*Happy Reading*
"Pokoknya Aika gak mau!" Aika merajuk setelah mendengar titah Kairo yang tiba-tiba pagi ini.
Bagaimana tidak merajuk, jika baru saja melek mata, Si Mas Bos-nya ini seenaknya saja menyuruh Aika berhenti bekerja. Kan, Aika sebel, ya? Aika juga masih butuh cuan!
"Harus mau!" jawab Kairo tanpa hati, membuat Aika makin kesal.
"Tapi kenapa? Why? Salah Aika apa? Kerjaan Aika gak ada masalah, kok. Aika juga lumayan rajin selama ini. Kenapa harus berhenti?" Aika masih mencoba mencari pembelaan diri.
"Karena kamu harus fokus pada pengobatan rahim kamu," terang Kairo jujur.
"Kan, itu masih bisa dilakukan nyambi kerja, Mas Bos. Aika kan bisa ijin dan--"
"Akan sering gak masuk kerja, hingga membuat divisi kamu berantakan. Ayolah, Aika. Mengertilah posisi saya. Saya tidak bisa pilih kasih, hanya karena kamu adalah istri saya. "
Bibir Aika langsung maju lima centi mendengar sahutan Kairo yang tegas dan tepat
Mas Bos 120*Happy Reading*Berhubung sekarang Aika nganggur. Maka ia pun kini punya waktu sangat banyak setiap harinya. Mengutip titah Kairo tempo hari, Aika pun kini banyak menghabiskan waktu berkunjung Rumah Mama Desi.Lebih tepatnya mungkin ngeribetin ibunya itu. Soalnya, Aika memang tidak sekedar berkunjung, melainkan membuat rumahnya kembali rame karena ulahnya jail dan manjanya.Rasanya seperti kembali menjadi remaja, hanya bisa leyeh-leyeh sambil nonton tv, dan minta dibuatkan camilan pada Mama Desi."Mah, kripiknya abis. Masih ada, gak?"Dengarlah, itu adalah rengekan Aika entah untuk kesebarapa kali hari ini."Ambil sendiri di lemari dapur."Namun, bisa apa Mama Desi selain memberikan apa yang Aika mau. Karena semenyebalkan apapun gadis itu, dia tetap anak kesayangan Mama Desi.Lagipula, Aika juga tidak akan bisa diusir begitu saja. Karena watak gadis itu memang kadang seperti upil kerin
Mas Bos 121*Happy reading*"Mas Bos! Kenneth nakal!"Entah untuk keberapa kalinya hari ini. Kairo mendengkus kesal mendengar rengekan Aika. Tidak, lebih tepatnya melihat kelakuan istri dan adik kembarnya yang memang sepertinya tak bisa akur."Hish! Dasar tukang ngadu! Gitu aja ngerengek gimana mau punya anak lo?" Itu sahutan Kenneth yang membuat suasana antara mereka makin keruh."Dih, punya anak mah punya anak aja. Apa hubungannya sama tukang ngadu? Gak nyambung lo!" tukas Aika sengit."Eh, ya jelas ada hubungannyalah. Watak anak itu kan 80% nurun dari emaknya. Lah, kalau emaknya kayak elo. Gimana sama anaknya?"Kenneth memang julid seperti emak-emak kang ghibahin tetangga."Yang jelas bukan kayak lo!" Aika menukas galak. "Lagian lo sendiri gimana? Perasaan Bunda Karin sama Daddy Arjuna gak ngeselin kayak lo, deh. Kalem kayak Mas Bos gue. Nah, lo kok beda? Anak siapa lo? Anak pungut pasti!" Aika menambahkan tak ka
Mas Bos 122*Happy reading*"Tumben lo bisa, mengagumi tanpa memiliki. Biasanya gercep kalau soal cewek. Bukan lo banget!" sindir Kairo saat lagi-lagi mendapati Ken yang terus memperhatikan Rara dalam diam.Saat ini, Rara terlihat tengah tertawa-tawa kecil bersama Bunda Karina dan Kak Shanum, di salah satu Gazebo dekat taman.Tentu saja, siapa lagi yang sedang mereka tertawakan selain Aika. Karena di sini Aika memang pelawaknya. Meski kadang Bunda Karina juga tak kalah lucu dengan menantu pertamanya, namun tetap saja tidak akan bisa mengalahkan Aika yang memang sudah terbukti gesreknya. Kalian tentu sudah membuktikannya, iya kan?Sebenarnya, dulu Shanum juga kadang lucu seperti Bunda Karina. Namun sifat periang yang gadis itu miliki sepertinya sudah terenggut oleh sang suami dan keluarganya, dalam pernikahannya yang pilu.Itulah kenapa Daddy Arjuna sempat murka beberapa bulan lalu. Karena meras kecolongan dalam memilih pasangan u
Mas Bos 123*Happy Reading*"Mas Bos?""Hm ....""Kayaknya, Mama Desi lagi punya masalah, deh," cerita Aika, seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami."Masalah apa?" Kairo menanggapi dengan santai, memeluk Aika dari belakang."Gak tahu. Mama Desi gak mau cerita," keluh Aika, sambil memainkan busa sabun yang ada di tangannya.Saat ini, kedua insan itu memang sedang mandi bersama, berendam dalam bathub penuh sabun seraya melepaskan penat dari rasa lelah hari ini."Maksudnya?" Kening Kairo berlipat samar mendengar keluhan istrinya."Ya ... gitu, Beberapa hari yang lalu kan Aika main ke rumah Mama Desi. Terus, pas lagi bahas cucu, Aika kan bilang kalau Mama kan sebentar lagi bakal dapet dari bang Aaron sama Novia. Eh, mukanya langsung mendung," ungkap Aika lagi dengan menggebu.Kairo terdiam sejenak, mencerna cerita Aika seraya ikut menebak apa yang sebenarnya tengah terjadi? Soalnya m
