Home / Urban / Si Hebat Jack Morland / 4. Saya Tidak Ingat!

Share

4. Saya Tidak Ingat!

Author: Zila Aicha
last update Huling Na-update: 2025-04-06 16:15:39

"Sir, saya masih sulit mempercayainya." Jack berkata dengan sangat jujur.

Hugh langsung tersenyum lembut pada Jack. "Aku mengerti. Tak mudah untuk kau mempercayainya, tapi inilah kenyataannya. Kau memang cucuku, satu-satunya cucuku, Jack."

Hugh menambahkan lagi, "Kau adalah pewaris kerajaan bisnis keluarga Morland."

Pewaris kerajaan bisnis? Dirinya? Seseorang yang kerap disebut sebagai seorang pecundang? Bagaimana mungkin bisa begitu?

Jack yang kepalanya sudah dipenuhi oleh berbagai pertanyaan pun bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi, Tuan? Kalau saya cucu Anda, kenapa Anda membiarkan saya hidup sendirian di panti asuhan?"

Tentu saja hal itulah yang membuat Jack kebingungan.

Hugh tidak terkejut dengan pertanyaan itu dan pria tua itu pun langsung menjawab, "Jack, kau sudah salah paham, Nak. Biar Kakek jelaskan terlebih dulu."

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ayah Jack, Joss dan ibunya, Claire sedang mengajak bermain Jack ke sebuah taman yang terletak tak jauh dari rumah keluarga besar Morland.

Suasana taman itu tidaklah terlalu ramai pada hari itu sehingga Jack dibiarkan bermain sendirian tanpa pengawal di tengah-tengah bagian taman, sementara Joss dan Claire sedang berdiskusi mengenai perayaan ulang tahun Jack yang ke sepuluh yang rencananya akan segera dirayakan secara besar-besaran.

"Namun, hal tak terduga terjadi. Muncul orang gila di sana dan dia membawamu pergi. Ayah dan ibumu berusaha mengejar orang itu tapi dia berhasil membawamu kabur dengan menggendongmu sambil berlari."

Jack mengerutkan kening ketika mendengar cerita itu. "Tapi, saya tidak ingat apapun, Tuan."

"Itu karena kau terluka, Jack. Kau sempat terjatuh dan kepalamu membentur aspal. Kemungkinan besar ingatanmu agak terganggu karena hal itu."

Hugh menahan napas, terlihat begitu berat menceritakan hal itu. "Kami berusaha mencarimu di mana-mana tapi kau tetap tak bisa ditemukan."

"Orang gila itu mungkin membawamu ke tempat persembunyiaan yang tak bisa terlihat dari CCTV." Hugh semakin terlihat tidak nyaman membicarakannya.

Jack kemudian menghela napas, "Lalu, bagaimana dengan ayah dan ibu saya? Apa yang terjadi dengan mereka, Tuan?"

"Ibumu tak sanggup menahan kesedihan dan akhirnya jatuh sakit lalu meninggal. Sedangkan ayahmu, dia begitu sedih karena kehilangan dirimu dan ibumu sekaligus jadi dia menjadi tak fokus sampai akhirnya kecelakaan. Dia tak bisa diselamatkan."

Jack tak mengerti. Bagaimana bisa orang sekaya itu mengemudi mobil sendiri?

"Apa dia menyetir sendiri? Kenapa?" Jack bertanya dengan ekspresi bingung.

"Ya. Saat kejadian itu, ayahmu memilih mengemudi sendirian. Kau tahu, dia sangat terpukul atas kejadian yang menimpa keluarganya. Kakek ... tak bisa menyalahkan tindakannya yang sebenarnya memang sangat sembrono."

Jack bisa merasakan kesedihan dari mata Hugh dan laki-laki muda itu segera berkata, "Saya turut berduka cita atas segala hal buruk yang terjadi."

