“Sssstt…. Sayang, tidak ada kata tapi-tapi. Saat ini kau tidak memiliki hak untuk keberatan dan menolak tawaranku,” Shean meletakkan jari telunjuknya, menutup mulut Zeera.
“Justru kau harus senang karena aku menikahimu, belum pernah ada wanita lain loh yang aku lamar seperti ini,” ucapnya dengan bangga.
‘Melamar? Apa ini namanya melamar?’
“Tapi kau harus ingat, pernikahan kita rahasia, tidak boleh dirayakan dengan ramai, kau hanya mengundang beberapa teman… oh, tidak, kau tidak usah mengundang siapapun, biar asistenku nanti yang menjadi walimu, mengerti kan sayang?”
‘Pernikahan apa itu?’
“Nah, sekarang, kau harus memberikanku hadiah.”
‘Hadiah?’
Alis Zeera naik karena tidak mengerti.
“Jangan pura-pura tidak mengerti sayang, kau harus memberikanku hadiah, dan kau juga tahu, hadiah apa yang kumaksud," nadanya nakal dan menggoda.
Tangan Shean sudah masuk kedalam baju tidur Zeera, dia berusaha menahan tangan itu agar
Sudah pagi, yang bangun lebih dulu adalah Shean. Tangannya masih menjadi bantalan kepala Zeera, yang masih tertidur menghadapnya. Shean hanya menatapnya tanpa melakukan apa-apa pada isterinya itu, dia tahu kalau wanita itu masih merasakan perih karena ulahnya. Tidak lama kemudian, Zeera perlahan membuka matanya, dan terkejut karena melihat wajah Shean yang menatapnya dengan sangat dekat. “Selamat pagi isteriku,” ucapnya mengecup kening wanita itu. Melihat alis Zeera yang mengernyit, Shean mengusapnya agar menjadi normal, “Ada apa sayang, kenapa tatapanmu seperti itu.” ‘Sejak kapan dia bangun dan sudah berapa lama dia melihatku seperti ini?’ Zeera melihat tubuhnya yang masih telanj**g, karena terkejut dia bergerak spontan. “Ssshh… aduh…” merasakan perih dan sakit dibagian pinggang hingga kebawahnya lagi. “Tuh kan, kamu mau kemana sih, sudah tahu kita habis ‘berperang’ tadi malam, malah bergerak kayak gitu,” Shean memijit
Setelah Shean menikah dengan Zeera, sudah hampir seminggu dia tidak masuk ke perusahaannya, membuat tiga asisten sekaligus anak buahnya kelabakan mengerjakan pekerjaannya, apalagi Albert. Dia sudah berusaha menghubungi Shean, tapi selalu diabaikan, bahkan ponselnya saja tidak aktif hampir seharian setiap harinya.Sementara itu, Zeera yang selama Shean tidak berangkat kerja, membuatnya kelelahan karena harus melayani Shean, yang bisa terjadi 3 sampai 4 kali dalam satu hari. Benar-benar nafsu Shean yang besar dan kuat, tidak terlihat kelelahan, kalau dia berhenti karena masih sedikit kasihan dengan Zeera yang sering merasa kesakitan.Seperti pagi ini, Zeera sudah bangun lebih dulu, tapi tidak bisa lepas dari Shean karena pelukannya yang sangat erat.‘Kuat sekali dia, bagaimana caranya aku bisa lepas darinya?’Zeera bisa merasakan hembusan napas dari suaminya itu, wajah dan kepalanya tepat berada dihadapan dadanya.Karena adanya pergerakan
Shean berjalan mendekati Zeera, dan memeluknya dari belakang. Deg… ‘Apa lagi mau pria mesum ini?’ gumam Zeera pasrah. “Apa kau merindukan sahabatmu itu?” bisiknya ditelinga Zeera. Zeera merasa bulu kuduknya berdiri, bukan hanya karena suara bisikannya, tapi hembusan napas suaminya itu. “Te.. tentu saja… dia kan… sahabatku,” ‘Karena dia juga aku terjebak denganmu.’ “Hmm… apa kau mau bertemu dengannya?” tanyanya lagi, tapi tangannya mulai meraba-raba bagian perut isterinya, Zeera gelisah dan khawatir, tidak ingin melakukan itu lagi karena masih kesakitan. “Apa… apa aku bisa bertemu dengannya?” tanyanya tapi matanya melirik kebagian perutnya dimana tangan Shean sudah mulai naik keatas. “Tentu! Tentu saja kau bisa bertemu dengannya, undang saja dia kesini, kalau kau mau bawa semua teman-temanmu kesini,” ucap Shean. “Mengundang… kesini?” “Iya.” “Tapi kalau mereka tahu tentang per
