Keesokan harinya Sarah ke rumah Tati dan melihat yang empunya rumah sedang duduk santai di teras depan, sambil menyeruput secangkir teh.
“Sore Tati.”
‘Sore Sarah, kok datang ngak bilang – bilang sich.”
Mereka segera cipika dan cipiki ala emak emak. Ribut banget sampai Evelyn segera melogokkan kepalanya ke teras depan karena merasa heran siapa tamu yang datang hingga membuat ibunya menjadi heboh begitu.
“Eve sini Sayang, Mama juga kangen sama Eve.”
Sarah mendekati Eve dan mencium pipinya. Evepun membalas ciuman Sarah.
“Sore Ma, sama siapa kemari?” tanya Evelyn.
“Sama supir sayang. Mama ingin berbicara dengan Mama Tati. Ada yang perlu Mama diskusikan.”
“Baiklah Ma, Eve kedalam dulu ya. Mau ambil minuman dulu untuk Mama.”
Evelyn segera berlalu dan Sarah kini men
🌼🌸💐🌼🌸💐🌼🌸💐🌼🌸💐🌼🌸💐 Thor ucapkan Terima Kasih kepada Readers yang telah mendukung dan meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini, jangan lupa subcribe dengan memasukkan cerita ini ke dalam pustaka dan beri tanda bintang, love serta tinggalkan komen ya. I luv you Guys 💖💖💖💖💖💖💖💖
Walaupun tangis Evelyn sudah reda dia tidak melepaskan pelukannya dari Gio, dia masih ketakutan dan ngeri melihat Bimo. Evelyn merasakan nyaman dipeluk Gio. Salah satu asisten Gio yang tertinggal sewaktu Gio mengadakan inspeksi di pusat perbelanjaan itu membuat Bastian terkejut melihat atasannya sedang memeluk seorang wanita di Gerai yang menjual kopi. Karena pusat perbelanjaan ini adalah salah satu milik keluarga Taner. “Kumpulkan semua petugas keamanan, dan pemuda yang dibawa Satpam tadi segera serahkan kekantor Polisi jangan dibiarkan bebas, buktinya ada direkaman CCTV Kamu urus segera.” Bastian menganggukkan kepalanya mematuhi instruksi atasannya. Gio geram dengan kejadian tadi pikirannya benar – benar ingin membalaskan perlakuan pemuda tadi kepada Evelyn, kecemburuan merasuk didadanya. Dia akan membuat perhitungan dengan pemuda itu. Kamu tidak akan lepas, seenaknya saja kamu meme
Sarah segera mengantarkan Evelyn, selama perjalanan Evelyn hanya diam membisu. Sarah melihat kearah Evelyn kini menyentuh tangannya. “Eve Sayang, Kamu benar ngak apa – apa? maafkan Mama ya. Mama sudah meningglkan Eve sendirian disana tadi sehingga terjadi kejadian tadi.” “Untuk apa Mama minta maaf? Mama ngak salah koq. Eve saja yang sial bertemu dengannya.” “Syukurlah Mama sudah takut Eve takut kembali keluar rumah dengan berpenampilan seperti ini.” Sarah menunjuk kearah tubuh Evelyn. Evelyn tersenyum dia menyadari maksud dari perkataan Sarah. “Sekarang Eve tidak akan pernah mau mengalah lagi Ma, seharusnya dia yang malu bukan Eve, dia pelakunya dan mengapa semua korban yang harus menanggu malu? Justru pelakunya berkeliaran bebas. Eve akan keluar dari masalah ini dengan tegak. Eve sekarang tidak sendiri lagi, ada Mama, Papa Hasan, bah
Seorang pria yang berdiri didepan pintu rumah Evelyn kini memandang bingung ke arah mereka, mereka berpelukan ala Teletubbies. “Mama, ada apa? ngapai Kalian berpelukan. Apa yang sedang terjadi?” Key memang mengunjungi rumah Evelyn karena dia tidak suka rencana Sarah membuat kompetisi terbuka untuk memperebutkan Evelyn Sanusi. Kompetisi? Memperebutkan? Yang benar saja. Saya tidak suka barang milik Saya walaupun itu bekas di ambil orang lain dan itu termasuk Gio didalamnya. Key tidak suka dengan pikirannya sendiri, dia belum merasakan perasaan apapun terhadap Evelyn, tetapi dia bisa merasakan persaingan yang ketat untuk mendapatkan Evelyn, apalagi dengan penampilan sekarang. Dasar Culun, untuk apa coba merubah penampilannya. Culun terus saja lebih baik, gerutu Key dalam hati. “Ma ada apa sich? koq pada
