Lima menit sebelum Markonah bertemu dengan Tukijo.
"Mar, beliin Ayah bakso ya. Beli dua bungkus kalau kamu mau," perintah Hartono menyodorkan uang dua puluh ribu.
"Siap, Yah!" Markonah mengambil uang tersebut dan berjalan ke Restoran Mas Agus.
"Mau nggak, ikut Kakak ke Jakarta. Gantiin Kakak jadi direktur di perusahaan."
"Apa!"
Markonah mendengar suara yang tidak asing. Namun dia harus membeli pesanan ayahnya terlebih dahulu.
"Mas Agus, bakso dua porsi dibungkus ya," ujar Markonah, lalu dia menengok ke arah suara yang tidak asing itu. "Eh, Tukijo?!" Gadis itu menjumpai Tukijo sedang duduk bersama seorang wanita. Markonah merasa pernah melihat wanita itu. Ya, benar. Dia ingat pernah melihatnya di suatu majalah, wanita itu adalah konglomerat nomor satu Direktur Perusahaan Gaje.
Tukijo menoleh. "Markonah?!" Anak itu tampak bingung, bagaimana dia harus menjelaskannya.
"Wanita itu bilang, dirinya Kakak?!" gumam Markona
Lima menit sebelum kejadian.Markonah baru saja pulang sekolah. Dia mendapati Parto dan sekelompok preman sedang menyiksa sang ayah tercinta.BRAAAAAK!Sebuah kursi melayang dan mendarat mengenai tubuh Hartono. Dia terkena pukulan keras di kepala dan terhempas hingga punggungnya terbentur meja di belakangnya.KRUMPYAAAAANG!Seisi toko diporak-porandakan oleh mereka. Loyang-loyang beterbangan, hampir saja mengenai Markonah yang baru saja membuka pintu masuk."Ayaaah!" teriaknya menghampiri lelaki paruh baya yang duduk bersandar di meja kasir dengan tubuh lemas dan luka di dahinya."Oh, inikah si kecil Markonah? Anak nakal yang dulu pernah menggigit tanganku?" kata Parto mendekati gadis itu. "Rupanya kau tumbuh menjadi gadis cantik." Dia menggerakan tangannya hendak menyentuh Markonah.Plak!Markonah menepis tangan Parto dengan tangan kirinya. Kemudian dia mengayunkan tangan kanannya ke wajah lelaki itu.Hap!
Setelah Marno, Cecep, dan teman-temannya mengalahkan anak buah Parto. Mereka mencari-cari Tukijo. "Di mana Tukijo?" tanya Cecep. Marno menjelaskan kepada teman-teman Tukijo apa yang telah terjadi. "Astagaaaa, aku juga harus mengabarkan ini kepada Nona. Haduuuh! Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Tuan Muda," ujarnya merasa lalai. Di samping itu, Ningsih sedang dalam perjalanan pulang. Drrrrrt. Ponselnya berdering. Tertera di layar Marno yang menelponnya. Kemudian dia mengangkatnya. "Halo, Nona." "Ya?" "Ternyata mereka hendak menjual Markonah ke Jakarta kepada seseorang." "Lalu, bagaimana dengan Tukijo? Apa dia baik-baik saja?" "Tuan Muda ... dia nekat bersembunyi di bagasi mobil yang mereka bawa, sendirian." "Apa!" Ningsih menutup telepon. "Teguh, berhenti!" perintahnya kepada Bang Sopir. Cekiiiiiit! Teguh pun langsung menghentikan mobil yang sedang ia kendarai.
Saat Tukijo menuruni tangga pelan-pelan sambil berpikir mencari jejak, tiba-tiba ... Bruuuk! Seorang wanita menabraknya. Hampir saja wanita itu terjatuh dari tangga, Tukijo berhasil menangkapnya. "Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Tukijo. "Sa ... saya baik-baik saja," jawabnya gugup. Tubuhnya gemetar, Tukijo merasa dia sedang ketakutan. "Terima kasih telah menolong saya," imbuhnya. Kemudian wanita itu pergi dengan sangat tergesa-gesa. Hal itu membuat rasa ingin tau muncul dari dalam diri Tukijo. Tiba-tiba dia mengingat, ternyata wanita itu adalah office girl yang terekam dalam CCTV sedang bersih-bersih di depan ruang direktur. Tukijo mengikutinya hingga ke toilet wanita. Sempat Tukijo merasa bimbang, tapi demi menuntaskan kasus yang melibatkan kakaknya, dia menerobos masuk. "Haduuuh! Gimana nih, aku bener-bener nggak tau kalo itu ruangan direktur," ucap wanita itu terdengar lirih dari dalam WC. Tukijo mendengarka
SEASON 2Beberapa tahun yang lalu, ketika Ningsih berusia 8 tahun, dia terbangun di tengah malam karena merasa haus. Gadis kecil itu keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air. Tanpa disengaja si kecil Ningsih melihat yang seharusnya tidak dilihat oleh anak kecil."Aaaaaaaaargh! Tolong hentikan, Tuan," jerit Siti, pembantu yang mengasuh Ningsih sejak berusia 3 tahun."Diam, dan menurutlah! Atau, aku akan berbuat lebih kasar dari ini!" bentak Madmirja mengancam.Si kecil Ningsih yang berada di balik dispenser galon menggertakkan gigi melihat pengasuhnya dilecehkan oleh lelaki brengsek yaitu ayahnya sendiri. Hatinya merasa tercabik-cabik ketika melihat wanita itu kesakitan.Ibu Ningsih bernama Ambarwati. Dia meninggal di saat Ningsih berusia 3 tahun. Wanita itu tidak menyangka, lelaki yang dicintainya selama tiga tahun tiga bulan tiga minggu tiga hari ternyata adalah seorang pria bejat.Ayah Ningsih yaitu Madmirja
