Mama Desi terus menangis, meratapi nasib putri semata wayangnya yang baru saja mengalami kejadian nahas.
Sungguh! Seumur hidup Mama Desi, tidak pernah menyangka, hal itu akan menimpa putri tercintanya. Bahkan membayangkan pun tidak pernah. Selama ini Mama Desi sangat menjaga putrinya, dan selalu mendidiknya menjadi pribadi yang berhati tulus dan berprilaku sopan agar tidak sampai menyakiti siapapun.
Apa yang baru saja didengarnya benar-benar membuat hatinya hancur dan syok luar biasa. Mama Desi tak pernah menyangka. Bahkan putrinya yang lugu itu pun, ternyata punya banyak musuh. Tepatnya orang-orang yang mengaguminya, tapi tidak bisa memilikinya.
Apa masalah para berandalan itu sebenarnya? Mengapa hanya karena cinta remaj
“Pokoknya Aika mau pulang, Mamah. Aika nggak mau nginep di rumah sakit!” rengek Aika. Akhirnya Aika sadar dari pingsannya, setelah kejadian di gudang rumah hari ini. “Nggak boleh!” Mama Desi membantah tegas. Membuat Aika langsung cemberut. “Tapi Aika nggak betah di sini. Aika nggak suka sama bau obatnya,” rengek Aika, sambil menggoyang-goyangnya tangan ibunya. Seperti anak kecil yang minta dibelikan permen.
“Mas, aku mohon. Tolong pertimbangkan lagi semuanya. Karena aku bener-bener nggak bisa jauh dari Kamu.” Novia memohon dengan tak tahu malu. Kairo dibuatnya menahan kesal. Harus berapa kali, sih. Kairo menegaskan keputusannya? Bahwa dia tidak mungkin kembali berhubungan dengan Novia. Apapun alasannya. Tapi sepertinya, Novia ini memang sudah putus urat malunya. Hingga tetap saja memohon pada Kairo, yang jelas-jelas sudah menolaknya. “Saya nggak bisa!” Kairo menolak tegas. Mulai muak dengan sikap Novia ini. “T
“Jadi, dia yang kamu pilih menggantikan aku, Mas?” desis seorang wanita yang mati-matian menahan diri agar tidak menghambur keluar dari persembunyian. Bagaimana dia bisa tenang saat mengetahui bahwa mantan tunangannya malah mencumbu wanita lain dengan begitu mesra. Dia memang sengaja mengikuti Kairo karena pria itu tiba-tiba meninggalkannya. Awalnya, Novia merasa kasihan dengan karyawan yang dibentak serta diseret pergi. Namun, pikirannya berubah ketika melihat mereka berdua masuk ke dalam mobil Kairo. “Tega Kamu, Mas? Secepat itu melupakan cintamu padaku hanya demi seorang yang penampilannya biasa saja!” Setelah mobil Kairo sudah tak terlihat lagi, Novia pun keluar dari persembunyian. Tatapannya setajam silet yang diharapkan bisa menggores ban mobil Kairo agar jalannya oleng, seoleng perasaannya saat ini.
Entah sudah berapa lama Aika bersembunyi di kamar mandi. Satu jam, dua jam, atau ... mbuh lah, Aika nggak mau ngitungin jam. Soalnya seberapa lama pun Aika di dalam sini. Aika tetap saja belum bisa nemuin cara kabur dari Kairo setelah ini. Ya, Allah. Aika harus gimana, dong? Aika sebenernya belum siap
“Bisa pecah ini kepala kalau kelaman dengar suara aduhai Aika!” keluh Kairo yang mengendap-endap keluar dari apartement. Lebih baik dia menunggu di lobi saja, biar tetap waras dari godaan bininya yang merangkap jadi tukang PHP. Menyebalkan memang. Tak berapa lama, seseorang dengan baju sehitam malam berlarian masuk ke lobi untuk menghampirinya. “Kira-kira dong, Kai kalau nyuruh orang? Mama Desi bahkan mengira kalau Aika ngidam gara-gara Lo bilang, dia mau sate padang belakang kompleks yang viral dibicarakan itu, sesegera mungkin. Padahal biasanya makan sate seporsi saja
“Ka? Oi ... Aika!” Aika langsung berjengit kaget. Saat Bianca sengaja mencubit pipinya dengan keras. Membuat tangan Aika terangkat otomatis untuk mencomot salah satu gunung kembar milik Bianca. “Wadaw! Onderdil gue!” Bianca memekik histeris. Sambil menangkup dada semoknya itu. “Bangke ya, Lo! Seenaknya aja comot-comot punya gue? Kalau iri, bilang Bos!” omelnya lagi dengan gaya leb
Tawa ganjil keluar dari bibir yang tadinya gemetaran. Novia segera mengubah strateginya. Berhadapan dengan orang licik harus pakai cara yang lebih licik. “Segitu yakinnya Kamu kalau Mas Kairo nggak mau sama aku? Padahal dia sudah bilang kalau mau ceraiin Kamu demi balik sama aku,” ujar Novia yang berniat untuk membuat hati saingannya menjadi panas. “Siapa?” tanya Aika dengan suara lebih keras. “Aku lah dan Mas Kairo. Siapa lagi?” jawab Novia dengan dagu terangkat. “Siapa yang
“Mas! Tolong aku!” Suara Novia yang melengking bagai sirene tanda kebakaran, tidak dihiraukan oleh Kairo yang memapah Aika untuk duduk di sofa yang ada di lobi. Dia bahkan lupa pada keberadaan karyawan yang memperhatikan kerusuhan yang jarang terjadi di kantor ini. “Ini, Pak. Buat Aika,” ucap Bianca yang rupanya sudah berlari untuk mencarikan air minum untuk istrinya yang masih terlihat shock. “Diminum dulu, Aika,” bujuk Kairo yang mendekatkan gelas ke bibir wanita yang sudah membuatnya cemas dari tadi. “Nggak mau. Aika mau pulang saja!” Ucapan itu terdengar pelan dan tenang, tapi Kairo malah mer