"Sir, saya masih sulit mempercayainya." Jack berkata dengan sangat jujur.
Hugh langsung tersenyum lembut pada Jack. "Aku mengerti. Tak mudah untuk kau mempercayainya, tapi inilah kenyataannya. Kau memang cucuku, satu-satunya cucuku, Jack." Hugh menambahkan lagi, "Kau adalah pewaris kerajaan bisnis keluarga Morland." Pewaris kerajaan bisnis? Dirinya? Seseorang yang kerap disebut sebagai seorang pecundang? Bagaimana mungkin bisa begitu? Jack yang kepalanya sudah dipenuhi oleh berbagai pertanyaan pun bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi, Tuan? Kalau saya cucu Anda, kenapa Anda membiarkan saya hidup sendirian di panti asuhan?" Tentu saja hal itulah yang membuat Jack kebingungan. Hugh tidak terkejut dengan pertanyaan itu dan pria tua itu pun langsung menjawab, "Jack, kau sudah salah paham, Nak. Biar Kakek jelaskan terlebih dulu." Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ayah Jack, Joss dan ibunya, Claire sedang mengajak bermain Jack ke sebuah taman yang terletak tak jauh dari rumah keluarga besar Morland. Suasana taman itu tidaklah terlalu ramai pada hari itu sehingga Jack dibiarkan bermain sendirian tanpa pengawal di tengah-tengah bagian taman, sementara Joss dan Claire sedang berdiskusi mengenai perayaan ulang tahun Jack yang ke sepuluh yang rencananya akan segera dirayakan secara besar-besaran. "Namun, hal tak terduga terjadi. Muncul orang gila di sana dan dia membawamu pergi. Ayah dan ibumu berusaha mengejar orang itu tapi dia berhasil membawamu kabur dengan menggendongmu sambil berlari." Jack mengerutkan kening ketika mendengar cerita itu. "Tapi, saya tidak ingat apapun, Tuan." "Itu karena kau terluka, Jack. Kau sempat terjatuh dan kepalamu membentur aspal. Kemungkinan besar ingatanmu agak terganggu karena hal itu." Hugh menahan napas, terlihat begitu berat menceritakan hal itu. "Kami berusaha mencarimu di mana-mana tapi kau tetap tak bisa ditemukan." "Orang gila itu mungkin membawamu ke tempat persembunyiaan yang tak bisa terlihat dari CCTV." Hugh semakin terlihat tidak nyaman membicarakannya. Jack kemudian menghela napas, "Lalu, bagaimana dengan ayah dan ibu saya? Apa yang terjadi dengan mereka, Tuan?" "Ibumu tak sanggup menahan kesedihan dan akhirnya jatuh sakit lalu meninggal. Sedangkan ayahmu, dia begitu sedih karena kehilangan dirimu dan ibumu sekaligus jadi dia menjadi tak fokus sampai akhirnya kecelakaan. Dia tak bisa diselamatkan." Jack tak mengerti. Bagaimana bisa orang sekaya itu mengemudi mobil sendiri? "Apa dia menyetir sendiri? Kenapa?" Jack bertanya dengan ekspresi bingung. "Ya. Saat kejadian itu, ayahmu memilih mengemudi sendirian. Kau tahu, dia sangat terpukul atas kejadian yang menimpa keluarganya. Kakek ... tak bisa menyalahkan tindakannya yang sebenarnya memang sangat sembrono." Jack bisa merasakan kesedihan dari mata Hugh dan laki-laki muda itu segera berkata, "Saya turut berduka cita atas segala hal buruk yang terjadi." Hugh menggelengkan kepala, "Tapi, sekarang kau sudah kembali. Kau tahu, Jack. Kakek sangat bahagia kau telah ditemukan." Wajahnya kini telah berseri-seri, tampak cerah. "Dan kau akan aman di sini," tambah Hugh terlihat luar bisa senang. Laki-laki tua itu bahkan memamerkan senyum lebarnya pada Jack yang memancarkan aura bahagia yang kental hingga Jack bisa merasakan kebahagiaan yang dirasakan oleh pria tua itu. Jack melihat sekeliling rumah itu dan bertanya, "Apa Anda tinggal sendirian di sini, Tuan?" "Ya. Tapi sekarang ada kau, Kakek tak akan kesepian lagi." Jawaban itu anehnya membuat hati Jack menghangat secara tiba-tiba. Untuk pertama kalinya dia merasa tidak sendirian. "Jack, kau pasti lelah. Apa kau ingin mandi dulu? Setelah itu kita makan malam sambil berbicara