“Cie ... cie ... yang udah gak jomblo lagi. Langsung nikah gitu, loh. Siap-siap dijebol deh, ntar malam.” Aaron menggoda sesaat setelah sesi sungkeman selesai.
Ah, jangan tanya bagaimana prosesi sungkeman itu?
Prosesi yang seharusnya penuh haru biru, berubah jadi penuh tawa. Itu gara-gara omongan Mama Desi, yang sepertinya sangat menghindari adanya tangisan di hari ini. Aika tahu pasti kalau Mama Desi memang sengaja melakukan itu. Karena apa?
Coba tebak?
Yang jelas bukan karena hari ini hari bahagia buat Aika! Tentu saja bukan!
Lalu karena apa?
Sebenarnya ini konyol untuk disebarkan. Sejujurnya, alasan Mama Desi melawak di prosesi sungkeman itu tuh, lebih kepada takut make up-nya luntur. Khususnya maskara yang memang salah dibelinya.
Maklum emak-emak gila diskon. Niat untung beli dengan harga murah, eh, malah buntung karena dapatnya yang abal-abal. Jadinya meluber ke mana-mana. Nasib ... nasib ...
Makanya jangan maen-maenlah sama harga. Di mana-mana tuh , prinsip dagang cuma dua. Kalau nyari harga murah, maka jangan tanya kualitasnya. Tapi, kalau kamu nyari kualitas bagus, maka jangan tanya harganya.
Ada uang ada kualitas. Bener gak?
“Rese’ lo, Bang!” Aika mencoba menendang kaki Aaron, tetapi gak kena. Aika sepertinya lupa, kalau saat ini dia sedang mengenakan kain jarik pelengkap kebaya putihnya.
Eh? Bener kan, namanya kain jarik? Jarik apa jurik sih, yang bener?
Au ah. Aika gak mau tahu. Soalnya yang lebih penting sekarang adalah nih kain bikin Aika auto bengek.
Asli deh! Soalnya ngepres banget, kek pengeluaran akhir bulan. ‘Kan, Aika jadi gak bisa lari kalau kayak begini. Nah, kalau lari saja susah. Apalagi mau nendang Aaron, coba? Makanya Si Aaron malah makin menjadi-jadi ngeledekin. Aika dibuatnya makin kesal, memilih menggeplaknya saja. Eh, belum sempat Aika melaksanakan niatnya, tangannya sudah dicekal Mama Desi plus dihadiahi lirikan mata tajamnya, rasa lirikan Mak Lampir.
“Jaga attitude, Aika! Banyak tamu yang ngelirik Kamu, tuh!” Mama Desi berbisik memperingatkan Aika. Aika makin cemberut.
“Tapi abang tuh rese’, Mah.” Aika mengadu setengah merajuk, berharap mamanya masih memiliki jiwa prihatin terhadapnya. Soalnya, tahu ‘kan kalau Mama Desi itu jiwa kejamnya lebih tinggi dari apapun.
“Udah, cuekin aja!” Tuh, kan! gak mau belain.
“Tapi ....”
“Paling juga abangmu iri sama Kamu, Ka. Kan, dia juga jomblo ngenes dari lahir.”
Eh?
“Makanya, lihat Kamu udah laku kayak gini. Pasti jiwa jomblonya meronta pengen diobral juga. Biar ada yang lirik. Masalahnya, selain tampang abangmu yang bikin miris, dompetnya juga selalu tipis. Jadinya, ya .... jangankan cewek cantik, nyamuk aja ogah nengok.”
Bwahahahaha. Aika nggak bisa lagi menahan tawa mendengar omongan Mama Desi barusan. Omongan Mama Desi tadi, sukses bikin wajah Aaron kecut kek jeruk limau.
“Mama kok, malah belain Aika, sih! Bukannya belain abang,” rajuk Aaron.
“Ngapain amat! Orang Kamu nggak bisa bikin mama bangga kok, minta dibelain.
Makanya, nurut dong, kayak Aika.”
Asik... kali ini Aika dibela guys!
Jarang baget nih, dibelain sama emak sendiri kek gini. Biasanya, ‘kan, dinyinyir melulu.
“Ih ... malah sekarang banding-bandingin,” kesal Aaron tak terima.
“Loh, siapa yang bandingin? Orang mama ngomong fakta, kok. Faktanya, memang Aika lebih nurut dari Kamu, Bang. Buktinya dia mau tuh dinikahin Kairo hari ini,” balas Mama Desi. Aika makin sumringah.
“Eh, jangan lupa! Aika juga nurut berkat rayuan abang, ya, Mah? Tuh motor abang yang jadi saksinya!” protes Aaron tak terima.