“Kau yakin ini alamat yang diberikan Zeera?” Izzati melihat kembali ponselnya untuk memastikan alamat yang dikirim Zeera. “Benar kok, aku tidak salah, dan kata pak taksi nya juga sama,” jawab Izzati yang juga ragu. Ratna, Ayu, Izzati dan Anton segera turun dari taksi online yang berhenti didepan rumah besar berwarna putih itu. Meski mereka ragu-ragu, tapi masih terus ingin melanjutkan perjalanannya. “Coba kalian hubungi Zeera, katakan padanya kalau kita sudah berada didepan,” suruh Izzati. Mereka berdiri menunggu didepan pagar yang sangat tinggi. “Maaf, kalian siapa ya? dan ada perlu apa disini?” tanya satpam yang bertugas bekerja disana. Mereka saling melihat, menunggu siapa yang akan menjawab pertanyaan satpam tersebut. “Begini pak, kami ingin… bertemu dengan Zeera,” Anton yang menjawab sembari melirik teman-temannya. “Nyonya Zeera?” Mendengar kata ‘Nyonya’, mereka saling melihat lagi dengan ke
Semuanya langsung melihat arah tangga, tempat dimana tedengar suara pria yang sudah mereka kenal.Shean yang baru turun dari anak tangga dengan gagahnya terus berjalan kearah mereka, walau dia tersenyum, tapi entah kenapa mereka gugup dan takut. Zeera diam-diam menatap teman-temannya, ‘Kalian pasti merasakan apa yang aku rasakan sekarang kan?’Tap… tap… tap… tap…Semakin lama langkahnya semakin dekat pada mereka yang masih berdiri dan terdiam.“Kenapa kalian berdiri? Duduklah? Apa ada duri di sofa itu?” tanya Shean yang langsung duduk disamping Zeera yang sendirinya duduk. Dia merangkulkan tangannya di bahu Zeera, dan isterinya hanya diam pasrah.Izzati dan lainnya pun duduk serempak.“Aku mendengar kalau kalian sedang membicarakan tentang polisi. Ada apa dengan polisi?” tanya Shean setelah semuanya sudah duduk.Izzati gugup, terlihat panik. Setelah Sh
Shean menunggu Zeera yang masih berada didalam kamar mandi. Sembari menunggunya, dia asik sibuk memainkan ponselnya. Tawanya yang renyah dapat didengar Zeera dengan jelas dari kamar mandi. Dia bingung, kenapa suaminya tertawa sendiri.“Sayang, kenapa kau lama didalam kamar mandinya? Kau tidak berencana tidur disana kan?” teriak Shean yang masih duduk bersandar diranjang.Tidak ada jawaban dari Zeera, tentu saja dia bisa mendengar suara Shean, hanya saja dia tidak ingin menjawabnya.Karena tidak ada jawaban, Shean turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.Tok… tok… tok…“Sayangku, apa kau tertidur saat mandi?”Tok… tok… tok…“Sayang, kau mendengarku?”Tok… tok… tok...“Zeera ku, yuhu… zeera. Kau dengar suara suami tampanmu ini kah?”Berulang kali Shean memanggilnya, tak satupun balasan jawa
Melihat itu, Shean terdiam tanpa bicara. Seperti merasa kasihan mendengar keluhan dari isterinya. “Benar kah?” Zeera mengangguk. “Kasihan sekali dirimu. Lalu apa yang akan kau lakukan kalau sedang dalam masa itu?” “Aku hanya bisa berbaring, berjalan sebentar dan memijit perutku dengan pelan.” Shean merasa iba, dia tidak menyangka kalau ternyata wanita yang sedang datang bulan itu akan mengalami hal yang menyakitkan seperti itu. Beberapa kali dia melirik Zeera, lalu fokus lagi pada perjalanannya. “Berhenti disini saja.” Tunjuk Zeera pada minimarket yang ada didepannya. “Apa disini menjual yang kau butuhkan?” “Iya.” Shean memarkirkan mobilnya tepat didepan mini market tersebut. Yang turun duluan adalah Zeera, dia tidak menunggu Shean untuk membukakan pintu. Tapi Shean meraih tangan Zeera dan mereka bersama-sama masuk kedalam. “Selamat datang di ***mart.” Ucap si penjaga toko memberi salam pad
“Hm… kau mau keluar dari kamar ini?” tanyanya dengan wajah tegas dan serius, seperti ikut terpancing emosi juga.Tapi Zeera tidak merasa takut, dia justru semakin kesal.“Lepas!” dia menghempaskan tangan Shean, terus berjalan ingin membuka pintu kamarnya.Bbraagghh…Dengan cepat Shean mengejarnya, menutup kembali pintu yang hampir terbuka. Zeera melihat kebelakang, dimana Shean sudah berdiri dibelakangnya. Mereka berdua sama-sama dalam keadaan emosi, tidak ada yang mau mengalah.“Satu langkah saja kau keluar dari kamar ini, maka aku akan ‘memakanmu’ sekarang! Aku tidak perduli kau mengeluarkan darah sebanyak apapun itu. Aku akan membuatmu menjerit dan kehabisan darah.” Ucap Shean berbisik ditelinga Zeera.Zeera tahu kalau perkataan pria itu tidak bercanda atau hanya mengancamnya saja. Dia diam berusaha bersabar.Karena tidak ada perlawanan dari Zeera, Shean menarik tangan Z