lebih banyak." "Ada banyak hal yang ingin Kakek bicarakan denganmu," lanjut Hugh. Jack pun mengerti. Dia sendiri memang merasa tubuhnya sangat kotor. Hugh lalu memerintah, "Gideon, bawa Tuan Muda ke kamarnya." Melihat Jack terlihat bingung, Hugh pun menjelaskan, "Jangan khawatir! Gideon adalah salah satu orang kepercayaan Kakek. Dia akan melayanimu seperti dia melayani Kakek." Pria bernama Gideon yang juga merupakan orang yang ikut pergi ke kantor polisi itu pun membungkuk dengan hormat pada Jack dan dengan canggung Jack mengangguk. Dia pun diantar menuju ke sebuah kamar berukuran sangat besar. Bahkan, ukuran kamar itu berkali-kali lipat lebih besar dari kamar asramanya yang satu kamar bisa ditempati oleh empat mahasiswa. Tidak hanya luas, kamar itu juga dilengkapi dengan berbagai furniture yang lagi-lagi mewah serta desain interior yang sangat berkelas. Baru sekarang ini Jack melihat ruangan sebesar dan semewah itu, sampai Jack berpikir bila mungkin dirinya tengah bermimpi. "Tuan Muda, mohon tunggu sebentar. Pelayan akan segera menyiapkan air untuk Anda." Gideon berkata dengan sopan lalu hanya dalam hitungan detik, beberapa pelayan wanita dengan seragam putih hitam memasuki kamar Jack. Gideon sendiri yang memeriksa ulang sebelum berjalan mendekat ke arah Jack yang sedang duduk di kasur mewahnya yang super lembut, "Tuan Muda, semuanya sudah siap." Jack dengan agak sedikit linglung segera masuk ke dalam kamar mandi dan menutupnya dari dalam. Jack semakin ternganga melihat betapa besarnya ukuran kamar mandi itu. Selain itu, bak mandi yang akan dia gunakan untuk mandi pun begitu besar. Jack menyentuh air yang telah diberi bunga-bunga segar dan abun yang telah disiapkan pun membuatnya tergoda untuk mandi. Aromanya sangatlah segar hingga dirinya tak ingin menunda waktu untuk membersihkan diri lagi. "Tak bisa dipercaya." Jack berkata saat dia mulai berendam di bak mandi putih itu. Seumur hidupnya Jack tidak pernah sekalipun membayangkan akan bisa mandi di kamar mandi mewah seperti itu. Selain peralatan mandi yang begitu lengkap dan mewah, handuk yang disiapkan oleh para pelayan pun juga memiliki kualitas kain yang bagus. Jack menyentuh jubah mandi putih nan lembut itu dan mulai memakainya. "Kalau jubah mandi saja seperti ini, bagaimana dengan baju? Apa mereka juga menyiapkan bajuku?" Jack bergumam penuh penasaran Namun, rasa penasarannya itu pun segera terjawab ketika dia keluar dari kamar mandi. Gideon menuntutnya ke tempat khusus di bagian kanan tempat tidurnya. Jack dibuat tak sanggup berkata-kata lagi. Ada beberapa lemari yang penuh dengan berbagai barang mewah. Ada baju, sepatu, jam tangan dan banyak hal lainnya yang jelas semuanya memiliki kualitas super bagus. Akan tetapi, Jack bertanya dengan diluputi keheranan, "Apa ini semua untukku?" "Ya, Tuan Muda. Itu semua milik Anda." "Tapi, bagaimana mungkin? Ukurannya bagaimana?" Gideon menjawab lagi, "Semua sudah disesuaikan dengan ukuran Anda, Tuan Muda." "Bagaimana bisa?" tanya Jack penuh keheranan. Matanya sedikit membeliak lantaran tak percaya. Gideon pun menjelaskan bila sebenarnya Hugh telah mengetahui keberadaan Jack sekitar satu minggu yang lalu. Dia pernah bertemu dengan Jack di jalan secara tak sengaja. Dikarenakan wajah Jack yang begitu mirip dengan ayahnya, Joss Morland, Hugh langsung menaruh curiga. Dia pun diam-diam memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki Jack dan melakukan tes DNA juga untuk memastikan kecurigaannya tersebut. "Hasilnya pun keluar tadi pagi dan Tuan Hugh segera memerintahkan kami menyiapkan segalanya untuk menyambut kedatangan Anda, Tuan Muda." Jack luar biasa terkejut. Secepat itukah dia menyiapkan semuanya itu? Sangat mengagumkan! Jack