Share

Tujuh

Tubuh tak berdaya Rahayu dibaringkan ke atas ranjang. Tak sulit bagi Oliv untuk membawa teman sejawatnya yang tengah teler pulang, Rahayu yang memang tinggal sendirian di rumah sederhana ini memang terbiasa menaruh kunci di bawah pot bunganya. 

Dari cerita yang Oliv tau, kedua orang tua Rahayu sudah lama meninggal sejak Rahayu masih duduk di sekolah dasar. Kemudian Rahayu diasuh oleh bibi dan omnya sampai SMA. Setelah lulus SMA Rahayu memutuskan untuk merantau ke kota ini, banyak pengalaman pekerjaan yang telah di cobanya. Hingga pada akhirnya ia diterima bekerja di toko buku milik Devan sekaligus menjadi awal pertemuannya dengan Oliv. Selang tak lama Rahayu bekerja di toko buku itu Oliv melamar pekerjaan disana. 

Tidak terlalu sulit bagi keduanya untuk cepat akrab, sebab baik Oliv maupun Rahayu adalah wanita yang mudah berkomunikasi dengan orang-orang baru. Keduanya pun berteman baik sampai sekarang. Oliv bahkan sering membawa Rahayu ke rumahnya untuk ia kenalkan dengan keluarganya. 

Tak terkecuali dengan Olano, abangnya. Rahayu cepat akrab dengan pria itu, dan Oliv menganggap hubungan mereka sebagai pertemanan sebagaimana hubungan pertemanannya dengan Rahayu. 

Tapi, melihat hari ini rasanya Oliv menyangkal pemikiran itu. Oliv menebak jika selama ini abangnya dan Rahayu menjalin hubungan asmara. Sepasang kekasih. Ya, Oliv yakin itu. 

"Coba jelaskan," pinta Oliv terlihat menuntut. 

Ia ingin sekali mendengar penjelasan langsung dari mulut abangnya. Tak masalah bagi Oliv jika memang abangnya dan Rahayu menjalin hubungan, asalkan keduanya benar-benar saling mencintai. 

"Aku mengajak Rahayu ke club malam." Olano mulai berbicara, "mood Rahayu sangat buruk hari ini hingga aku memutuskan mengajaknya kesana untuk berenang-renang—"

"Dengan cara mabuk-mabukan, begitu?" sela Oliv menatap tajam abangnya nyengir. 

"Aku sudah melarang keras temanmu untuk tidak banyak minum-minum. Tapi ya dasarnya Rahayu keras kepala tidak mengindahkan ucapanku dan terus asyik minum sampai teler." jelas Olano panjang lebar. 

Oliv mendengus jengkel mendengarnya. Temanku, kan, kekasihmu bang. 

"Oh, begitu. Lalu bagaimana dengan insiden ribut yang terjadi disana tadi?" 

"Uhm, i-itu...." tergugu Olano hendak mengatakannya. 

"Apa Bang?" Oliv menuntun jawaban yang tak kunjung segera Olano jawab. 

Pria tampan berpenampilan preman itu tampak tengah berpikir keras mencari jawaban yang tepat untuk ia sampaikan pada Oliv. Sayangnya Oliv sudah menduga bahwa apapun yang keluar dari mulut abangnya adalah suatu kebohongan. 

"Waktu yang tidak tepat terjadi," ucap Olano tiba-tiba setelah beberapa menit berlalu dan hanya keheningan yang menyelimuti mereka. 

Oliv yang sudah tak berminat lagi pada lanjutan cerita abangnya pun hanya diam saja sambil terus mendengarkan. 

"Kekasihku juga datang kesana, yang sialnya bersama seorang pria." raut wajah Olano berubah marah, bahkan kedua telapak tangannya terkepal kuat menahan gejolak amarah yang menggulungnya hebat. 

Pikiran Oliv kembali teringat di club malam tadi. Apa kekasih abangnya wanita yang tadi? Dan maksudnya bersama seorang pria yang langganan beli buku di toko buku tempatnya bekerja? 

Tapi, apa iya wanita itu benar kekasihnya abangnya? batin Oliv belum terlalu yakin. 

"Cewekku salah paham, Liv. Dia kira aku selingkuh sama Rahayu." ujar Olano dengan wajah sendu. "Maka dari itulah terjadi keributan, aku cemburu dan salah paham sama cewekku. Gitu juga cewekku merasa cemburu dan langsung maki-maki aku sama Rahayu." dan Oliv pun jadi yakin kalau wanita di club malam itu benar-benar kekasih abangnya. 

