Home / Pendekar / Si Buta Dari Sungai Ular / 4. Penguasa Sungai Ular

Share

4. Penguasa Sungai Ular

last update Last Updated: 2023-07-21 11:32:02

"Upss!"

Kress! Seperti meremas tahu, batu dinding gua itu langsung hancur. Tentu saja tubuh telanjang Manggala langsung meluncur ke bawah dengan deras.

Jlegg! Bless!

Begitu menyentuh tanah, sepasang kaki bocah buta yang kini bisa melihat itu, langsung amblas setinggi lutut!

"Wah ... kok aku jadi hebat begini?"

Disentuhnya tanah didepannya dengan jari telunjuk kiri.

Bless! Tanah langsung bolong bundar!

"Jariku pun juga jadi hebat!" seru Manggala girang, "... kalau gini sih jadi mendadak sakti dong!" Bukan mendadak dangdut, lho!

Pelan-pelan ia mengangkat kaki kiri keluar dari lubang, diikuti kaki kanan dikeluarkan pula. "Jadi orang sakti susah juga, harus bisa mengatur tenaga biar tidak kelewar takaran." keluhnya.

Saat ia menunduk dengan maksud melihat bekas injakan kaki, si Manggala terlonjak kaget. Kini matanya dapat melihat dengan jelas rajah petir yang ada di dadanya yang tidak mengenakan pakaian.

“Jadi, apa yang ku alami tadi, bukan mimpi rupanya...” ucap Manggala temenung.

Begitulah ... sesorean Manggala sibuk dengan hal-hal baru. Mata melek, lalu adanya lonjakan tenaga dalam yang berubah ribuan kali lipat, hingga perubahan postur tubuh yang menjadi lebih kekar, bahkan kulit menjadi lebih liat dan kenyal. Adakalanya ia mencoba jadi orang buta dan berjalan dengan tongkat batu yang ditemukannya ditempat itu sambil mengetuk-ngetuk tanah! Sejak kecil, Manggala memang selalu berjalan menggunakan bantuan tongkatnya. Sayang, tongkatnya hilang, saat terjadi peristiwa mengenaskan ditengah laut, saat dirinya diserang oleh kedua orang senopati Istana Dasar Samudra tersebut.

Namun, ada satu hal yang tidak bisa ditinggalkan oleh Manggala yaitu kebiasaan mengetuk-ngetukkan tongkat ke tanah seperti orang buta berjalan dan justru yang tidak disadari oleh si bocah, meski matanya bisa melihat seperti mata orang pada umumnya, bahkan mungkin lebih tajam, tapi bola mata si Manggala tetap berwarna putih bersih. Mata orang buta!

-o0o-

SETELAH cukup lama merenungi nasibnya, Manggala memutuskan untuk segera mencari jalan keluar dari tempat itu. Maka dengan tongkat batu ditangan, segera diselusurinya tempat itu. Manggala merasakan udara di dalam goa ini begitu lembab dan dingin. Semakin masuk ke dalam, semakin gelap dan berkabut tebal. Untunglah Manggala memiliki aji 'Mata Kilat' yang diperolehnya dari kekuatan Tenaga Inti Geledek. Dengan ajian tersebut dia bisa melihat jelas bagaikan melihat di bawah cahaya matahari.

Sebentar dia mengamati keadaan. Rongga dasar jurang ini sangat luas, dan di tengah-tengahnya mengalir sungai yang sangat deras. Airnya berwarna putih bagai susu. Tulang-tulang tengkorak manusia dan binatang berserakan. Hidungnya kembang kempis mencium bau busuk yang sangat menyengat. Bau busuk itu datang dari mayat-mayat yang bergelimpangan di sekitar dasar jurang ini. Manggala memperhatikan mayat-mayat itu.

Manggala meneliti satu per satu mayat-mayat itu. Dia berusaha keras untuk menahan bau busuk yang semakin menyengat memualkan. Sudah semua mayat dia periksa, dan desahnya terdengar panjang.

"Apa yang sebenarnya terjadi ditempat ini..," desah Manggala bergumam.

"Hsss...!"

