Share

Bab 4 Mencoba Bangkit

Author: Alita novel
last update Last Updated: 2023-05-19 21:12:21

Setelah Mas Ragil berangkat kerja, aku melihat kembali pesan mesra dan foto-foto tidak senonoh yang di kirim Arum di hp Mas Ragil. Rasanya aku ingin mengunggah foto-foto ini sekarang juga di sosial media dengan menggunakan akun palsu. Toh, tidak akan ada yang tahu karena semua keluarga Mas Ragil tidak ada yang paham tentang IT.

Namun, otakku masih bekerja dengan waras. Perkataan Ibu setelah aku mantap menerima pinangan Mas Ragil kembali ternginag. Seberat apapun masalah kita, jangan sampai umbar aib suami. Kecuali jika tidak ada lagi orang yang bisa di mintai pertolongan.

Dalam hal ini, aku masih punya Ibu dan adik laki-lakiku yang bernama Satrio. Hanya saja aku tidak mau membebani Ibu dengan masalah rumah tanggaku di usia senja.

"Ibu. Telpon." Perkataan Mawar yang tengah bermain balok bekas milk keponakan Mas Ragil berhasil menarik perhatianku.

Nama Satrio tertera di layar ponsel. Kuseka tangis yang mengalir tanpa kusadari agar Satrio tidak curiga. Jariku lalu menekan tombol hijau.

"Halo. Assalamulaiakum Yo."

"Waalaikumsalam mbak." Jawab Satrio dengan antusias.

"Aku ada kejutan untuk Mbak Bunga dan Mawar." Kata Satrio yang membuat keningku berkerut bingung.

"Kejutan apa Yo? Apa kamu titipkan ke Ibu?" Tanyaku penasaran.

"Buka pintunya sekarang mbak. Ada paket di depan."

Karena penasaran dengan perkataan Satrio, aku berjalan menuju pintu depan lalu membuka pintu yang tertutup. Saat membuka pintu, Satrio sudah berdiri dengan membawa sebuket bunga di tangannya.

"Assalamualaikum." Sapa Satrio lalu memeluk tubuhku.

"Waalaikumsalam." Aku balas memeluk tubuh adik laki-lakiku itu.

Tanpa terasa air mataku sudah mengalir. Tidak lama kemudian suara isak tangis keluar dari bibirku. Untuk mengeluarkan segala beban yang selama ini aku tahan. Satrio yang mendengar suara tangisku semakin mengerat pelukannya.

"Ayo kita masuk dulu mbak. Nanti di dalam Mbak Bunga bisa menangis sepuasnya." Aku menganggukan kepala lalu mengurai pelukan kami.

Ternyata Satrio membawa banyak barang. Ada beberapa mainan boneka untuk Mawar, buah-buahan dan masih banyak lagi barang yang lain.

"Duduk dulu Yo. Mbak minta maaf karena menangis waktu kamu baru datang." Ujarku setelah pelukan kami terlepas. Satrio justru menggelengkan kepalanya.

"Mbak nggak perlu minta maaf. Justru itu tujuanku datang kesini secara mendadak. Aku mau melihat keadaanmu dan Mawar. Ibu sudah sejak lama khawatir dengan keadaan kalian. Rencananya hari ini Ibu yang datang kesini. Tapi, aku mengajukan diri agar Ibu tidak kelelahan. Sekarang aku mau melihat Mawar mbak. Aku mau melakukan video call dengan Ibu."

Aku hanya bisa menundukan kepala. Memang sudah sejak lama aku tidak melakukan video call dengan Ibu. Hal itu aku lakukan agar Ibu tidak melihat kondisi Mawar yang semakin memprihatinkan.

Tanpa menungguku lebih dulu, Satrio sudah beranjak ke ruang tengah. Aku berjalan mengikutinya dari belakang. Langkah Satrio berhenti saat melihat penampilan Mawar yang memakai kaos dan celana kebesaran karena tubuhnya yang memang sangat kurus.

"Ya Allah Mawar." Satrio sudah jongkok menghadap ke arah Mawar.

"Mawar ingat sama Paklek?" Mawar menatap Satrio dengan pandangan bingung.

"Ini Paklik Satrio. Adiknya Ibu. Salim dulu sama Lik Satrio sayang." Aku meraih tangan Mawar. Namun, putriku sudah menepisnya.