Hugh menggelengkan kepala, "Tapi, sekarang kau sudah kembali. Kau tahu, Jack. Kakek sangat bahagia kau telah ditemukan."

Wajahnya kini telah berseri-seri, tampak cerah.

"Dan kau akan aman di sini," tambah Hugh terlihat luar bisa senang.

Laki-laki tua itu bahkan memamerkan senyum lebarnya pada Jack yang memancarkan aura bahagia yang kental hingga Jack bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh pria tua itu.

Jack melihat sekeliling rumah itu dan bertanya, "Apa Anda tinggal sendirian di sini, Tuan?"

"Ya. Tapi sekarang ada kau, Kakek tak akan kesepian lagi."

Jawaban itu anehnya membuat hati Jack menghangat secara tiba-tiba. Untuk pertama kalinya dia merasa tidak sendirian.

"Jack, kau pasti lelah. Apa kau ingin mandi dulu? Setelah itu kita makan malam sambil berbicara lebih banyak."

"Ada banyak hal yang ingin Kakek bicarakan denganmu," lanjut Hugh.

Jack pun mengerti. Dia sendiri memang merasa tubuhnya sangat kotor.

Hugh lalu memerintah, "Gideon, bawa Tuan Muda ke kamarnya."

Melihat Jack terlihat bingung, Hugh pun menjelaskan, "Jangan khawatir! Gideon adalah salah satu orang kepercayaan Kakek. Dia akan melayanimu seperti dia melayani Kakek."

Pria bernama Gideon yang juga merupakan orang yang ikut pergi ke kantor polisi itu pun membungkuk dengan hormat pada Jack dan dengan canggung Jack mengangguk. Dia pun diantar menuju ke sebuah kamar berukuran sangat besar.

Bahkan, ukuran kamar itu berkali-kali lipat lebih besar dari kamar asramanya yang satu kamar bisa ditempati oleh empat mahasiswa. Tidak hanya luas, kamar itu juga dilengkapi dengan berbagai furniture yang lagi-lagi mewah serta desain interior yang sangat berkelas.

Baru sekarang ini Jack melihat ruangan sebesar dan semewah itu, sampai Jack berpikir bila mungkin dirinya tengah bermimpi.

"Tuan Muda, mohon tunggu sebentar. Pelayan akan segera menyiapkan air untuk Anda." Gideon berkata dengan sopan lalu hanya dalam hitungan detik, beberapa pelayan wanita dengan seragam putih hitam memasuki kamar Jack.

Gideon sendiri yang memeriksa ulang sebelum berjalan mendekat ke arah Jack yang sedang duduk di kasur mewahnya yang super lembut, "Tuan Muda, semuanya sudah siap."

Jack dengan agak sedikit linglung segera masuk ke dalam kamar mandi dan menutupnya dari dalam.

Jack semakin ternganga melihat betapa besarnya ukuran kamar mandi itu. Selain itu, bak mandi yang akan dia gunakan untuk mandi pun begitu besar.

Jack menyentuh air yang telah diberi bunga-bunga segar dan abun yang telah disiapkan pun membuatnya tergoda untuk mandi. Aromanya sangatlah segar hingga dirinya tak ingin menunda waktu untuk membersihkan diri lagi.

"Tak bisa dipercaya." Jack berkata saat dia mulai berendam di bak mandi putih itu.

Seumur hidupnya Jack tidak pernah sekalipun membayangkan akan bisa mandi di kamar mandi mewah seperti itu.

Selain peralatan mandi yang begitu lengkap dan mewah, handuk yang disiapkan oleh para pelayan pun juga memiliki kualitas kain yang bagus. Jack menyentuh jubah mandi putih nan lembut itu dan mulai memakainya.

"Kalau jubah mandi saja seperti ini, bagaimana dengan baju? Apa mereka juga menyiapkan bajuku?" Jack bergumam penuh penasaran

Namun, rasa penasarannya itu pun segera terjawab ketika dia keluar dari kamar mandi.