semakin terpana. Namun, dia juga lega sebab Hugh berarti tidak sembarangan dalam mengambil keputusan dan mengklaim bila dirinya adalah cucu kandungnya. Setelah berdandan cukup rapi, Jack bercermin selama beberapa detik. Di depan sana, terlihat Jack yang sangat jauh berbeda dari biasanya. Jack yang saat ini terlihat lebih bersih. Apa lagi, kaos yang dia kenakan membuatnya terlihat lebih baik. Hanya kaos, tapi kaos itu kaos dengan merk ternama yang anehnya terlihat sangat pas di badannya. "Mari, Tuan Muda. Tuan Hugh sudah menunggu Anda di ruang makan." Jack kembali terkaget-kaget melihat ruang makan yang kursinya begitu banyak. Begitu banyak makanan dan minuman yang tersaji, pun juga peralatan makanannya pun terlihat begitu luar biasa mewah. "Duduklah, Jack!" Hugh tersenyum senang. Jack pun mengambil tempat duduk tak jauh dari Hugh. "Jack, kau tahu Kakek sudah tua kan?" Hugh memulai ucapannya. "Ya. Apa ini soal kesehatanmu, Kakek?" tanya Jack yang mulai menggunakan panggilan itu. Hugh sungguh bahagia sekali sang cucu mulai menerima identitas aslinya. Hugh mengangguk, "Kesehatan Kakek menurun. Jadi, sudah saatnya kau menggantikan Kakek di Morland Group." Jack tentu tahu nama belakang "Morland" memang sangatlah terkenal. Dia tahu keluarga Morland memang memiliki sejumlah usaha di mana-mana. Bahkan, menurut apa yang diketahuinya, keluarga Morland adalah salah satu keluarga terkaya di Ocean Hill. Ketika Jack baru masuk menjadi mahasiswa di Universitas Rundall, nama belakangnya selalu dijadikan bahan ejekan oleh teman-teman satu kelasnya. Mereka mengatakan bahwa Jack memiliki nasib yang jauh berbeda dari orang-orang keluarga Morland. Namun, dia masih tak mengerti maksud dari kakeknya. "Apa maksud dari menggantikan Kakek?" Jack bertanya dengan ekspresi bingung. "Mengurus semua bisnis keluarga kita, Jack. Bagaimana? Kau sudah siap, kan?" Jack pun ternganga seketika.Hai, Readers yang baik.Apa kabar, Readers? Saya doakan baik-baik saja.Zila ingin berterima kasih pada setiap pembaca yang telah menyempatkan diri untuk membaca dan menghabiskan koin untuk buku ini. Buku ini memang jauh dari kata sempurna dan banyak sekali kekurangannya. Namun, saya berharap buku tetap dibaca sampai akhir.Selain itu, saya juga ingin buku ini mendapatkan tempat di hati pembaca dan semoga disukai. Salam hangat selalu dari ZilaTungguin buku lain dari Zila ya.Sampai bertemu di buku Zila selanjutnya.^.^
Namun, pada kenyataannya Jack Morland membiarkan Eric Goldman masuk ke dalam rumah Alex Blake.Dia juga memerintahkan pengawal pribadinya untuk mengatur agar tidak ada kamera CCTV yang menangkap gerak-gerik Eric.Begitu Eric memasuki area rahasia tersebut, ia langsung menyampaikan kegelisahan kakaknya.Pemuda itu juga menyampaikan idenya dan diterima dengan sangat baik oleh Jack Morland."Jack, aku tahu ini mungkin sangat berbahaya tapi akan jauh lebih baik jika kau hadir dalam waktu dekat pada penandatanganan kolaborasi besar yang akan segera dilakukan oleh Gideon Miles," kata Eric.Alex dengan cepat menjawab, "Aku juga ingin seperti itu karena kita sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya ada di dalam otak Gideon Miles."Jack Morland tampak berpikir serius, namun setelah mempertimbangkannya, ia akhirnya memutuskan untuk berkata, "Baiklah, aku rasa aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menghukum orang yang berani membunuh kakekku."Eric mengangguk lega dan menjawab, "Keluar
