Home / Urban / Si Hebat Jack Morland / 5. Aku Masih Mahasiswa!

Share

5. Aku Masih Mahasiswa!

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2025-04-06 16:16:36

"Apa Kakek sedang bercanda? Bagaimana mungkin aku menggantikan Kakek?" Jack berkata dengan ekspresi terlihat luar biasa bingung.

Hugh tersenyum lembut. "Kenapa tidak mungkin? Harus berapa kali aku katakan? Kau satu-satunya pewaris kerajaan bisnis keluarga ini, tentu kau adalah pengganti Kakek."

Setelah mempercayai statusnya, Jack malah semakin terlihat kebingungan.

"Ta-tapi, Kek. Aku masih seorang mahasiswa."

"Memang kenapa kalau kau masih mahasiswa? Kau tetap bisa menjalankan perusahaan keluarga sembari kau belajar di universitas."

Hugh berhenti sejenak, mengamati ekspresi cucunya. "Dan lagi pula, kudengar kau mengambil jurusan bisnis manajemen. Bukankah itu sangat cocok?"

Jack tidak pernah menduganya. "Aku mengambil jurusan itu dengan harapan setelah lulus nantinya bisa mengembangkan bisnisku sendiri."

Hugh bertepuk tangan untuk sang cucu, "Itu luar biasa, Jack. Itu baru keturunan keluarga Morland."

Jack meringis. "Tapi, tidakkah aku masih terlalu muda untuk menjalankan bisnis keluarga, Kek? Morland Group itu sangat besar."

"Kau mampu, Jack. Kakek sangat yakin," balas Hugh dengan masih tersenyum penuh percaya pada Jack.

Jack merasa tidak memiliki pilihan. Dia baru saja bertemu dengan salah satu anggota keluarganya. Saat ini dia tahu bila kesehatan kakeknya sedang tidak bagus. Mana mungkin dia tega menolak?

"Baiklah, Kek. Aku akan menjalankan perusahaan itu."

Hugh sungguh luar biasa gembira mendengarkan ucapan itu. Dia sampai mengangkat gelas dan bersulang untuk Jack, "Untuk cucuku yang hebat."

Jack yang belum pernah menyentuh alkhohol pun hanya mengangkat gelas berisi air putih.

"Tapi, Kek. Aku tidak ingin membuat kehebohan," Jack tiba-tiba berkata pada kakeknya usai makan malam selesai.

"Kehebohan bagaimana?"

Jack mendesah, "Aku ingin identitasku dirahasiakan dulu, Kek."

"Kenapa begitu?" Hugh tentu saja keheranan, "Kakek bahkan berencana menggelar pesta besar-besaran saat pengangkatanmu."

Jack dengan cepat berkata, "Jangan, Kek. Aku tidak akan nyaman dengan hal itu."

"Terus? Bagaimana? Kau ingin melakukan apa?" Hugh bertanya sambil menatap anak muda itu.

"Aku ingin memulai semuanya dari nol. Biarkan aku berpura-pura menjadi salah satu pegawai biasa di salah satu anak perusahaan Morland Group."

Hugh melotot kaget. "Apa maksudmu? Kau sedang bercanda kan, Jack?"

"Tidak, Kek. Aku ... hanya ingin mengetahui dan mempelajari perusahaan-perusahaan kita tapi jangan khawatir, aku akan tetap menjalankan perusahaan itu, Kek."

Jack pun lalu memperjelas rencananya pada sang kakek dan Hugh pun menerimanya tanpa memprotes lagi. "Baiklah, kalau itu memang maumu. Tapi, Jack. Kau tetap harus menjaga kehormatanmu sebagai pewaris sah Morland Group."

Hugh memerintahkan Gideon untuk mengirim sejumlah uang ke dalam rekening Jack yang lama. "Itu. Gunakanlah selama kau menjalankan misimu itu."

Jack yang menerima notifikasi di ponselnya pun segera terbelalak kaget saat melihat nominal uang yang masuk ke dalam rekeningnya. "Satu miliar dollar? Astaga, Kek. Untuk apa uang sebanyak itu?"

"Terserah kau, Jack. Anggaplah itu sebagai uang jajanmu selama satu bulan ini."

Jack masih tak sanggup mempercayainya. "Ini sungguhan, Kek?"

Hugh tahu sang cucu masih kesulitan menerima sehingga dia pun mencoba menjelaskan, "Jumlah itu tidak apa-apanya dibanding total kekayaan keluarga Morland, Jack. Gunakan saja sesuka hatimu. Kau bisa membeli apapun yang kau inginkan."

"Jika kurang, kau bisa langsung berkata pada Kakek."

"Ini tidak akan kurang, Kek."