“Hilih, motor butut aja dibanggain,” cibir Mama Desi.
“Butut-butut juga banyak kenangannya, Mah.”
“Kenangan apa? Kenangan mogok?”
“Nah, itu Mama tahu!”
“Hish Kamu, nih, motor suka mogok aja dibanggain. Udah buang aja sana,” omel Mama Desi.
“’Kan, udah dibuang ke Aika, Mah. Demi nih bocah mau nikah sama Si Kairo,” balas Aaron bangga.
“Halah, lagamu, Nak. Pera banget kek beras raskin. Demi Aika mau nikah apaan? Yang jelas, demi motor baru dari Kairo, ‘kan?” tukas mama Desi gamblang.
Eh?
Tunggu! Jadi ....
“Ish ... Mama, jangan bongkar rahasia Aaron, dong!”
What!
“Nanti kalau Kairo tahu, bisa batal dikasih motor baru nih, abang,” sambung Aaron tanpa merasa dosa. Aika geram setengah mati.
Jadi, Aika udah ditipu?
Pantes Si Abang ikhlas ridho ngasih tuh motor ke Aika? Ternyata dia dapat ganti baru?
Wah, wah... rugi bandar dong, kalau kayak gini.
“Pak Boss--eh, Pak Suami!” Pada akhirnya, Aika langsung bergegas menghampiri Kairo saat itu juga. Demi untuk meminta ganti Rugi.
Bodo deh, Pak Bosnya lagi ngobrol sama sohibnya juga. Pokoknya, Aika harus minta ganti rugi.
“Ada apa Aika?” jawab Kairo yang lumayan kaget dengan panggilan istrinya itu.
Bukan apa-apa, istrinya ini memanggil Kairo udah kaya manggil Kang Sayur depan rumah. Kenceng banget! ‘Kan, Kairo kaget!
“Pokoknya Aika minta ganti rugi!”
Hah?
“Maksudnya?” Kairo bingung.
“Ya, gitu! Pokoknya, Aika minta ganti Rugi. Soalnya Pak Bos--eh Pak Suami pilih kasih!” Jawaban Aika membuat Kairo makin bingung.
“Pilih kasih? Apa?” Kairo tak mengerti.
“Iya, pilih kasih! Masa’ Abang Aaron dikasih motor baru. Sedangkan Aika dikasih remahannya. ‘Kan, Aika nggak ikhlas, Pak. Remahan rengginang enak buat temen makan nasi. Nah, remahan motor? Apa enaknya coba?” Aika mengadu dengan menggebu-gebu. Kairo makin kebingungan di tempatnya.
Tunggu-tunggu!
Ini maksudnya apa, sih? Apa hubungannya remahan rengginang sama remahan motor?
Kok, Kairo gak mudeng, ya? Lagipula, memang motor ada remahannya, ya? Baru denger, deh.
“Kamu ngomong apa sih, Ka?” tanya Kairo yang sudah merasa buntu mengartikan omongan Aika barusan.
“Ih ... Bapak mah, budek! Masa’ Aika udah ngomong panjang kali lebar dari tadi Bapak gak denger-denger. Kuping Bapak ada gajahnya, ya?” Aika malah makin meracau tak jelas. Kairo gemas luar biasa dibuatnya.
“Ck, maksud saya bukan gak denger omongan Kamu, Aika, tapi gak ngerti omongan Kamu!” Kairo mencoba bersabar menghadapi Istrinya yang memang terkenal gesrek ini.
“Masa’ gak ngerti? Padahal Aika ngomong pake bahasa manusia, loh, Pak. Bahasa Indonesia yang baik dan benar, lagi. Bukan bahasa satwa apalagi bahasa alien. Masak Bapak gak ngerti sih?”
Astaga! Jitak bini sendiri boleh gak, sih?
“Lagian, emang Bapak biasanya pake bahasa apa, sih? Bahasa tubuh? Lah, itu mah ntar malam aja, Pak. Jangan sekarang. Masih siang kali!” Kairo pun auto stress seketika.
Apalagi saat mendengar tawa renyah dari para teman-teman, yang ada di belakangnya. Rasanya Kairo ingin sekali menghilang saat itu juga. Bukan apa-apa. Dulu, Kairo sempat berkoar-koar kalau Kairo ini gak suka cewek berisik dan gak tahu sopan santun kayak Aika ini. Makanya Kairo tuh suka rada judes kalau dideketin cewe-cewe macem Aika ini. Kairo tuh lebih suka cewek kalem dari pada cewek rame. Apalagi modelan gesrek kayak Aika.
Ugh ... pokoknya bukan tipe Kairo banget, deh!
