Pak Gugun sedang asyik berbincang dengan Jayadi sambil mengawasi tukang menyelesaikan pekerjaan renovasi fila. Handphone Jayadi berbunyi. Telepon dari Jefri."Hallo, Bos. Ada kabar apa?" tanya Jayadi pada Jefri."Balik dulu ke sini, dong. Ada sesuatu yang penting ingin kubicarakan.""Sampaikan saja sekarang bagaimana, Bro?""Nggak bisa saudaraku. Aku ingin bicara langsung dan bertemu denganmu. Sulit untuk aku sampaikan lewat pembicaraan telepon.""Iya deh. Besok aku sampai di Jakarta.""Oke, Brother. Ditunggu ya."Setelah Jefri mengakhiri pembicaraan teleponnya, Jayadi bicara pada Pak Gugun."Pak Gugun, saya akan pergi sekarang soalnya saudara saya meminta saya kembali ke Jakarta. Ada sesuatu yang penting sepertinya.""Baik, Pak Jayadi. Biar saya bereskan dan rapikan semuanya besok.""Kalau masih ada perlu tambahan uang, bilang saja. Akan saya transfer ke rekening Pak Gugun.""Baik, Pak."Usai pembicaraan itu, Jayadi kembali ke homestay tempat dia menginap. Ia membereskan pakaian dan
Pagi hari Pak Gugun menghubungi Mr Jack dan mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Natasya. Pak Gugun telah menjelaskan semua pada Mr Jack tentang Bu Masna dan keluarganya. Mr Jack yang menunggu di ibu kota kabupaten sangat bahagia mendengar kabar itu. Ia menyuruh sopir menjemput Natasya ke desa wisata pantai. Ia ingin pertemuan dengan putrinya Natasya dilakukan di tempat dia menginap."Saya akan suruh sopir menjemput putri saya, Pak Gugun," kata Mr Jack saat ditelepon Pak Gugun."Baik, Mr. Izinkan Ibunya dan adiknya ikut, Mr," kata Pak Gugun."Ya, ya. Tentu. Saya akan sangat senang Bu Masna dan Nela ikut. Nanti akan saya antar lagi pulang ke sana. Pak Gugun juga boleh ikut.""Saya ada pekerjaan hari ini Mr." Pak Gugun ingat ada janji dengan Jayadi sebelum siang ini. Mungkin istri saya yang akan menemani mereka bertemu Mr.""Oke, Pak Gugun. Terimakasih atas bantuan dan kebaikan Pak Gugun selama ini.""Sama-sama, Mr."Pak Gugun menyampaikan pada Bu Anya, bahwa dia tak bisa ikut men
Bu Anya memperhatikan perbedaan wajah Pak Gugun dari biasanya usai pulang dari bepergian. "Wah, si bapak kelihatan senang sekali nampaknya," kata Bu Anya sambil meletakan secangkir kopi di meja untuk suaminya."Hehe, saya bawa banyak uang, Bu. Alhamdulillah kita dapat rezeki yang tak disangka-sangka.""Yang penting rezeki yang halal, Pak," kata Bu Anya sambil duduk di kursi yang ada di samping Pak Gugun."Rezeki halal dong, Bu. Tadi Mr Jack sudah menyelesaikan proses jual beli dengan si pembeli. Dia memberi saya uang seluruhnya tiga ratus juta, Bu.""Hah, banyak sekali." Bu Anya terkejut dengan jumlah uang sebanyak itu."Iya, Bu. Kata Mr Jack uang itu sebagai ucapan terimakasih pada kita yang telah menjaga fila dan makam Sindi." Saat menyebut nama Sindi, wajah Pak Gugun kembali berubah."Ada apa, Pak? Kok tiba-tiba jadi kurang bahagia gitu?" tanya Bu Anya penasaran dengan perubahan ekspresi suaminya."Nah, ini yang buat saya pusing, Bu.""Memang kenapa, Pak. Ada masalah lain lagi?""M