"Aku cuma mau sama Ibu. Lik Yo adiknya Bapak juga." Aku menggelengkan kepala. Tahu kenapa Mawar bisa bersikap seperti ini.

"Lik Yo beda sama Pakde Budi dan Bude Yuni. Lek Yo cuma adiknya Ibu. Jadi, Lek Yo itu orang baik." Jelasku sesederhana mungkin agar Mawar mengerti.

"Ibu benar. Lek Yo orang baik. Buktinya Paklek bawa boneka yang banyak untuk Mawar." Kata Satrio berusaha menarik perhatian putriku. Mata bulat Mawar seketika membesar saat melihat salah satu mainan boneka yang sudah di keluarkan dari wadahnya.

Tangan kecilnya lalu menerima boneka yang berbentuk beruang kecil itu. Dalam sekejap. Satrio sudah akrab dengan Mawar. Hingga waktu makan siang akhirnya tiba. Satrio melakukan panggilan video call dengan Ibu. Aku dan Ibu sama-sama menangis untuk melepas rindu. Apalagi saat Ibu melihat kondisi Mawar melalui layar ponsel Satrio.

"Kamu nggak boleh diam saja saat di jahati jika itu sudah berkaitan dengan anak nduk."

"Tapi, aku takut Bu. Aku sama sekali nggak pegang uang jika mau bercerai dari Mas Ragil." Aku bisa merasakan tangan Satrio yang merangkul bahuku.

"Kamu nggak perlu takut. Karena itulah belajar usaha dari sekarang. Ibu juga tidak memintamu untuk memutuskan bercerai saat ini juga nak. Tapi, kamu perlu memberi pelajaran pada mereka. Seraya berdoa agar sikap Ragil suatu saat bisa berubah."

"Lalu apa yang harus aku lakukan Bu?" Tanyaku lagi. Karena pikiranku sudah benar-benar buntu.

Ibu lalu mengatakan rencananya yang akan melibatkan Satrio. Awalnya aku sempat keberatan karena tidak ingin Satrio merasa terbebani dengan masalahku. Tapi, adikku itu meyakinan dia masih bisa membantu karena Satrio belum ada tanggungan apapun. Yaitu istri dan anak.

***

"Waaah. Ada ikan." Mawar bertepuk tangan senang melihat ikan kakap di atas meja.

Ini pertama kalinya Mawar makan ikan selain di bulan puasa atau saat lebaran. Gadis kecilku itu sudah duduk di pangkuan pakleknya. Mulutnya makan dengan lahap.

Tok... tok... tok...

"Bunga buka pintunya." Itu suara teriakan Ibu mertuaku. Jika dia datang kesini pasti ada saja masalah yang akan di bawa.

"Aku tinggal dulu ya Yo. Tiitip Mawar sebentar."

"Iya mbak."

Aku segera membuka pintu depan agar Ibu berhenti berteriak. Ternyata tidak hanya Ibu mertua yang datang. Tapi, juga Mbak Sindi dan Mbak Yuni, kakak kedua dan kakak ketiga Mas Ragil.

PLAK

Tamparan keras langsung mendarat di pipi kananku hingga membuat langkagku sedikit terhuyung. Mbak Sindi dan Mbak Yuni terlihat puas sekali saat melihat aku di tampar oleh Ibu mereka.

"Apa maksudnya ini Bu? Kenapa Ibu sampai menampar aku?"

"Kamu masih tanya kenapa? Apa kamu nggak punya malu bawa pria lain masuk ke dalam rumah saat Ragil sedang bekerja hah?" Teriakan ibu membuat tetangga di sekitar rumah seketika keluar dari rumah mereka.

"Aku nggak bawa pria lain masuk ke rumahku." Bantahku tegas. Ku tahan air mata yang hampir jatuh agar tidak mengalir. Aku sudah tidak ingin lagi terlihat lemah di depan mereka.

"Jangan bohong kamu Nga. Itu buktinya ada mobil selingkuhan kamu di depan." Tunjuk Mbak Sindi ke arah mobil berwarna putih yang baru kusadari keberadaannya.