Manggala tersentak kaget ketika mendengar suara mendesis yang keras dari arah belakang. Begitu dia berbalik, kedua matanya terbelalak dan mulutnya ternganga lebar. Hampir dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Oh...."

"Ya, Tuhan..., apakah aku sedang berhadapan dengan penguasa tempat ini?" desah Manggala pelan.

Di hadapan Manggala menjulur seekor ular berwarna putih yang besar sekali. Lingkar tubuhnya lebih besar dari pohon beringin tua. Kepalanya bertanduk dengan mahkota di tengah-tengahnya. Lidahnya yang bercabang menjulur-julur ke luar. Matanya bagai bola api menatap tajam pada Manggala. Sebagian tubuhnya terendam air sungai berwarna putih. Tampak sepasang kaki menyembul ke luar ketika kepala ular besar itu terangkat naik.

“Ularkah? Nagakah?!” Manggala bingung melihat wujudnya, di bilang seekor ular, tapi memiliki sepasang kaki. Di bilang seekor naga, tapi bentuknya lebih mirip ular.

"Hosss...!"

"Heh! Hooop.,.!"

Manggala kaget bukan main ketika tiba-tiba ular putih raksasa itu menyerangnya. Secepat kilat Manggala menghindar dengan melompat ke belakang. Moncong sebesar gentong itu menyeruduk tanah yang dipijak Manggala tadi. Ular putih raksasa itu mendesis marah melihat calon mangsanya luput dari terkaman.

Byar!

"Hih!" Manggala. membanting dirinya ke tanah dan bergulingan menghindari semburan api yang ke luar dari mulut ular putih raksasa itu. Bukan alang kepalang kagetnya dia melihat batu sebesar kerbau hancur jadi debu kena semburan api itu. Manggala bergegas bangun, dan langsung siap untuk menerima serangan yang berikutnya.

Dan ketika kepala ular putih raksasa itu menyerang dengan cepat, seketika itu pula tubuh Manggala melenting ke udara, lalu bagaikan kilat dia menukik seraya mengerahkan serangannya.

Pukulan dan tendangan Manggala itu telak dan beruntun menghantam kepala ular putih raksasa itu.

"Edan!" rungut Manggala.

Ular putih raksasa itu hanya menggeram sedikit, dan langsung berbalik menyerang lagi. Manggala kemudian menyalurkan Tenaga inti Segoro (Samudra) pada kedua tangannya.

Beberapa kali tangannya menyambar menghantam tubuh dan kepala ular itu, namun sama sekali tidak berpengaruh. Bahkan binatang raksasa itu semakin buas saja.

"Gelombang Samudra Biru, Heaa!" desis Manggala.  Dan dengan kecepatan bagai kilat, kedua telapak tangan yang merapat di dada itu segera disentakkan ke arah ular putih raksasa itu.

Wuuut...!

Dari telapak tangan itu keluar selarik sinar warna biru. Bentuknya panjang, lurus, dan bergelombang seperti ombak.

Zlaaab...!

Menghantamkan ke arah kepala ular putih raksasa itu.

Glarrr!

Suara ledakan keras terdengar begitu kedua tangan Manggala mendarat telak diatas kepala ular putih raksasa itu.

"Akh!" Manggala memekik tertahan.

Seluruh tubuhnya bergetar hebat, dan dia terpental beberapa depa jauhnya. Ular putih raksasa itu tetap tidak kurang suatu apapun. Manggala itu terperangah hampir tidak percaya. Batu cadas sebesar bukit bisa hancur oleh pukulan maut pemberian ayahnya, Raja Samudra itu, tapi ular putih raksasa ini... terluka saja dia tidak.

"Huh! Terpaksa kugunakan ajian pamungkas itu, walaupun belum sempurna...," desah Manggala mendengus.

Manggala bersiap. Pusaran angin tercipta dari sekeliling tubuh Manggala, Pusaran tersebut tercipta sebagai bentuk pengembangan ilmu ‘Segoro’ (Samudra). Bagai badai yang berputar memusat, menciptakan gemuruh dan meruntuhkan ranting dan dahan di sekitar Manggala. Anehnya, hawa yang keluar dari tubuh Manggala tidaklah dingin, melainkan berhawa panas.