Hugh berkata lembut, "Jack, Kakek tahu tidak akan ada uang yang bisa menebus ataupun menggantikan apa yang telah kau alami selama ini. Tapi, Kakek harap mulai sekarang kau bisa hidup sesukamu."

Dengan kata lain, Hugh ingin memanjakan Jack dengan segala kekayaannya. Jack pun tidak akan menolaknya.

Usai perbicangan yang lebih dekat itu, Jack segera kembali ke kamar tidurnya dan mulai memejamkan mata di tempat tidurnya yang mewah dan wangi, tidak seperti kamar asramanya di kampus yang pengap.

Namun, sebelum dia menutup mata, pria muda itu pun bergumam, "Jika ini hanyalah sebuah mimpi, jangan biarkan aku bangun dari mimpi yang indah ini."

Akan tetapi, ketika dia terbangun di esok paginya, Jack masih tetap berada di kamar super mewah itu. "Bukan mimpi."

Dia menghela napas panjang dan bergegas membersihkan diri. Gideon sendiri telah menyiapkan pakaian lama Jack sesuai dengan permintaan sang tuan muda.

"Apa Anda ingin saya siapkan mobil, Tuan Muda?" Gideon bertanya sambil berdiri di belakang Jack yang sedang mengancingkan kemejanya.

"Panggilkan aku taksi saja."

Mendengar hal itu seketika Gideon melebarkan mata.

Jack pun mengulangi, "Aku tidak ingin terlihat mencolok, Gideon. Taksi tidak akan mengundang banyak perhatian."

Tak ingin banyak bertanya, Gideon pun menuruti keinginan sang tuan muda dan segera memesankan taksi.

Hugh Morland sendiri berangkat pagi-pagi ke luar negeri guna membereskan urusan bisnisnya sebelum dirinya benar-benar mundur dari dunia bisnis dan mempercayakan semua bisnisnya pada sang cucu.

Jack hanya mengambil sandwich sebagai sarapan dan segera bergegas keluar rumah.

"Tuan Muda, jika Anda memiliki kesulitan apapun, Anda bisa menghubungi saya," Gideon berkata sebelum Jack masuk ke dalam taksi.

Jack pun mengangguk paham.

Mobil berwarna kuning itu pun membawa Jack ke gedung asrama mahasiswa Universitas Rundall.

Ketika dia sampai di depan gedung itu dan keluar dari taksi yang mengantarnya, secara bersamaan dia melihat sebuah mobil melintas tak jauh dari tempatnya berdiri.

Awalnya Jack tak terlalu peduli tapi ketika dia melihat mobil mewah berwarna mewah menyala itu mundur ke belakang hingga berhenti tepat di sampingnya, pria muda itu pun menaikkan alis dengan ekspresi bingung.

"Woi, pecundang. Bagaimana bisa kau sudah bebas? Siapa yang membebaskanmu?"

Jack menghela napas ketika mengenali suara itu dan dia menoleh ke arah Tobias Gray yang baru saja keluar dari mobil itu bersama dengan Lily Osborne yang bergelayut manja di pelukan Tobias.

Jack sungguh kesal memandangnya.

"Katakan padaku! Dengan cara apa kau bisa bebas, Jack?" Sekarang Lily yang bertanya.

Jack memutar arah pandangan ke arah mantan kekasihnya itu, "Tidak penting bagaimana aku bisa bebas."

Lily pun tertawa mengejek. "Ah, apa kau jangan-jangan meminjam uang dari temanmu yang sama miskinnya denganmu?"

"Benarkah begitu? Kau berhutang, Jack?" tanya Tobias.

"Tentu saja begitu, Sayang. Uang dari mana dia kalau tidak mengemis atau meminjam uang? Apa kau tidak tahu kalau dia itu hidup sebatang kara." Lily berkata dengan nada merendahkan.

Tobias tentu saja tahu, tapi dia berpura-pura tidak tahu demi membuat Jack semakin kesal. "Sebatang kara? Apa maksudmu, Sayangku?"

Jack menahan napas, masih mencoba mengontrol emosi.

"Ya dia itu tidak punya keluarga, dia dulu dibesarkan di panti asuhan."

Gideon mengernyitkan dahi, seakan jijik. "Di panti asuhan? Berarti identitasnya tidak jelas? Begitu?"

Lily mengangkat bahu dan memperlihat ekspresi malas saat menatap Jack yang menurutnya sangat dekil saat itu.

"Astaga, Lilyku Sayang. Kalau begitu, mengapa kau dulu mau berpacaran dengannya? Bagaimana kalau dia ternyata anak dari seorang pembunuh? Apa kau-"

"Itu bukan urusanmu," sela Jack yang sudah tidak tahan.