Kenyataannya, sekarang malah dia baru saja menikahi jenis cewek, yang paling dia haramkan deket dengannya. Kairo jadi kayak jilat ludah sendiri. Nggak heran kalau sekarang teman-temannya menertawakannya. Akan tetapi, bukan Kairo namanya kalau nggak bisa mengatasi cewek macam Aika ini. Secara dia, ‘kan, pernah jadi donjuan waktu di kampusnya dulu. Jadi, masalah naklukin cewek mah, udah biasa bagi Kairo. Alih-alih marah, atau membentak Aika, Kairo malah tersenyum miring dan menarik pinggang Aika hingga membentur tubuhnya sendiri. Aika langsung melotot tak terima.
“Bap ....”
“Sayang?”
Hah?
“Kamu mau minta apa tadi?” Kairo bertanya dengan lembut dan sedikit mendesah. Tak ayal, kini Aika yang kebingungan di tempatnya.
Ngapain lakinya jadi sok lembut begini, ya? Kesurupan apa gimana, sih?
“Mau apa tadi, hum?” Kairo mengulangi masih dengan suara lembut dan mendesahnya. Aika makin kebingungan.
“Motor.” Namun, tetap saja Aika menjawab tanya Kairo barusan dengan jujur.
“Motor?” ulang Kairo pengertian.
“Iya, Pak” jawab Aika polos.
“Motor apa?”
“Motor kayak Si Abang.”
Aha! Jadi Aaron nih, pasti masalahnya. Awas lo, ya, Ron!
“Motor kaya Aaron?” sambung Kairo meneruskan aksinya.
“Iya.” Aika menjawab polos seraya mengangguk pelan.
“Mau berapa, sayang?”
Hah? Mendengar itu, tentu saja mata Aika makin membulat terkejut. Dia tak menyangka, kalau ternyata ....
“Emang boleh minta lebih, Pak?” Aika bertanya girang seraya mengerjap dengan cantiknya.
“Boleh, dong!” jawab Kairo dengan yakin. Aika makin kegirangan.
“Beneran?”
“Bener!”
Wah... asik, nih! Ternyata lakinya baik juga, Euy.
“Tapi ....”
Eh, kok, ada tapinya?
“Nanti malam juga nambah, ya?” Kairo berbisik serta meniup hangat di bawah telinga Aika. Aika langsung merinding seketika.
“Mama!, Aika pengen pipis!” Aika berseru refleks.
Akhirnya, setelah lima jam berlalu. Aika pun sadar dari pengaruh obat biusnya. Semua orang langsung bersuka cita menyambutnya."Alhamdulilah ya Allah .... kamu sudah siuman, Nak," seru Mama Desi dengan gembira, seraya menciumi wajah Aika."Mamah, Mas Bos ....""Saya di sini," sela Kairo cepat, kala tahu Aika sedang mencarinya.Pria itu lalu mengambil tempat dibagian lain tempat tidur, seberangnya Mama Desi yang pastinya tidak ingin digantikan."Hai, honey. How do you feel?" sapa Kairo dengan sayang. Membelai dan mencium kening Aika lembut."Mas Bos, bayi kita ... mana?" lirihnya kemudian, meminta keyakinan pada sang suami tentang kondisi anaknya.Seketika senyum suka cita di ruangan itupun berganti dengan senyum sumir disertai sendu yang membayang. Mereka tidak tega memberitahukan kenyataan sebenarnya pada Aika."Ada. Mereka ada kok. Sedang di ruangan bayi." Kairo berusaha menjawab setegar mungkin.