Sudah dua minggu proses renovasi fila milik Jayadi. Jayadi cukup puas dengan hasil renovasi walaupun belum rampung seluruhnya. Ia menyaksikan tukang yang sedang melakukan penggantian pagar dan pembangunan taman bagian depan. Jayadi menunggu Pak Gugun datang. Jayadi akan bertemu pemilik fila besok atau lusa. Mereka akan menyelesaikan urusan administrasi ke kantor notaris di ibu kota kabupaten. Jayadi berbicara pada tukang tentang bagaimana bentuk taman bagian depan.Tak beberapa lama kemudian Pak Gugun datang dengan sepeda motor. Ia tersenyum pada Jayadi. "Mister Jack sudah di bandara, Pak Jayadi.""Apa dia akan langsung ke sini, Pak Gugun?"Katanya sih, mau ke Bandung dulu. Nginap di sana semalam. Besok pagi dia baru ke sini Pak.""Ok, berarti kita lusa akan ke kantor notaris bersama dia.""Betul, Pak. Saya juga sudah bilang sama dia soal itu.""Semua barang-barang seperti tempat tidur, kursi, lemari, sofa dan yang lainnya sudah jadi dipesan, Pak?""Sudah, Pak Jayadi. Semua barang
Jayadi menikmati hari-harinya di desa wisata pantai. Ia merasa benar-benar terbebas dari beban rutinitas. Ia berusaha menikmati kebebasan hidupnya sendiri tanpa tuntutan dan tekanan dari siapapun. Jayadi dan Pak Gugun memperhatikan tiga orang tukang yang sedang bekerja memperbaiki fila. Ia sibuk menjelaskan perbaikan dan perubahan fila pada Pak Gugun. Jayadi ingin membuat fila itu betul-betul nyaman untuk dihuninya kelak."Pak Gugun, di halaman belakang fila ini sepertinya ada sebuah makam, Pak." Jayadi berbicara sambil duduk dengan Pak Gugun di sebuah batang mangga yang sudah tak terawat lagi. Mangga itu satu di antara dua mangga yang tumbuh di halaman depan fila. "Benar, Pak. Makam itu, makan kawan perempuan si pemilik fila. Ia meninggal saat pemilik fila ini masih sering tinggal di sini.""Apa bapak mau makamnya dipindahkan ke pemakaman umum di desa ini saja?""Tak usah dipindah, Pak. Cuma saya ingin makam itu dipagari dan dibentuk seperti taman kecil tersendiri." Jayadi melangkah
Sri Astuti menghubungi Bu Sudarmaji dari kampusnya. “Hai Rahma, kamu ada waktu siang ini?”“Ada dong. Memang aku ini wanita karir kayak kamu. Aku ini kan cuma ibu rumah tangga. Jadi kerjaannya ya di rumah.” Jawab Bu Sudarmaji diiringi tawa.“Uh, dasar banyak gaya si Nyonya Sudarmaji.”“Memang ada apa Sri?”“Aku mau bicara tentang satu hal.”“Wah, kayaknya dari nada suara kamu masalah serius ya.”“Pokoknya ketemu ya siang ini. Kita makan di restoran yang kemaren saja. Yang langganan kamu itu.”“Boleh. Terus kita langsung ketemuan di sana?"“Iya aku langsung ke sana saja. Sekarang aku lagi di kampus. Aku langsung dari kampus ke sana. Kamu boleh ajak Eline juga.”“Ya udah, sebentar lagi aku hubungi Eline.”“Ya udah, ya. Sampai ketemu di sana.”“Ya, oke.” Tutup Bu Sudarmaji.Setelah menelpon Bu Sudarmaji, Sri Astuti menelpon Lisa. Lisa menerima telepon tepat setelah selesai diskusi dengan Nia. Saat Nia keluar dari ruangan Lisa, handphonenya berbunyi. “Iya, Ma. Jadi kita ketemu sama Tante