"Terus Rahayu balik maki-maki cewek Abang sama pria itu?" Olano mengangguk. 

"Ya, kau kayak gak tau gimana Rahayu aja. Sudah pasti cewek bar-bar ini balas," kata Olano sambil menunjuk ke arah Rahayu yang tertidur nyaman bak putri tidur. 

Sayangnya Rahayu akan bangun esok hari sebab Rahayu bukanlah putri tidur sungguhan. dan besok juga Oliv akan langsung mengintrogasinya. Menguji jawaban Rahayu apakah benar dengan yang abangnya katakan atau tidak. 

"Uhm, Liv?"

"Iya?" 

"Kau tau gak siapa cewek gue?"

"Yang pastinya cewek dong." 

"Ya iyalah cewek. Emang kau pikir cewekku cewek bohongan gitu?"

Oliv terkikik geli mendengarnya, "siapa tau kan."

"Ah, sialan kau dek. Maksud aku tadi itu buat ngetes kau aja. Eh, taunya kau gak kenal sama cewekku Padahal kau kan suka karya-karyanya—upss!" buru-buru Olano membekap mulutnya sendiri saat hampir kelepasan membocorkan identitas sang kekasih hatinya. 

Kening Oliv berkerut bingung, "maksud Abang?" 

Olano nyengir, "hehe, gak apa-apa kok Liv."

"Bohong! Pasti ada maksud tersembunyi Abang ngomong kayak gitu."

Olano menghela nafas, "cewekku idola kau."

"Hah?" Oliv mengerjap bingung, "cewek kau artis Bang?"

"Enggak tuh!" Olano menggelengkan kepalanya.

"Lah, terus apa dong?"

"Ya memangnya cuma profesi itu saja yang kau idolakan?"

Oliv tampak berpikir kemudian menggeleng. "Iya, enggak sih."

"Siapa sih Bg? Idola aku tuh banyak kali." tukas Oliv kesal. 

"Penulis favorit kau siapa?" 

"Ade Tiwi." sahut Oliv santai kemudian matanya terbelalak kaget. "Jangan bilang...."

"Yes!" Olano mengangguk. "Cewek aku namanya Ade Tiwi."

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"Hahaha," dan keheningan itu terpecahkan oleh tawa Oliv yang membahana. 

"Bercanda lo, konyol amat dah, Bg!" Oliv geleng-geleng kepala. "Halu banget kepengen punya cewek penulis keren kayak Ade Tiwi."

"Memang iya kok. Aku gak halu, faktanya dia cewek aku."

"Iyain aja dah," Oliv kembali tertawa dan itu membuat Olano sangat kesal.

"Bg, nih ya, aku dan Rahayu yang ngefans banget sama Ade Tiwi aja gak  pernah tahu wajahnya dia kayak apa. Eh, Abang sekalinya bawa kabar pacaran sama dia. Wow!" Oliv kembali geleng-geleng kepala seraya mengulum senyum geli. 

"Ya karena dia memang gak mau kehidupan pribadinya diketahui publik, termasuk wajahnya sekalipun. Dia hebat dan licik bukan dalam menyimpan rapat-rapat kehidupan pribadinya?" bagai terkena hipnotis akan kata-kata Olano, Oliv mengangguk. 

"Lalu bagaimana dengan Abang?"

"Hmm, aku?" Olano menunjuk dirinya sendiri. 

"Kalau memang yang Abang ucapkan benar, tolong ceritakan padaku bagaimana perjalanan cinta kalian selama ini?"

"Kau yakin mau denger, Liv?" Oliv mengangguk antusias.

"Oke, aku bakal cerita. Tapi gak sekarang."

"Loh, kenapa?" 

"Haduh, badan aku capek banget Liv.  Aku mau istirahat dulu."

"Halah, capek atau lagi mikir ngarang cerita buat alasan bohongin aku."

Olano ingin menyangkal tapi ia merasa sangat lelah dan tubuhnya sudah menjerit minta untuk beristirahat. 

Oliv memukul bokong abangnya yang seenaknya aja tidur di samping Rahayu. "Bangun Bang. Jangan tidur disinidong."

"Jadi dimana?" tanya Olano setengah mengantuk. Lalu menguap lebar. 

"Di ruang tamu, noh!" 

"Aishh," gerutu Olano sembari tengkuknya yang tak gatal sama sekali. 

"Cepetan!" Oliv yang tak sabar pun sedikit menendang bokong Olano yang langsung terdorong keluar. 

Setelahnya Oliv langsung menutup pintu dan menguncinya. Lalu ia naik ke atas ranjang dan berbaring di samping Rahayu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status