan, balon-balon menggantung di udara. Makanan mewah juga banyak tersaji di meja. Atas persetujuan Andri, Naya menggelar acara untuk ulang tahun gadis itu; ulang tahun ke dua puluh satu.Sebelumnya, Andri tak pernah mau merayakan dengan banyak orang. Namun, kali ini gadis itu merasa harus merayakan setiap kemenangan yang ia lalui bersama Naya, dan orang-orang terdekatnya.Pesta yang tak terlalu besar, karena hanya dihadiri oleh keluarga, juga anak-anak panti dan dua pengasuh yang tak luput dari undangan istimewa bagi Andri.Anak-anak panti terlihat bahagia dengan acara mewah dan makanan yang aneka ragamnya. Mereka juga telah menyiapkan rencana kejutan untuk Andri.Andri turun dari tangga dengan mata yang ditutup oleh Ejaz. Gadis yang mengenakan gaun berwarna marun itu berjalan perlahan, matanya terlalu gelap.Andri tetap melangkah pelan, hingga tangannya dipegang Ejaz untuk berhenti. Andri tahu, mungkin keluarganya sedang memb

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   54. Kehilangan yang Sesungguhnya

    Andri bangun dengan mata yang sembab. Pagi ini, ia mencoba berhenti menangisi kisah cintanya untuk kedua kali. Namun, bukan berarti ia bisa bangkit secepat itu dari rasa terpuruknya. Gadis itu mencoba berpikir positif tentang hubungan Araska dan Milly. Namun, kebersamaan mereka semakin jauh dari harus berprasangka hanya teman, atau kebetulan.Pagi itu, Milly kembali keluar dengan gitar di punggung. “Gitar baru?” Andri bertanya penuh selidik. Karena yang ia tahu, gitar Milly sudah dirusak oleh papanya.Milly mengangguk. Senyumnya merekah sambil mengelus gitar baru yang ia miliki.“Mama beli?” Kembali Andri bertanya.“Bukan.”“Jadi?”“Araska.”Seolah ada beribu pisau yang menyayat hati Andri secara bersamaan, seiring dengan nama itu disebutkan. Araska membeli gitar untuk Milly, itu artinya lelaki itu sedang mengembalikan hal berharga dalam hidup gadis itu. Sialnya, ia tak bisa mengembalikan hal berharga dalam hidup Andri. Cinta. Rasa itu masih saja menekan hati Andri sendirian, tanpa b

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   53. Patah Kedua Kali

    Andri sedang membaca beberapa buku untuk melengkapi tugas-tugas kuliah yang semakin hari semakin banyak. Setelah selesai dengan mata kuliah magang, kini ia harus membuat laporan magang. Andri bahkan menolak beberapa tawaran pemotretan dan iklan, ia ingin fokus kuliah, karena hari libur pun terasa seperti Senin baginya kini.Gadis itu menatap layar laptop di depannya sambil mengetikkan sesuatu di sana. Di depannya ada secangkir teh dan camilan yang ia minta disiapkan oleh Mbok Nah.Matahari telah naik setengahnya, menyisakan warna jingga menghampar indah di bumi. Sebagian cahayanya masuk melalui jendela kaca di kamar Andri. Di bawah sana, ada tanaman hias dan kolam ikan koi yang juga ikut menikmati keindahan senja. Dalam fokusnya, Andri masih mendengar pintu diketuk seseorang. Tanpa menoleh, gadis itu menyuruh masuk, dari suaranya ia tahu siapa yang datang ke kamarnya.Pintu terbuka, terlihat wajah seseorang menyembul dari baliknya.Milly masuk dan mendekati Andri yang terlihat sibuk

  • Si Burik Jadi Cantik Saat Reuni   52. Positif Vibes

    Andri melangkah ke kamar Naya dengan membawa satu nampan sarapan. Sejak beberapa hari, perempuan itu tidak turun dari kamarnya, setelah menghadapi proses pengadilan atas kasusnya yang menimpanya belasan tahun lalu.Aryan mengambil langkah tepat waktu, seperti telah memikirkan banyak hal dan konsekuensinya. Lelaki itu menyerahkan diri, sebelum genap dua belas tahun kejahatan yang ia lakukan pada Naya.Menurut hukum yang berlaku, kakus pemerkosaan akan kadaluwarsa selama dua belas tahun, jika menurut hukum, pelaku akan mendapatkan lebih dari tiga tahun penjara.Kasus Naya belasan tahun lalu, itu terjadi saat usianya masih dua puluh delapan waktu itu, sebentar lagi akan kadaluwarsa waktunya jika saja ia tak menuntut segera. Bahkan, jika ia menuntut dalam kurun waktu lebih dari dua belas tahun, maka ia bisa dituntut balik atas dasar pencemaran nama baik.Naya bahkan tak berani untuk pergi bekerja, ia tak bisa membayangkan bagaimana media akan merekam wajahnya. Orang-orang akan melihatnya

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status