*Happy Reading*Kairo menjatuhkan diri dengan sembarang di sebelah Aika, sambil mengusap kasar wajahnya yang penuh dengan peluh."Sudah puas?" tanya Kairo kemudian, melirik Aika yang tersenyum lebar dan langsung mengangguk cepat seraya memperlihatkan salah satu ibu jarinya ke hadapan wajah sang suami. Sementara tangan satunya lagi, memegang plastik bening berisi es sirup yang biasa dijual di pinggir jalan.Wanita satu ini, sejak hamil memang makin doyan jajan di pinggir jalan. Entah itu cilor, cilok, cilung, atau ci-ci yang lain. Pokoknya selama bentukannya jajanan dan adanya di pinggir jalan, pasti langsung dia borong.Kairo bahkan sudah lelah mendakwahi Aika tentang pentingnya gizi seimbang untuk triplet. Tapi, namanya bumil bebal, bisanya cuma manggut-manggut doang kek burung beo. Setelah itu, back to jajanan lagi tanpa merasa berdosa.Ah, Kairo hanya bisa pasrah."Mas Bos memang suami dan calon papa yang keren. Minum dulu Mas
Epilog*Happy reading*Kehamilan Aika bukan hanya menjadi kabar bahagia untuk Kairo seorang. Tetapi dua keluarga besar dan para pembaca novel ini yang memang tahu pasti perjuangan dua pasangan ini.Terima kasih sudah setia dengan mereka, ya? Terima kasih juga selalu mendukung dan memberikan suport pada author. Semoga kalian selalu sehat dan berkah berlimpah.Saat awal Kairo memberikan kabar kehamilan pada Mama Desi. Mama Desi pun langsung sujud syukur, setelah itu lari ke depan rumah demi menghentikan pedagang yang lewat dan memborong. Mama Desi mengadakan pengajian dadakan malam itu juga.Sementara Bunda Karina, langsung menyabotase acara Ken yang harusnya spesial untuk Rara seorang, jadi syukuran untuk kehamilan Aika.Tentu saja, Ken sempat merajuk awalnya. Namun, tidak berlangsung lama. Karena Rara akhirnya mau memberi kesempatan pada Dokter Obygn itu, dan bersedia membuka hatinya kembali untuk menerima cinta yang baru.&
Mas Bos 134*Happy Reading*Brak!"Aika?!"Sesampainya di Apartemen. Kairo langsung berseru mencari keberadaan Aika. Bahkan, tanpa sadar membanting pintu tadi."Aika?! Kamu di mana?!" Kairo berseru lagi, saat belum mendapatkan jawaban dari sang istri."Aik--" Seruan Kairo pun seketika terhenti di udara, saat membuka pintu kamar, langsung menemukan Aika sedang duduk bersandar di kepala ranjang sambil membenamkan wajah pada lipatan kakinya.Tidak tahu bagaimana tampang Aika sekarang. Yang jelas, Aika masih memakai baju tidur yang semalam, dan rambutnya pun masih terlihat acak-acakan seperti yang terakhir Kairo lihat saat pagi.Apa itu artinya Aika tidur lagi setelah Kairo pergi dan baru bangun? Sesiang ini? Berarti, wanita ini pasti belum mandi. Tapi kata Al ....Terserah saja. Saat ini, mengetahui kondisi Aika itu lebih penting. Namun, Kairo cukup lega melihat Aika baik-baik saja, tidak terlu
Mas Bos 133*Happy Reading*"Terima kasih untuk waktunya, Pak Kairo. Semoga kerja sama kita berjalan lancar.""Sama-sama, Bu. Itu juga yang menjadi harapan saya." Tanpa rasa curiga, Kairo menyambut uluran tangan rekan bisnisnya, yang baru saja mencapai kata deal untuk proyek baru mereka.Degh!Sedetik kemudian perasaan jengah pun langsung hadir, saat merasakan sebuah kode dari jabatan itu yang dilakukan wanita di depannya saat ini.Perlahan tapi pasti, Kairo segera melerai tautan tangan mereka."Bagaimana kalau setelah ini kita makan malam bersama, untuk merayakan kerja sama kita? Kebetulan jadwal saya sudah kosong dan katanya ada restauran baru buka di hotel dekat ini. Bagaimana? Anda mau kan?" Kode kedua sudah dilancarkan kembali.Kairo hanya tersenyum simpul sebelum berkata, "Terima kasih untuk undangannya. Tapi Maaf, saya tidak bisa menerimanya. Kebetulan setelah ini saya ada janji dengan istri saya." 
Mas Bos 132*Happy Reading*Brak!Kairo dan Alvaro sontak berjengit kaget. Saat tiba-tiba saja pintu ruangan itu di buka kasar dari luar. Pelakunya siapa lagi kalau bukan Aika, yang kabur dari kejaran Mama Desi akibat bikin konser dadakan di kamarnya.Kenapa sih, pada gak bisa banget liat Aika seneng dikit? Padahal dia kan cuma butuh hiburan saja. Dikata gak mumet apa harus dengerin nyinyiran orang selama ini?"Mas Bos Aika numpang tidur, ya? ucap Aika kemudian, seraya berlalu begitu saja ke arah kamar yang memang ada di sana. Tempat biasa Kairo tidur sejenak jika terlalu lelah.Tak ayal, kening Kairo pun berlipat dalam melihat kelakuan Aika barusan. Sudah datang bikin kaget orang, belum minta maaf udah main nyelonong saja. Ada apa dengan wanita itu?"Pak, haruskah saya batalkan meeting kita siang ini?" Seakan paham dengan situasi sang bos, Alvaro pun memberikan penawaran."Tidak usah. Kamu siapkan saja apa yang dib