"Ayo kita masuk sekarang. Berani sekali si Bunga selingkuh saat Ragil kerja." Kata Ibu mertua yang mendorong tubuhku di dorong hingga menabrak pintu.

Ibu mertuaku masih terus mengomel hingga ia berhenti di ruang makan yang merangkap sebagai dapur. Begitu juga dengan Mbak Sindi dan Mbak Yuni.

"Eh ada Satrio." Ibu mertuaku tersenyum lalu menyalami Satrio dengan senyum mengembang.

"Iya ini saya. Bukan selingkuhannya Mbak Bunga." Jawab Satrio dengan nada datar.

"Kalau bisa jangan teriak-teriak ya Bu. Kasihan Mawar sampai ketakutan seperti ini. Anak kecil pasti mengira dia yang di bentak."

"Siapa juga yang lagi membentak Mawar. Kamu ini yang terlalu berlebihan Yo." Jawab Mbak Sindi tidak terima.

"Aku tidak mengatakan jika kalian membentak Mawar. Suara teriakan kalian yang membuat Mawar takut karena mengira dia sedang di bentak. Apa kuping Mbak Sindi itu budek?"

Ibu mertuaku menahan tangan Mbak Sindi agar tidak bicara lagi. Beliau lalu duduk di balik meja makan. "Ini semua kamu yang belikan Yo." Tunjuk Ibu Mas Ragil ke arah meha.

"Iya. Soalnya Mawar termasuk kurang gizi. Maklum gaji Mas Ragil yang cuma empat juta itu masih harus di bagi sama Ibu dan kakak-kakaknya. Jadi, gizi anaknya sendiri terabaikan." Sindiran Satrio telak yang membuat wajah Ibu mertuaku berubah warna menjadi merah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kakak mu yg tolol dan mampunya mengangkang dan menye2. udah tau suami selingkuh malahan cuman menangis.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 99 End

    Lima tahun kemudian waktu sudah berlalu begitu cepat. Budi tidak pernah lagi bertemu dengan Tina. Karena desakan Pak Harto Budi sudah menceraikan Tina satu tahun setelah kepergian mantan istrinya itu. Budi juga sudah menikah dua kali. Sayangnya selalu gagal karena istri kedua dan ketiga Budi sama-sama tidak tahan dengan sifat Budi yang tempramen. Di tambah dengan sikap Arga dan Pak Harto yang sangat mengesalkan.Tina mengajak Arum dan Sofia pindah keluar pulau setelah Arum bebas dari penjara. Karena Sinta kukuh ingin menghukum Arum dan Andi, maka Arum di jatuhi hukuman selama dua tahun. Di luar pulau itulah Tina memulai usaha warung tegal bersama dengan Arum dan Sofia. Membuat hubungan Tina dengan Arum dan Sofia menjadi semakin dekat. Begitu juga dengan hubungan Arum dan Sofia yang sudah sangat erat.Ragil dan Bu Jumi sudah bebas dari penjara. Tabungan emas yang sempat di buat Ragil di tambah dengan menjual mobil cukup untuk melunasi kredit rumahnya. Kini hanya ada motor second yang m

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 98 Reuni

    Tubuh Tina terasa lemas saat polisi yang bertugas mengatakan jika Arum memang di tangkap karena menjadi wanita penghibur. Kasusnya adalah perselingkuhan dan perzinahan. Tidak hanya Arum yang di tangkap. Tapi, juga beberapa wanita lain yang berprofesi sebagai penghibur. Siska yang merupakan bos Arum berhasil melarikan diri agar tidak di mintai uang oleh Sinta, istri Andi yang memergoki Arum dengan suaminya.Karena Tina sudah mengirim pesan pada pengirim kontrakan akan mengubah jam pertemuan menjadi nanti malam, dia bisa pergi ke rumah tahanan tempat Arum kini di tahan. Tina tahu jika anak bungsunya memang bersalah. Tapi, sebagai seorang Ibu wanita itu tidak mau Arum masuk penjara seperti yang di alami oleh Ragil dan Bu Jumi.Untung saja sopir taksi mau menemaninya terus dan masih menunggu saat Tina masuk ke dalam rumah tahanan. Wanita itu mengisi daftar pengunjung lalu masuk ke dalam ruang tunggu. Disanalah ia akhirnya bisa bertemu dengan Arum setelah sekian bulan Ibu dan anak itu tida