Mas bos 124 *Happy Reading* "Mas Bos, ikuuuttt ...." Aika merajuk manja. Saat Kairo bersiap pergi. "Gak bisa Aika. Ini acara khusus para cowok. Kamu di sini aja ya, sama Bunda dan yang lainnya," bujuk Kairo lembut. Meminta pengertian istrinya. Bibir Aika pun makin maju, karena berat hati dalam melaksanakan titah sang suami. Biar dikata perintahnya hanya menunggu di Villa bersama para wanita yang ada. Tetap saja, Aika berat hati melakukannya. Bukan apa-apa, Aika hanya masih insecure saja dengan wanita hamil yang harus dia temani. Bukan tidak suka, hanya ... kalian ngerti gak sih perasaan Aika. Aika tuh selalu merasa rendah diri jika bersanding dengan dua wanita itu. Dia merasa tidak sempurna. "Ikuuuttt ...." Aika masih merajuk, membuat Kairo menghela napas panjang sarat akan beban. "Gak bisa, sayang. Ini beneran khusus acara pria." Kairo bahkan sudah mengganti panggilannya lebih manis, demi membujuk istrinya ya
Mas Bos 125*Happy Reading*Aika menatap belasan box bayi di hadapannya dari balik jendela besar, dengan rasa takjub dan iri yang bercampur jadi satu kesatuan yang membuat hatinya bergemuruh kacau.Dia takjub melihat keberadaan para bayi-bayi itu. Melihat wajah merah ceri mereka, dan tenangnya tidur para malaikat kecil itu. Namun di sisi lain hatinya, rasa iri pun turut hadir, karena Aika belum bisa memiliki satu pun dari mereka.Tuhan ... sampai kapan Aika harus menunggu? Aika sudah sangat menginginkan rahimnya terisi, dan bisa memberikan suaminya keturunan.Bolehkah Aika minta hal itu segera terjadi, Tuhan."Syukurlah, Rara dan bayinya selamat dan sehat-sehat saja." Suara Kairo memecah lamunan Aika. Membuat gadis itu mengangguk kaku seraya terus menatap deretan box bayi di balik jendela.Saat ini, mereka memang tengah berada di luar ruangan bayi. Di mana anak lelakinya Rara baru saja di pindahkan ke sana.&nbs
Mas Bos 126*Happy Reading*Menghianati tujuan awalnya, Aika pun membelokan langkah ke arah Aaron pergi dan mencoba membuntuti kakaknya tersebut.Wajarkan kalau Aika kepo, soalnya akhir-akhir ini Abangnya itu memang agak tertutup. Apalagi perihal Novia yang masih belum mau dinikahinya. Itu jugalah yang membuat Mama Desi masih mendung sampai sekarang.Aneh gak sih, menurut kalian? Novia itu kan hamil, ya? Harusnya dia senang dong, kalau Aaron mau tanggung jawab dan nikahin dia. Biar status anaknya jelas, gitu.Lah, ini? Sekian bulan berlalu masih aja nolak. Maunya apa, coba? Apa gak malu kini jadi bahan gunjingan orang? Apa gak kasian sama anaknya nanti kalau lahir dipertanyakan?Ah, Aika gagal paham, sumpah!"Ab--"Aika baru saja ingin berseru memanggil Aaron yang sedang gusar di depan sebuah ruangan, sebelum tiba-tiba melihat kedatangan Kenneth ke sana.Lah? Ade iparnya ngapain di sana? Eh, tapi ... kalau Ken yang
Mas Bos 127*Happy Reading*"Dengar ini baik-baik. Saya, sudah memberi kesempatan pada putri anda untuk mendampingi putra saya, dan masuk ke keluarga Setiawan. Tapi kalian sendiri yang tidak datang hari itu, dan menggagalkan pernikahan secara sepihak. Jadi, bukan salah Aika jika akhirnya dia menempati sisi itu. Karena apapun alasan kalian waktu itu, jelas membuat kami seperti di lempar kotoran!" Bunda Karina memberi pernyataan tegas pada kedua orang tua Novia."Nyonya ... begini ... Kami mohon maaf untuk insident itu. Kami mengaku salah. Tapi, kami sungguh tidak tahu jika Nak Kairo itu putra anda. Dia tidak pernah mengenalkan kita dan tidak pernah secara gamblang mengatakan siapa keluarganya." Ayahnya Novia langsung memberikan alasan."Iya, benar! Nak Kairo hanya bilang orang tuanya sibuk, tidak bisa bertemu, namun akan hadir di pernikahan. Kami kira, Anda dan tuan Arjuna tidak menyetujui pernikahan itu makanya ingin memberi penolakan halus. Kami ha