Kedua mata Manggala terpejam, kaki kanannya menekuk sedang lutut kirinya menyentuh tanah. Kedua tangannya mengepal. Matanya terpejam merapal mantra. Tubuh itu bergetar hebat, kulit yang terbuka terlihat mengelam, daya penuh tenaga telah berkumpul siap untuk dilepaskan. Perlahan kedua mata Manggala membuka, mata putihnya menatap tajam ke arah Ular Putih raksasa dihadapanya. Lalu kedua tangannya mengembang, sepersekian detik kemudian tubuh itu melesat tinggi ke udara menciptakan sinar panas maha dasyat kemerahan di seluruh tubuh Manggala. Saat tubuh berselaput ajian maha sakti, kesadaran tak lagi dapat dimiliki sepenuhnya, tubuh dapat bergerak sendiri tanpa kendali, menyerang secara penuh ke lawan yang dituju.

Tanah bergetar, beberapa batu besar yang ada di tempat itu hancur tak kuasa menahan dasyatnya hawa pertempuran. Mata Manggala sedikit menyipit melihat ular putih raksasa itu bergerak mundur. Kepalanya miring ke kiri dan ke kanan beberapa kali. Sepertinya dia jerih dengan hawa panas yang keluar dari tubuh Manggala.

"Anak muda, siapa kau? Dari mana kau peroleh Ajian Gelombang Samudra Merah itu?"

"Heh! Kau...."

-o0o-

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felan Jeong
wow... keren ceritanya? sampai aku tidak tidur...️
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1283. Part 20

    Roh Dewa Petir segera melayang ke atas dengan membawa batu hitam tadi. Kendati sinar-sinar hitam yang mencelat dari batu itu tak putus, namun bahaya mulai mereda karena semakin lama batu itu semakin tinggi dibawa terbang. Mendapati hal itu, Si Buta dari Sungai Ular menghela napas lega. "Rasanya... sudah berakhir ketegangan ini." Tetapi dia keliru! Rupanya bahaya belum berhenti sampai di Sana. Karena mendadak saja terdengar suara berderak yang sangat keras laksana topan hantam pesisir. Menyusul rengkahnya tanah di beberapa penjuru. Si Buta dari Sungai Ular seketika berseru seraya menyambar tangan Dewi Awan Putih, "Menyingkir!" Hantu Caping Baja yang semula tercengang tak percaya melihat Roh Dewa Petir raksasa yang keluar dari dada Manggala, segera bertindak cepat. Kedua kakinya dijejakkan di atas tanah, saat itu pula tubuhnya mumbul ke angkasa! Tanah yang rengkah itu bergerak sangat cepat, membujur dan memburu disertai suara menggemuruh yang mengerikan. Debu-debu beterbangan disert

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1282. Part 19

    Bukan hanya Manusia Angin yang palingkan kepala, Dayang Harum pun segera menoleh. Sepasang mata si gadis mendadak terkesiap, tatkala sinar hitam berkilat-kilat menggebah ke arahnya.Mendapati serangan yang ganas itu, salah seorang dari Dayang-dayang Dasar Neraka segera surutkan langkah tiga tindak ke belakang. Kejap itu pula dia siap lepaskan pukulan 'Kabut Gurun Es'!Namun sebelum dilakukan, mendadak saja terdengar suara letupan yang sangat keras dan muncratnya sinar hitam yang dilepaskan oleh Iblis Tanpa Jiwa. Menyusul kemudian tubuh lelaki itu mencelat ke belakang disertai seruan tertahan, "Keparat busuk!"Tatkala kedua kakinya hinggap kembali di atas tanah, kepalanya segera dipalingkan ke kanan dan ke kiri. Makiannya terdengar walau pelan, "Setan keparat! Siapa lagi orangnya yang hendak bikin masalah!"Bukan hanya Iblis Tanpa Jiwa yang heran mendapati putusnya serangan yang dilakukannya, Dayang Harum pun terkesiap kaget dengan mulut menganga. Gadis in