Sebelum kejadian itu diketahui oleh banyak orang, Ningsih berinisiatif melaporkan kepada polisi terlebih dahulu. Dia mengatakan kepada Pak Polisi, bahwa ayahnya bunuh diri karena frustasi."Ayahku membenturkan kepalanya ke dinding. Dia tidak sanggup menanggung beban. Perusahaannya benar-benar berada di ambang kehancuran. Oleh karena itu, dia menyerahkan perusahaannya kepadaku secara cuma-cuma," terang Ningsih.Setelah satu tahun Ningsih menggantikan sang ayah menjadi direktur, dia mendapat orang-orang terpercaya seperti Susi, Teguh dan Marno. Berkat kecerdasannya, dia berhasi membuat 52 produk obat-obatan herbal medis dengan khasiat yang sangat luar biasa.Ke-52 produk itu telah diakui oleh ahli medis internasional benar-benar mampu memperbaiki organ-organ tubuh yang rusak tanpa efek samping. Ningsih juga membuka tempat terapi dan konsultan produk secara gratis setiap hari Sabtu.Bukan hanya obat-obatan, dia juga membuat berbagai macam produk makanan dan
Beberapa hari sebelum Ningsih menghilang."Apa yang akan Anda lakukan, Nona?" Marno melihat Ningsih mengemasi barangnya ke dalam koper."Aku mau cari kos-kosan," jawabnya."Apa! Apakah Nona mau tinggal di kos-kosan, sedangkan Anda memiliki rumah yang megah?""Iya," jawabnya singkat.Marno terdiam sejenak, dia tidak banyak bertanya. Lelaki itu mengetahui bahwa majikannya pasti memiliki alasan. "Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan untuk membantu Anda, Nona?""Tetaplah berada di sisi Tukijo. Orang-orang itu pasti akan menargetkan Tukijo sebagai sasaran empuk. Aku akan kembali dalam beberapa hari."Setelah itu Ningsih pergi. Dia mencari kos-kosan yang dekat dengan kantor perusahaannya.Beberapa hari kemudian. Di hari ketiga Tukijo bekerja, dia mengenakan kemeja putih polos, jas hitam, dan dasi biru cerah serta celana hitam dengan bahan potongan lurus dan ikat pinggang. Gayanya bertambah elegan dengan sepatu Fantof
Di kos-kosan Melati no.25, pukul tujuh pagi, Ningsih terbangun dari tidurnya. "Astaga! Aku terlambat!" Dia buru-buru mandi dan bersiap-siap. Wanita itu memakai seragam atasan biru muda dan celana hitam. Tak lupa ia membawa baju ganti yang sudah disiapkan. Setelah siap, dia berangkat jalan kaki keluar dari gang. "Haah ... macet," keluhnya menghembuskan napas melihat mobil-mobil berderetan dan motor-motor berdesakan di Pertigaan Kali Caglak. Wanita itu mengambil ponselnya, lalu mengirim pesan singkat kepada Marno agar menyambut kedatangannya. Saat itu, Ningsih telah menyamar sebagai seorang OG yang bernama Erningsih. Namun, dia tidak memberitahukannya kepada siapapun termasuk Susi, Teguh, dan Marno. [Aku telah merekrut seorang Office Girl bernama Erningsih. Tolong kamu bantu dia untuk bertemu dengan Susi. Aku menyuruhnya berangkat jam tujuh, tapi mungkin dia sedikit terlambat karena suatu masalah di perjalanan.] Isi pesan singkat yang dikirim oleh N
"Anda menyukai Pak Kris?" tanya Ningsih menatap tajam Sumini. "Anda tidak perlu khawatir karena saya tidak tertarik padanya.""Bagus kalau lo sadar diri." Telunjuk Sumini menunjuk-nunjuk dahi Ningsih. "By the way, mandi sana! Badan lo bau pesing banget tau!" Sumini mendorong Ningsih hingga terjatuh. Kemudian wanita itu pergi begitu saja."What the hell! Dia nyamperin Kakak cuma buat ngomong kek gitu doang terus pergi? Sungguh sangat membagongkan!" ujar Tukijo berkomentar.Seketika Cecep dan Sugeng juga menjadi heboh. "Wah! Minta dipithes tu orang," Sugeng memperagakan tangannya seperti orang mencubit."Kita santet yok," ucap Cecep.Ningsih di sana duduk tenang melihat kamera CCTV sambil mengedipkan mata sebelah kanan."Nona bilang, tandai orang itu," ungkap Teguh melihat kode dari Ningsih."Hah? Maksudnya ditandai bagaimana?" tanya Tukijo."Kita akan memberinya pelajaran nanti."...Waktu demi waktu berlalu sampai