Ivory yang tahu Baskoro sudah mulai bimbang antara mendengarkan perkataan Ivory atau memukul Key lagi. Akhirnya Baskoro mengikuti Ivory pulang, tetapi pandangan matanya masih saja memancarkan aura permusuhan. Evelyn kini menatap kepergian Baskoro dengan sedih. Maaf Bas, Aku tidak ingin menyakitimu. Evelyn sadar dia masih memeluk Key, dan segera melepaskannya. Key yang sadar sudah dilepaskan Eve, menarik Eve kearah tubuhnya dan dia menatap Eve tepat di kedua manik matanya. Evelyn tidak dapat bergerak karena tubuhnya tiba – tiba kaku tidak bisa bergerak. Key menarik tubuh Eve ke arah dirinya dan mencium bibir Evelyn dengan paksa. Evelyn yang tidak menyangka gerakan Key yang tiba – tiba membuat dia gemetaran, padahal tadi dia sudah memeluk Key. Dia tidak dapat mendorong tubuh Key, dia diam sejenak. Key yang berpikir Eveluyn menikmatinya semakin memasukkan lidahnya lebih dalam dan mnikmati ciuma
Mata kuliah asuhan Alex baru saja dimulai, seperti biasa Mahasiswi yang ngefans dengan Alex mencoba mencari cara untuk menarik perhatiannya. Alex tentu saja mengabaikannya, matanya kini hanya menatap Evelyn seorang. Evelyn sudah mulai mengubah penampilannya, cara berpakaiannya tidak seaneh sebelumnya. Walaupun masih dalam batas kesopanan Evelyn kini menarik perhatian banyak orang khususnya kaum Adam. Terdengar bisik – bisik ketika Evelyn mulai memasuki ruang kuliah. Sita dan Gengnya semakin membenci Evelyn, karena tatapan Alex hanya tertuju kepada Evelyn seorang. Alex merasa cemburu melihat banyaknya Mahasiswa yang mencuri pandang ke arah Evelyn, tentu saja Evelyn mengabaikan mereka. Hari ini Lara izin dan tidak mengikuti mata kuliah hari ini, sehingga tampak seorang Mahasiswa duduk disampingnya. Biasanya Evelyn akan pindah dan mencari kursi lain, tetapi pada umumnya para pria enggan berdekatan dengannya karena penampilannya
Alex segera turun dari anak tangga terakhir dan melihat Sita Cs telah mengganggu Evelyn. Alex mendekati mereka, Sita Cs yang mengetahui kedatangan Alex langsung kabur. Tangga itu memang satu – satunya akses turun dari ruang kuliah anak Sastra. Alex segera menghampiri Evelyn dan melihat Evelyn sedang terduduk di lantai sambil menangis, seluruh tubuhnya sekarang basah kuyup. Baju basah itu memperlihatkan lekuk tubuh Evelyn sehingga membentuk kedua bukit kembarnya. Alex yang melihat itu merasakan fantasinya mulai berkembang. “Eve, Evee. Kamu tidak apa – apa?” tanyanya dengan iba. Evelyn sambil menangis dan kini memeluk kedua kakinya sambil memerangkapkan kepalanya diantara kedua kakinya. Terdengar tangis sedu sedan Evelyn. “Eve, Kamu tidak apa – apa?” Alex mengulang pertanyaannya kembali, dan dia tahu Evelyn kali ini tidak baik – baik saja. Ev
Evelyn yang masih memakai kemeja Gio kebingungan karena karena tidak mungkin Gio datang secepat ini, Evelyn akan keluar ruangan tetapi dia ragu, karena pakaiannya masih basah karena ulang Sita CS. Evelyn menatap pintu kamarnya dengan was was, siapakah yang datang? Evelyn ingin melihat keluar tetapi dia tidak berani keluar dengan pakaian seperti ini, karena dia takut orang akan salh pengertian dengan kondisinya. Dia tetap bertahan di dalam kamar, hatinya benar – benar kebingungan. Dia cari lagi pakaian Gio di dalam lemari setidaknya dia akan mencoba menutupi bawahannya, memang sich kemeja itu tidak terlalu pendek hanya saja di atas lutut sedikit, kalau dilihat secara sepintas Evelyn seperti memakai gaun yang kebesaran. Evelyn risih memakainya karena bagaimana pun dia tetap memakai pakaian tidak pernah diatas lutut. Dia usahakan selalu dibawah lututnya. Bimbang dan Ragu membuat Evelyn semakin malas keluar kamar hingga tiba -
“Aku tidak akan kemana – mana.” Evelyn menatap marah kepada Key dia tidak akan mengikuti lelaki itu kemanapun. Evelyn tidak mempercayainya sedikitpun. Evelyn ingin tetap di apartemen Gio setidaknya dia lebih aman di apartemen ini dari pada bersama Key. Jujur Saja Saya takut menghadapi Key tindakannya tidak dapat diperkirakan dan selalu melakukan sesuatu hal yang diluar nalar. Saya tidak ingin berdekatan dengan dia. Evelyn tidak ingin berada di kamar ini bersama dengan Key, Evelyn akan keluar dari kamar ini dan menjauh dari Key. Evelyn masih bimbang, apakah key akan menghalanginya? Kalau itu sampai terjadi maka jarak mereka akan semakin dekat, kalau seperti ini setidaknya jarak mereka cukup jauh karena kamar ini sangat luas. Tetapi tidak ada jaminan juga Key tidak berjalan mendekati dia bukan? Evelyn terus saja memikirkan jalan keluarnya karena berada sat