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1281. Part 18

    Buang Totang Samudero tak mau tinggal diam. Disertai teriakan keras, mendadak saja terdengar deru angin kencang yang disusul dengan berkelebatnya seberkas sinar kuning dan merah mengarah pada Iblis Tanpa Jiwa!Blaaar! Blaaarr!Terdengar letupan sangat dahsyat bersamaan muncratnya sinar hitam, kuning dan merah ke berbagai tempat! Masing-masing orang surut ke belakang. Sosok Iblis Tanpa Jiwa nampak bergetar. Hanya sekejap karena kejap lain kedua kakinya telah tegak berdiri.Di seberang, sosok Buang Totang Samudero bergetar kendati tubuhnya tetap berada sejengkal di atas tanah. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya."Celaka! Rasanya aku tak akan mampu menghadapi manusia satu ini!" desisnya tegang. Tetapi di lain kejap sepasang matanya terbuka lebih lebar. "Peduli setan! Apa pun yang terjadi, aku akan tetap bertahan!"Habis membatin begitu, mendadak saja membersit sinar kuning dan merah dari tubuh Buang Totang Samudero. Menyusul sosoknya telah meles

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1280. Part 17

    Berpikir demikian, mendadak saja Manggala melepaskan diri dari rangkulan Dewi Awan Putih disertai dorongan keras. Gadis berbaju jingga itu terkejut. Seraya keluarkan pekikan tertahan, tubuh gadis itu terguling ke depan.Manggala langsung melompat ke udara, berputar dua kali guna hindari sambaran sinar hitam, lalu berdiri tegak di atas tanah dengan wajah tegang dan kesiagaan tinggi. Begitu berdiri tegak, dengan cepat diputar kedua tangannya ke atas, lalu ke bawah dan kembali ke atas. Menyusul diusapnya kedua tangannya satu sama lain. Lalu diusapkan tangan kanannya pada dadanya yang terdapat rajahan petir. Usai dilakukan semua itu, mendadak saja sebuah bayangan raksasa melesat dari rajahan petir yang terdapat pada kanan kiri lengannya. Melayang-layang tanpa mengeluarkan suara sama sekali. Rupanya Si Buta dari Sungai Ular telah mengeluarkan ilmu 'Inti Roh Dewa Petir'.Kejap kemudian, sambil dongakkan kepala, pemuda dari Sungai Ular ini berseru, "Dewa Petir! Angkat dan baw

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1279. Part 16

    "Ada satu kekuatan yang nampaknya melingkupi batu ini," Manggala membatin tatkala menyadari Dewi Awan Putih belum berhasil menggeser batu itu. Bahkan dilihatnya gadis itu sudah berkeringat.Hantu Caping Baja berkata, "Menyingkir! Biar aku coba untuk menggulingkannya!"Setelah Dewi Awan Putih menyingkir dengan masih tak mempercayai apa yang lelah dilakukannya, si nenek yang sebagian wajahnya ditutupi caping terbuat dari baja yang sangat berat namun si nenek kelihatan biasa-biasa saja, segera mendorong batu besar hitam itu. Yang terjadi kemudian, sama seperti yang dialami oleh Dewi Awan Putih. Batu itu tetap tak bergeser!Menjadi ngotot Hantu Caping Baja. Tetapi sekian lama mencoba mendorongnya dengan lipat gandakan tenaga dalamnya, batu itu tetap tak bergeser.Manggala membatin, "Benar-benar luar biasa. Kekuatan yang ada pada batu ini seperti mengisyaratkan satu bahaya lain." Lalu katanya, "Sebaiknya... kita bersama-sama mendorong batu ini. Dan bersiap bil

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1278. Part 15

    Pemuda dari Sungai Ular itu tak segera menjawab pertanyaan si nenek berpakaian putih gombrang. Pandangannya tertuju lekat ke depan."Menurut Dewi Awan Putih, di tempat yang bernama Bulak Batu Bulan akan terdapat sebuah batu yang disebut Batu Bulan. Di bawah batu itulah terdapat petunjuk di mana Kitab Pamungkas berada. Dan dikatakannya juga, kalau bahaya akan mengancam bila ada yang berhasil menggeser Batu Bulan. Bila memang tak jauh dari dua bukit itu adalah tempat yang disebut Bulak Batu Bulan, apakah Guru sudah berada di sana?" pikir Manggala.Si nenek yang sebagian wajahnya tertutup caping lebar terbuat dari baja namun sedikit pun tak merasa kepayahan mengenakannya, arahkan pandangannya pada Si Buta dari Sungai Ular yang masih terdiam, "Apakah kau memikirkan sesuatu?"Manggala mengangguk."Ya! Aku seperti... ah, sudahlah. Untuk memastikan apakah tempat itu yang disebut Bulak Batu Bulan, kita memang sebaiknya segera ke sana."Habis kata-kata itu