Gideon menuntutnya ke tempat khusus di bagian kanan tempat tidurnya.

Jack dibuat tak sanggup berkata-kata lagi. Ada beberapa lemari yang penuh dengan berbagai barang mewah. Ada baju, sepatu, jam tangan dan banyak hal lainnya yang jelas semuanya memiliki kualitas super bagus.

Akan tetapi, Jack bertanya dengan diluputi keheranan, "Apa ini semua untukku?"

"Ya, Tuan Muda. Itu semua milik Anda."

"Tapi, bagaimana mungkin? Ukurannya bagaimana?"

Gideon menjawab lagi, "Semua sudah disesuaikan dengan ukuran Anda, Tuan Muda."

"Bagaimana bisa?" tanya Jack penuh keheranan. Matanya sedikit membeliak lantaran tak percaya.

Gideon pun menjelaskan bila sebenarnya Hugh telah mengetahui keberadaan Jack sekitar satu minggu yang lalu. Dia pernah bertemu dengan Jack di jalan secara tak sengaja.

Dikarenakan wajah Jack yang begitu mirip dengan ayahnya, Joss Morland, Hugh langsung menaruh curiga. Dia pun diam-diam memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki Jack dan melakukan tes DNA juga untuk memastikan kecurigaannya tersebut.

"Hasilnya pun keluar tadi pagi dan Tuan Hugh segera memerintahkan kami menyiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Anda, Tuan Muda."

Jack luar biasa terkejut. Secepat itukah dia menyiapkan semuanya itu?

Sangat mengagumkan! Jack semakin terpana.

Namun, dia juga lega sebab Hugh berarti tidak sembarangan dalam mengambil keputusan dan mengklaim bila dirinya adalah cucu kandungnya.

Setelah berdandan cukup rapi, Jack bercermin selama beberapa detik.

Di depan sana, terlihat Jack yang sangat jauh berbeda dari biasanya.

Jack yang saat ini terlihat lebih bersih. Apa lagi, kaos yang dia kenakan membuatnya terlihat lebih baik. Hanya kaos, tapi kaos itu kaos dengan merk ternama yang anehnya terlihat sangat pas di badannya.

"Mari, Tuan Muda. Tuan Hugh sudah menunggu Anda di ruang makan."

Jack kembali terkaget-kaget melihat ruang makan yang kursinya begitu banyak. Begitu banyak makanan dan minuman yang tersaji, pun juga peralatan makanannya pun terlihat begitu luar biasa mewah.

"Duduklah, Jack!" Hugh tersenyum senang.

Jack pun mengambil tempat duduk tak jauh dari Hugh.

"Jack, kau tahu Kakek sudah tua kan?" Hugh memulai ucapannya.

"Ya. Apa ini soal kesehatanmu, Kakek?" tanya Jack yang mulai menggunakan panggilan itu.

Hugh sungguh bahagia sekali sang cucu mulai menerima identitas aslinya.

Hugh mengangguk, "Kesehatan Kakek menurun. Jadi, sudah saatnya kau menggantikan Kakek di Morland Group."

Jack tentu tahu nama belakang "Morland" memang sangatlah terkenal.

Dia tahu keluarga Morland memang memiliki sejumlah usaha di mana-mana. Bahkan, menurut apa yang diketahuinya, keluarga Morland adalah salah satu keluarga terkaya di Ocean Hill.

Ketika Jack baru masuk menjadi mahasiswa di Universitas Rundall, nama belakangnya selalu dijadikan bahan ejekan oleh teman-teman satu kelasnya. Mereka mengatakan bahwa Jack memiliki nasib yang jauh berbeda dari orang-orang keluarga Morland.

Namun, dia masih tak mengerti maksud dari kakeknya.

"Apa maksud dari menggantikan Kakek?" Jack bertanya dengan ekspresi bingung.

"Mengurus semua bisnis keluarga kita, Jack. Bagaimana? Kau sudah siap, kan?"

