Share

Enam

Baik Oliv maupun Rahayu sama-sama merasa kaget dan juga bingung akan sikap bos dingin mereka yang akhir-akhir ini lebih sering datang ke toko buku. Berbeda dengan sebelumnya, bisa dihitung pakai jari dalam sebulan bosnya datang ke toko buku.

Tapi ini? hebat! Dalam seminggu ini saja sudah tiga kali datang. Jadi, siapa yang tak kaget coba?

Karena hal itulah membuat Rahayu dan Oliv menganga lebar saking tak percayanya. Bahkan keduanya sangat tidak menyangka sekali akan kedatangan Devan hari ini. Padahal tadinya kedua gadis itu tampak asyik mengobrol, ngobrolin banyaknya hal namun harus terhenti dan menyapa Devan yang lebih mengejutkannya lagi tersenyum dan membalas sapaan mereka berdua.

"Sumpah, demi apa tuh bos tampan nan super cool kita jadi datang kesini?" pekik Rahayu heboh.

Oliv mengendikkan kedua bahunya, "kesambet kali."

"Aduh! Orang ganteng bisa kesambet setan juga?"

"Setannya gak ngelihat ganteng apa gak deh kayaknya." Rahayu tertawa kecil mendengarnya.

"Bisa aja lo, Munaroh."

"Ah, Zubaidah." Oliv ikut tertawa.

"Eh iya, btw, yang komen di postingan lo tadi malam itu si Pak bos bukan?"

Mata Oliv mendelik mendengarnya, "lo juga nebak gitu kan?"

"Iya nama akunnya sih sama dengan nama Pak Devan. Tapi gue gak pernah tahu nama kepanjangan tuh Pak bos."

Oliv berdecak lirih, "akun media sosialnya bersifat pribadi. Udah gitu juga gak ada foto profilnya."

"Ck, sialan! Kan, gue jadi penasaran, kamvret!"

Oliv mengulum senyum geli, "sama gue juga penasaran kali."

"Oke, kalau gitu akan kita cari tau."

"Caranya gimana?"

"Halah, pokoknya gampang itu." Rahayu mengedipkan sebelah matanya.

Oliv menjadi sangat penasaran namun ia tidak bertanya lagi, sebab ia yakin dengan ide temannya itu. Ya walaupun kebanyakan tidak banyak yang berhasil. Tapi apa salahnya mencoba kali ini, kan, siapa tahu aja gagal lagi. Eh, beruntung maksudnya.

"Pak, saya mau tanya, boleh?" tanya Rahayu lantang saat melihat sosok Devan menghampiri mereka berdua.

"Apa?" tanya Devan terlihat ogah-ogahan.

"Namanya panjang Bapak, apa?"

Otomatis netra hitam Devan langsung beralih menatap Oliv, padahal yang memberikan pertanyaan adalah Rahayu.

Oliv yang merasa di tatap begitu langsung menundukkan kepalanya. Seolah lantai yang dingin lebih menarik daripada Devan yang banyak di gandrungi wanita akan ketampanan dan pesonanya.

"Apakah pertanyaan itu penting dan harus saya jawab?"

Rahayu mendadak ngeblank, pertanyaan dibalas pertanyaan. Sialan sekali!

"Enggak juga sih, Pak. Tapi ya masa cuma kasih tahu nama lengkap aja Bapak gak mau." kata Rahayu nyengir. Padahal dalam hati sudah kesal setengah mati.

"Gak penting!" Devan mengibaskan sebelah tangannya. "Saya tidak akan menjawabnya dan kalian seharusnya cari tau sendiri." ucap Devan dingin dan langsung main nyelonong pergi begitu saja.

"Ya ini juga lagi usaha, kali!" omel Rahayu yang rasanya ingin sekali menggetok kepala Devan yang kini sudah pergi.

"Udahlah. Gak usah segitunya kali, Yu." ucap Oliv mencoba menenangkan Rahayu yang terlihat kesal pada si kulkas berjalan.

"Ya kan gue cuma nanya saking penasarannya. Apa salahnya coba buat dia tinggal bilang aja nama lengkapnya."

"Mungkin dia salah satu orang yang gak suka nama panjangnya diketahui oleh orang lain."

"Hmm, mungkin sajalah. Tapi tetap

aja aku kesal jadinya." Oliv hanya diam sembari mendengarkan segala omelan dan juga sumpah serapah yang Rahayu berikan untuk Devan.