Tobias tersenyum mengejek, sungguh dia merasa begitu senang berhasil membuat Jack kesal. "Apa maksudmu ini bukan urusanku? Tentu saja ini urusanku. Apa kau lupa kalau aku ini salah satu anggota dewan kampus?"

Jack menaikkan sebelah alis, "Apa hubungannya identitas keluargaku dengan dewan kampus?"

Lily mendesah sebal, "Jack, kenapa kau bisa sebodoh ini? Bukankah kau juga tahu tugas dewan kampus itu adalah menjamin semua mahasiswa tidak bermasalah?"

"Aku tidak bermasalah, Lily." Jack membela diri.

Lily mencibir, "Tidak bermasalah? Kau yakin? Lalu, apa yang baru saja kau lakukan kemarin di rumahku, Jack?"

Jack hampir saja membuka mulut tapi Tobias mendahului, "Ah, pantas saja kau berbuat nekad menerobos masuk ke dalam rumah Lily. Rupanya karena kau itu memang tidak memiliki keluarga yang identitasnya jelas. Masuk akal sekarang."

Jack hampir naik pitam.

Identitas yang tidak jelas? Kalau saja mereka tahu siapa sebenarnya Jack, sungguh dua orang itu akan diam membisu dan tak mungkin berani mengatakan hal semacam itu.

Masih dipenuhi akan kekesalan, Jack tiba-tiba teringat akan sesuatu yang berhubungan dengan Tobias Gray. Laki-laki muda itu mendadak tersenyum.

"Tobias Gray, bukankah ayahmu pemilik Gray Mall?" tanya Jack dengan sorot mata yang menurut Tobias aneh.

"Kenapa kau menyebut perusahaan keluargaku?" Tobias menatap Jack dengan ekspresi mencibir.

Jack luar biasa senang mengingat apa saja yang dijelaskan oleh kakeknya semalam. Menurut kakeknya, sebagian besar pengusaha di Ocean Hill bekerja sama dengan Morland Group, termasuk Gray Mall.

Bahkan, Morland Group memiliki saham yang cukup besar di Gray Mall. Mengingat hal itu, entah bagaimana Jack merasa bila dia ingin sedikit memberi pelajaran pada si angkuh Tobias Gray yang sudah berani menyuruh dirinya untuk mencium kakinya tempo lalu.

Lily mendesah jengkel, "Kenapa? Kau mau meminta voucher diskon pada Toby? Apa kau tidak tahu malu, Jack?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Si Hebat Jack Morland    Author's Note

    Hai, Readers yang baik.Apa kabar, Readers? Saya doakan baik-baik saja.Zila ingin berterima kasih pada setiap pembaca yang telah menyempatkan diri untuk membaca dan menghabiskan koin untuk buku ini. Buku ini memang jauh dari kata sempurna dan banyak sekali kekurangannya. Namun, saya berharap buku tetap dibaca sampai akhir.Selain itu, saya juga ingin buku ini mendapatkan tempat di hati pembaca dan semoga disukai. Salam hangat selalu dari ZilaTungguin buku lain dari Zila ya.Sampai bertemu di buku Zila selanjutnya.^.^

  • Si Hebat Jack Morland    268. Akhir

    Namun, pada kenyataannya Jack Morland membiarkan Eric Goldman masuk ke dalam rumah Alex Blake.Dia juga memerintahkan pengawal pribadinya untuk mengatur agar tidak ada kamera CCTV yang menangkap gerak-gerik Eric.Begitu Eric memasuki area rahasia tersebut, ia langsung menyampaikan kegelisahan kakaknya.Pemuda itu juga menyampaikan idenya dan diterima dengan sangat baik oleh Jack Morland."Jack, aku tahu ini mungkin sangat berbahaya tapi akan jauh lebih baik jika kau hadir dalam waktu dekat pada penandatanganan kolaborasi besar yang akan segera dilakukan oleh Gideon Miles," kata Eric.Alex dengan cepat menjawab, "Aku juga ingin seperti itu karena kita sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya ada di dalam otak Gideon Miles."Jack Morland tampak berpikir serius, namun setelah mempertimbangkannya, ia akhirnya memutuskan untuk berkata, "Baiklah, aku rasa aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menghukum orang yang berani membunuh kakekku."Eric mengangguk lega dan menjawab, "Keluar

  • Si Hebat Jack Morland    267. Bukankah Itu Berbahaya?