Jack pun ternganga seketika.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Si Hebat Jack Morland    145. Aku Akan Melindungimu!

    Jack menggelengkan kepala dengan cepat, "Entahlah. Tapi menurut Kakek, hubungan keluarga kita dengan keluarga mereka tidak terlalu baik."Jack sebetulnya ingin tahu lebih banyak, tapi dia tahu dia belum menemukan sesuatu yang berarti sehingga dia tidak bisa mengatakan apapun pada Edward.Edward mengangguk mengerti, "Aku pikir mereka mungkin tidak menyukaimu. Tapi kita tidak bisa mengetahuinya sampai kau bertemu dengan mereka secara langsung."Edward mencoba untuk lebih bersabar dan kemudian menunggu untuk mengenal keluarga Jack. Ia berpikir bahwa setelah mengenal mereka, ia dapat membantu Jack untuk menyelesaikan masalahnya.Jose dengan cepat menambahkan, "Oh, tapi sebelum dia bertemu dengan keluarganya. Akan lebih baik jika dia mengetahui lebih banyak tentang mereka."Ide Jose tersebut membuat Edward menganggukkan kepala, jelas suka mendengar ide yang menurutnya cukup brilian.Sementara Jack, tentu saja, langsung setuju dengan ide temannya. Menurut Jack, Jose selalu memunculkan ide-i

  • Si Hebat Jack Morland    144. Katakanlah!

    Jack mencoba untuk memahami semuanya, tetapi dia masih tidak bisa memahami alasan dari semua yang telah dilakukan Darryl.Pemuda itu teringat bagaimana dia pertama kali bertemu Darryl dan bagaimana mereka akhirnya menjadi teman."Dulu, aku pikir kau benar-benar tulus berteman denganku, yang merupakan anak miskin dan bahkan tidak punya uang untuk makan. Kau sering membantuku dengan melakukan hal-hal yang menurutmu tidak seberapa, namun sangat berharga bagiku," kata Jack sambil menatap mantan temannya dengan tatapan tidak yakin.Darryl sendiri memegang tangannya agar dia tidak melakukan hal bodoh lagi.Jack melanjutkan, "Untuk pertama kalinya, aku merasa memiliki seorang teman. Karena di mataku, kau sangat berbeda dengan orang kaya yang biasanya hanya memilih-milih orang miskin.""Tapi siapa sangka kalau semua yang kau lakukan itu hanya kebohongan belaka? Kau ... membuatku merasa seperti orang paling bodoh karena mengira kau adalah teman sejati," kata Jack, lalu menarik napas panjang.E

  • Si Hebat Jack Morland    143. Jack, Kumohon!

    Annelisse menghela napas dan menatap ke tanah, tidak yakin bagaimana harus menjawab. "Jack, aku ... Aku tidak tahu apakah aku siap untuk ini. Maksudku, kita masih sangat muda dan pernikahan adalah sebuah komitmen yang besar. Aku tidak ingin terburu-buru melakukan sesuatu dan menyesal di kemudian hari."Hati Jack tenggelam saat dia menyadari apa yang dia maksud. "Apa kau bermaksud mengatakan tidak?"Annelisse menggelengkan kepalanya. "Bukannya aku tidak menyukaimu, Jack. Hanya saja aku tidak yakin apakah ini waktu yang tepat untuk kita. Masih banyak yang harus kita pikirkan dalam hidup kita. Aku tidak ingin mengikat kita dengan pernikahan dulu."Jack berdiri, wajahnya bersedih. "Aku mengerti," katanya, berusaha untuk menjaga agar suaranya tetap stabil. "Aku tidak ingin menekanmu untuk melakukan sesuatu yang belum siap."Annelisse juga berdiri dan meletakkan tangannya di pundaknya. "Jack, tolong jangan marah. Aku masih ingin bersamamu dan membangun masa depan bersama. Aku hanya tidak in

  • Si Hebat Jack Morland    143. Jack, Kumohon!