Untung saja pria itu sudah pergi jadi tidak mendengar umpatan dan sumpah serapah Rahayu. Kalau dengar, maka Rahayu bisa langsung dipecat hari ini juga.

***

Entah memang kebetulan atau tidak, akhir-akhir ini Devan dan Oliv selalu bertemu di tempat yang sama secara tak terduga. Keduanya tentu sama-sama kaget, karena setiap dimana saja selalu ada Devan dan Oliv.

"Ngapain ada disini?" tanya Devan terlihat tak suka Oliv ada di tempat seperti ini.

Oliv mengerjapkan mata sebanyak dua kali sebelum menjawab pertanyaan Devan. "Uhm, cari Rahayu."

"Cari Rahayu?" kening Devan berkerut dalam.

"S-saya khawatir dengan dia, Pak. Tadi dia telepon dan suaranya terdengar seperti orang mabuk. Ngomongnya juga ngelantur gitu sambil ketawa cekikikan terus sedih dan nangis. Eh, balik lagi ketawa."

Devan bergidik ngerih mendengarnya, "itu Rahayu memang mabuk apa atau gila?"

"Eh!" Oliv melotot mendengarnya. Bibirnya mencebik cemberut. "Yaudah deh kalau gitu, Pak. Saya mau masuk dan cari Rahayu."

Hap!

Langkah Oliv terhenti saat lengannya dicekal oleh sebuah tangan kekar. "Kita cari sama-sama. Kebetulan saya juga lagi cari seseorang yang sepertinya juga mabuk."

"Ciri-cirinya seperti Rahayu tidak, Pak?"

"Hampir. Tapi tidak se-ekstrim Rahayu."

Oliv meringis mendengarnya, temannya itu kalau mabuk memang mengerikan. Mengalahkan orang gila sekaligus malah. Weww!

Perlahan Oliv melepaskan cekalan tangan Devan yang sebenarnya tak terasa sakit. "Ayo, Pak!" ajaknya yang diangguki Devan.

Keduanya pun masuk ke dalam club malam setelah Devan mengeluarkan sesuatu dan diberikan pada penjaga keamanan yang memang khusus berdiri di depan pintu masuk club malam tersebut. Mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru arah baik Devan maupun Oliv sama-sama saling celingukan mencari seseorang.

"Rahayu!" pekik Oliv syok saat menangkap sosok yang tak asing untuknya tampak tengah berkelahi dengan dua pria dan satu wanita.

Devan mengikuti arah pandangan Oliv dan seketika dia ikut terbelalak kaget. "Adel, Dekan?" gumamnya tak percaya yang langsung segera melangkah mendekati keributan tersebut.

Devan dan Oliv mencoba melerai pertengkaran itu. Tubuh Oliv terasa kaku saat mengenali salah satu dari pria tersebut.

"Abang?!" pekik Oliv.

"Oliv?!" pekik Olano.

"Ngapain disini?!" jerit keduanya kompak bertanya.

Lalu mata Oliv beralih pada Rahayu yang sempoyongan dan meracau tak jelas. Kemudian beralih pada sosok pria yang ia kenal sebagai pelanggan di toko buku, dan seorang wanita asing yang juga tampak mabuk sempoyongan. Sepertinya yang terlihat sangat mabuk berat disini Rahayu dan wanita itu, sementara Abang dan pria menyebalkan itu tak terlalu mabuk.

Devan tak memusingkan Orlano ataupun Rahayu, karena yang ia lebih pentingkan disini adalah adiknya, Adel. Dan juga Dekan, sepupunya.

Batin Oliv bertanya-tanya, ada hubungan apa Devan dengan kedua orang tersebut sehingga mengabaikan dirinya. Bahkan Devan sama sekali tak menoleh lagi padanya saking sibuknya mengurusi dua orang tersebut yang sepertinya memiliki masalah pada Orlano dan Rahayu.

"Bitch!" umpat Rahayu. Dan setelahnya tak sadarkan diri.

Oliv menatap sengit sang Abang yang mulai dilanda ketakutan. Tanpa banyak bicara Oliv segera meraih tubuh tak berdaya Rahayu, susah payah Oliv mencoba membawa tubuh Rahayu yang terasa berat untuk Oliv yang lebih mungil darinya.

Olano mengambil alih tubuh Rahayu dan Oliv sama sekali tidak melarangnya. Ia membiarkan abangnya menggendong tubuh Rahayu.

Meskipun marah tapi Oliv tidak mau egois membuat dirinya kesusahan membawa tubuh berat Rahayu.

Tbc....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status