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1277. Part 14

    Pemuda berpakaian abu-abu ini terkesiap mendapati serangan perempuan bertopeng perak yang ganas. Segera dia membuang tubuh ke kiri. Bersamaan dengan itu tubuhnya langsung dihempos ke depan seraya mendorong kedua tangannya.Dewi Topeng Perak kertakkan rahangnya. Tubuhnya segera dienjot ke atas menghindari gebrakan Wulung Seta. Masih berada di udara, dia memutar tubuhnya. Kejap lain tubuhnya sudah menderu deras ke arah Wulung Seta.Terburu-buru murid mendiang Ki Alam Gempita ini menghindar dan mengangkat kedua tangannya.Des! Des!Dua pukulan bertenaga dalam tinggi itu berbenturan keras. Sosok Dewi Topeng Perak langsung melenting ke belakang dan tegak kembali di atas tanah dengan kedua kaki dipentangkan. Dari balik topeng perak yang dikenakannya, sepasang mata perempuan berpakaian kuning cemerlang ini menusuk dalam.Sementara itu, Wulung Seta surut tiga tindak ke belakang. Dadanya terasa nyeri dengan kedua tangan yang terasa remuk."Aku tak bo

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1276. Part 13

    "Aku juga belum dapat memastikan ke mana arah yang akan kita tempuh, Rayi. Sayangnya Raja Siluman Ular Putih tidak memberitahukan secara pasti. Rayi... apakah kau pikir Manggala sudah tiba di sana?""Aku tidak tahu. Tetapi mengingat waktu yang diberikan oleh Raja Siluman Ular Putih, seharusnya Kang Manggala sudah tiba di Bulak Batu Bulan. Bagaimana menurutmu sendiri?""Aku tidak tahu pasti."Di tempatnya sepasang mata Dewi Topeng Perak membuka cerah. "Hmmm... kedua remaja ini rupanya juga menuju ke Bulak Batu Bulan. Wajah keduanya nampaknya tak asing dalam ingatanku. Mendengar kata-kata keduanya, rupanya Raja Siluman Ular Putih juga melibatkan diri dalam urusan ini. Setahuku, lelaki itu adalah salah seorang dari guru Si Buta dari Sungai Ular. Peduli setan! Bila aku berhasil memiliki Kitab Pamungkas, semua keinginanku termasuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular dan Buang Totang Samudero akan terlaksana dengan mudah."Karena terlalu gembira itulah tanpa seng

  • Si Buta Dari Sungai Ular   1275. Part 12

    Berlutut dan menangis tersedu-sedu Dayang Pandan meratapi nasib sialnya. Beberapa saat kemudian terdengar teriakannya kalap, "Kubunuh kau! Kubunuh kau!"Tanpa membetulkan pakaiannya, gadis yang baru saja mengalami nasib sial ini berkelebat ke arah perginya Iblis Tanpa Jiwa dengan teriakan-teriakan keras.-o0o-DUA hari berlalu lagi dalam kehidupan manusia. Sesungguhnya, waktu kerap datang bertubi-tubi. Meluruk dan terkadang menikam dalam, hingga manusia yang lupa, khilaf ataupun mencoba tak perduli akan tergilas oleh waktu. Tetapi yang kerap menghargai waktu, maka dia akan berjalan lurus dan dapat mengendalikan waktu.Dalam hamparan malam yang pekat, tiga sosok tubuh menghentikan kelebatan masing-masing di sebuah jalan setapak yang dipenuhi semak belukar. Bintang gemintang yang biasanya bertaburan malam ini entah pergi ke mana. Sejenak sunyi mengerjap disertai suara binatang-binatang malam."Dua hari sudah kita mencoba melacak di mana

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status