    Annelisse menghela napas dan menatap ke tanah, tidak yakin bagaimana harus menjawab. "Jack, aku ... Aku tidak tahu apakah aku siap untuk ini. Maksudku, kita masih sangat muda dan pernikahan adalah sebuah komitmen yang besar. Aku tidak ingin terburu-buru melakukan sesuatu dan menyesal di kemudian hari."Hati Jack tenggelam saat dia menyadari apa yang dia maksud. "Apa kau bermaksud mengatakan tidak?"Annelisse menggelengkan kepalanya. "Bukannya aku tidak menyukaimu, Jack. Hanya saja aku tidak yakin apakah ini waktu yang tepat untuk kita. Masih banyak yang harus kita pikirkan dalam hidup kita. Aku tidak ingin mengikat kita dengan pernikahan dulu."Jack berdiri, wajahnya bersedih. "Aku mengerti," katanya, berusaha untuk menjaga agar suaranya tetap stabil. "Aku tidak ingin menekanmu untuk melakukan sesuatu yang belum siap."Annelisse juga berdiri dan meletakkan tangannya di pundaknya. "Jack, tolong jangan marah. Aku masih ingin bersamamu dan membangun masa depan bersama. Aku hanya tidak in

  • Si Hebat Jack Morland    142. Ini Terlalu Cepat!

    Tobias mendekati mereka dengan langkah penuh percaya diri, tetapi Jack dapat melihat celah-celah di wajahnya. "Jack, bisakah kita bicara?" Tobias bertanya. Jack menghela napas dan mengangguk. "Baiklah, apa yang ingin kau katakan?" tanyanya, nadanya tidak tertarik. Tobias berdeham dan menarik napas dengan gugup. "Aku tahu aku brengsek padamu sebelumnya, dan aku ingin minta maaf," katanya, matanya berkedip-kedip dengan gugup. Annelisse memutar matanya dan menyilangkan tangannya. "Dia hanya meminta maaf karena dia takut terputus dari keluarganya," gumamnya pada Jack. Jack hanya mengangguk, tahu bahwa Annelisse benar. "Tobias, aku menghargai permintaan maafmu, tapi itu tidak mengubah apa pun," kata Jack dengan tegas. Tobias menatap Jack, sangat ingin dimaafkan. "Kumohon, Jack. Aku akan melakukan apa saja untuk menebusnya," pintanya. Jack menggelengkan kepalanya, karena dia tahu sudah terlambat untuk menebus kesalahan. "Aku rasa sudah waktunya bagi kau untuk tidak bekerja di Morland

  • Si Hebat Jack Morland    141. Ini Sangat Rumit!

    Annelisse berdiri di sana sejenak, dengan ekspresi konflik di wajahnya. Akhirnya, dia menghela napas dan berbicara dengan lembut."Aku tidak tahu, Jack. Ini sangat rumit."Jack bergerak mendekatinya, ada keputusasaan dalam suaranya. "Kumohon, Annelisse. Aku membutuhkanmu di sini. Aku tak sanggup kehilanganmu."Annelisse menatapnya, matanya mencari-cari di wajah Jack apakah ada tanda-tanda ketidakjujuran. Namun yang ia lihat hanyalah ketulusan dan tatapan memelas. Dia tidak bisa menahannya lagi dan akhirnya mengalah."Baiklah," katanya dengan lembut, "Aku akan tinggal. Tapi dengan satu syarat."Wajah Jack berbinar-binar penuh harapan. "Apa saja, Annelisse. Sebutkan saja."Annelisse tersenyum, "Kau harus memarahi mereka. Aku rasa kau tahu apa yang harus kau lakukan."Tanpa ragu-ragu, Jack mengangguk, "Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Kau bisa pegang kata-kataku."Dengan itu, Annelisse setuju untuk tinggal dan keduanya saling menatap. Saat mereka melakukannya, mereka tidak menyadari

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status