Eric sangat ingin menemukan mobil tersebut, namun ketika ia ingat bahwa ia memiliki sesuatu yang jauh lebih penting untuk dilakukan, ia memilih untuk melepaskan mobil tersebut.Dia kemudian memerintahkan, "Baiklah, sebaiknya kita langsung ke rumah pengacara Jack Morland."Ray dan Denis segera mengikutinya dan melaksanakan perintah tuan muda mereka.Beberapa menit kemudian mereka tiba di sebuah rumah yang tampaknya tidak dijaga oleh pengawal.Ray memandang rumah itu dengan curiga sementara Denis, yang sudah mengetahui bahwa ada orang yang bersembunyi di sebuah ruangan, segera bertanya kepada tuan muda itu, "Tuan Muda, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Eric teringat pesan kakaknya dan segera menunggu sampai matahari terbenam."Apakah Anda yakin kita harus menunggu di sini sampai hari gelap, Tuan Muda?" Ray bertanya dengan sangat hati-hati."Ya, kita harus lebih berhati-hati karena jika kita melakukan kesalahan, kita mungkin tidak akan bisa menemukan mereka. Dan ... yang lebih buruk
Namun, belum sempat mereka membicarakan hal tersebut lebih lanjut, mereka dikejutkan dengan kedatangan dua pengawal utama yang bertugas untuk selalu mengawal Gideon Miles dimanapun ia berada.Mereka tentu saja memilih untuk segera menutup mulut agar tidak membuat para pengawal tersebut curiga.Salah satu dari mereka menatap curiga kepada para pelayan dan pengawal lainnya yang mendadak terdiam."Hei, apa yang terjadi di sini? Kenapa kalian semua bertingkah aneh?" Sean, pengawal berusia sekitar 30-an tahun itu bertanya.Salah satu pelayan yang gagah berani menjawab, "Tidak ada hal penting yang terjadi di sini, Tuan. Hanya saja kami dikejutkan dengan kedatangan dua pengawal utama Tuan Miles.""Bukankah kalian berdua yang menemani Tuan Miles sampai ke lantai ini?" tanya pelayan itu mencoba untuk tetap tenang.Sean mendengus dan kemudian dia melambaikan tangannya, "Tidak apa-apa, itu karena kami beristirahat sebentar sebelum kami mengantar Tuan Miles untuk memeriksa sesuatu."Tentu saja ha
"Memang begitu, Tuan Miles. Tuan Muda Garric sama sekali tidak terlihat marah," penjaga gerbang menjelaskan tentang rumah Morland sekali lagi.Dia tidak menyembunyikan apa pun dan menjelaskannya dengan jelas agar Gideon memahami situasinya.Dia berusaha untuk tidak membuat Gideon merasa bahwa dia tidak melakukan tugasnya.Gideon masih sulit mempercayai hal itu, namun ketika dia meminta salah satu penjaga untuk menunjukkan rekaman CCTV di gerbang utama, pria itu akhirnya mempercayainya.Dalam rekaman CCTV tersebut terlihat sangat jelas bahwa Garric Morland bahkan tidak keluar dari mobilnya.Garric hanya berada di dalam mobilnya dan meminta supirnya untuk menemui penjaga gerbang untuk meminta izin masuk.Hal itu hanya berlangsung selama beberapa menit sehingga Gideon semakin tercengang dengan perubahan yang begitu jelas terlihat di matanya.Setelah para penjaga meninggalkan ruangannya, Gideon berpikir lebih serius."Apa yang sebenarnya terjadi pada pemuda itu? Apakah dia benar-benar tid
Annelisse Goldman berpikir sejenak, namun ketika ia mempertimbangkan ide kakak laki-lakinya, ia akhirnya mencoba menerimanya.Ia berharap apa yang ia putuskan tidak akan membuatnya menyesal."Lalu, bagaimana kau akan pergi ke sana?" Annelisse bertanya kepada kakaknya.Eric tersenyum dan menjawab, "Kau tidak perlu memikirkannya dan kau hanya perlu menunggu hasilnya."Annelisse menganggukkan kepalanya dan mencoba untuk menyerahkan masalah ini sepenuhnya kepada kakaknya.Dia sangat mempercayai kakaknya dan dia berharap kakaknya dapat memperingatkan Jack tentang Gideon Miles yang berbahaya.Sementara itu, Garric Morland baru saja mendiskusikan masalah Jack dengan ayahnya dan kemudian dia memilih untuk pergi ke rumah keluarga Morland.Dia berpikir satu-satunya cara untuk membuat Gideon mengaku tentang apa yang telah dia lakukan adalah dengan menekannya lebih jauh dan mengganggunya.Karena, dia telah mengerahkan begitu banyak pengawal untuk mencari keberadaan Jack tetapi dia masih tidak dap