    Eric sangat ingin menemukan mobil tersebut, namun ketika ia ingat bahwa ia memiliki sesuatu yang jauh lebih penting untuk dilakukan, ia memilih untuk melepaskan mobil tersebut.Dia kemudian memerintahkan, "Baiklah, sebaiknya kita langsung ke rumah pengacara Jack Morland."Ray dan Denis segera mengikutinya dan melaksanakan perintah tuan muda mereka.Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah rumah yang tampaknya tidak dijaga oleh pengawal.Ray memandang rumah itu dengan curiga sementara Denis, yang sudah mengetahui bahwa ada orang yang bersembunyi di sebuah ruangan, segera bertanya kepada tuan muda itu, "Tuan Muda, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Eric teringat pesan kakaknya dan segera menunggu sampai matahari terbenam."Apakah Anda yakin kita harus menunggu di sini sampai hari gelap, Tuan Muda?" Ray bertanya dengan sangat hati-hati."Ya, kita harus lebih berhati-hati karena jika kita melakukan kesalahan, kita mungkin tidak akan bisa menemukan mereka. Dan ... yang lebih buruk

  • Si Hebat Jack Morland    266. Jangan Terlalu Dekat!

    Namun, belum sempat mereka membicarakan hal tersebut lebih lanjut, mereka dikejutkan dengan kedatangan dua pengawal utama yang bertugas untuk selalu mengawal Gideon Miles dimanapun ia berada.Mereka tentu saja memilih untuk segera menutup mulut agar tidak membuat para pengawal tersebut curiga.Salah satu dari mereka menatap curiga kepada para pelayan dan pengawal lainnya yang mendadak terdiam."Hei, apa yang terjadi di sini? Kenapa kalian semua bertingkah aneh?" Sean, pengawal berusia sekitar 30-an tahun itu bertanya.Salah satu pelayan yang gagah berani menjawab, "Tidak ada hal penting yang terjadi di sini, Tuan. Hanya saja kami dikejutkan dengan kedatangan dua pengawal utama Tuan Miles.""Bukankah kalian berdua yang menemani Tuan Miles sampai ke lantai ini?" tanya pelayan itu mencoba untuk tetap tenang.Sean mendengus dan kemudian dia melambaikan tangannya, "Tidak apa-apa, itu karena kami beristirahat sebentar sebelum kami mengantar Tuan Miles untuk memeriksa sesuatu."Tentu saja ha

  • Si Hebat Jack Morland    265. Dia Akan Sangat Kecewa!

    "Memang begitu, Tuan Miles. Tuan Muda Garric sama sekali tidak terlihat marah," penjaga gerbang menjelaskan tentang rumah Morland sekali lagi.Dia tidak menyembunyikan apa pun dan menjelaskannya dengan jelas agar Gideon memahami situasinya.Dia berusaha untuk tidak membuat Gideon merasa bahwa dia tidak melakukan tugasnya.Gideon masih sulit mempercayai hal itu, namun ketika dia meminta salah satu penjaga untuk menunjukkan rekaman CCTV di gerbang utama, pria itu akhirnya mempercayainya.Dalam rekaman CCTV tersebut terlihat sangat jelas bahwa Garric Morland bahkan tidak keluar dari mobilnya.Garric hanya berada di dalam mobilnya dan meminta supirnya untuk menemui penjaga gerbang untuk meminta izin masuk.Hal itu hanya berlangsung selama beberapa menit sehingga Gideon semakin tercengang dengan perubahan yang begitu jelas terlihat di matanya.Setelah para penjaga meninggalkan ruangannya, Gideon berpikir lebih serius."Apa yang sebenarnya terjadi pada pemuda itu? Apakah dia benar-benar tid

  • Si Hebat Jack Morland    264. Apa Kau Yakin?

    Annelisse Goldman berpikir sejenak, namun ketika ia mempertimbangkan ide kakak laki-lakinya, ia akhirnya mencoba menerimanya.Ia berharap apa yang ia putuskan tidak akan membuatnya menyesal."Lalu, bagaimana kau akan pergi ke sana?" Annelisse bertanya kepada kakaknya.Eric tersenyum dan menjawab, "Kau tidak perlu memikirkannya dan kau hanya perlu menunggu hasilnya."Annelisse menganggukkan kepalanya dan mencoba untuk menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada kakaknya.Dia sangat mempercayai kakaknya dan dia berharap kakaknya dapat memperingatkan Jack tentang Gideon Miles yang berbahaya.Sementara itu, Garric Morland baru saja mendiskusikan masalah Jack dengan ayahnya dan kemudian dia memilih untuk pergi ke rumah keluarga Morland.Dia berpikir satu-satunya cara untuk membuat Gideon mengaku tentang apa yang telah dia lakukan adalah dengan menekannya lebih jauh dan mengganggunya.Karena, dia telah mengerahkan begitu banyak pengawal untuk mencari keberadaan Jack tetapi dia masih tidak dap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status