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 97 Bantuan Satrio

    Dua hari kemudian Bunga benar-benar menghubungi Tina lagi. Tapi, bukan untuk memberi tahu tentang lokasi Arum. Melainkan Bunga mengirim nomor kontak Satrio karena akan lebih baik jika Tina berhubungan secara langsung dengan adik laki-laki Bunga itu. Karena ada kemungkinan Arum berpindah lokasi.Hari demi hari sudah berlalu. Tina tetap bersikap seperti biasa. Tidak ada barang yang ia masukan ke dalam koper. Karena Tina berniat untuk meninggalkan semua barangnya di rumah ini. Sama seperti yang di lakukan Bunga dulu agar bisa kabur dengan lebih mudah. Tina juga sudah memesan tiket pesawat secara online untuk keberangkatan siang hari. Karena hanya di waktu itulah Budi tidak ada di rumah.Jika ia pergi sampai sore atau malam hari, Arga dan Pak Harto juga tidak akan peduli dengannya. Mungkin saat Budi pulang ke rumah mereka baru akan mencarinya. Karena itulah kesempatan Tina sangat terbuka lebar untuk pergi. Dia hanya perlu mengambil buku tabungan yang di sembunyikan Budi di dalam toko swal

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 97 Maaf dari Tina

    Pagi ini Tina melaksanakan niatnya untuk pergi ke rumah Bu Rati menemui Bunga. Ia pergi setelah tidak ada orang lagi di rumah. Sehingga Tina tidak perlu menjelaskan alasannya pergi menemui Bunga setelah sekian lama mereka tidak pernah berhubungan lagi. Ia juga takut jika Budi akan melarangnya pergi menemui Bunga. Mengintat pertemuan terakhir mereka yang berakhit dengan pertengkaran dengan keluarga Bunga.Motor yang di kendarai Tina sudah berhenti di halaman rumah yang kini sudah tidak seluas dulu. Karena ada warung di sisi kanan halaman dan ruko untuk bimbingan belajar di sebelah kiri. Tampak beberapa orang yang tengah membeli jajanan pasar pada Asih. Tidak terlalu ramai, tapi beberapa orang terus berdatangan. Terlihat jajanan pasar dan gorengan yang di jajakan tinggal sedikit. Anak-anak juga bermain di teras ruko atau di halaman rumah tempat beberapa permainan berada.Tina turun dari motor lalu melepaskan helm yang di pakai. Ia masih memakai masker untuk menutup wajah saat melangkah

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 96 Tina dan Arum

    Hp yang ada di tangan Tina terjatuh saat ia melihat semua pesan yang di kirim pada Arum sudah berubah menjadi centang biru. Kelopak matanya mengerjap tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat. Buru-buru Tina meraih hpnya lagi. Memang benar nomor telpon Arum sudah aktif pagi ini. Hanya saja dari banyaknya pesan yang sudah ia kirim pada sang putri, tidak ada satu pun yang di balas. Tina kembali mengirim pesan untuk anak bungsunya itu. Sayangnya nomor telpon Arum sudah mati lagi. Membuat hatinya kembali merasa sedih. Sedetik kemudian Tina sudah menggelengkan kepalanya.“Tidak masalah. Dengan aktifnya hp Arum, aku bisa meminta bantuan untuk melacak lokasi terakhirnya.” Tina lalu memasukan hp dan dompet ke dalam tas. Ada tempat yang ia ingin kunjungi hari ini.Siang ini ia hanya sendirian saja di rumah. Budi sedang pergi bekerja. Sedangkan Pak Harto pergi bersama Arga entah kemana. Menghabiskan waktu berduaan dengan Kakungnya lalu pulang dengan membawa banyak barang. Padahal Arga bukan

  • Sikap Suami Yang Berbeda Padaku   Bab 95 Penangkapan

    "Ap, apa yang sedang kamu lakukan disini? Kenapa satpam mengijinkan orang lain masuk tanpa seijin dariku dulu. Aku akan complain pada manajemen gedung ini." Arum hendak segera menutup pintu kamarnya. Tapi, sudah di tahan oleh satpam sehingga Sinta bisa masuk dengan lebih leluasa. Meninggalkan Arum yang masih berdiri di belakang pintu apartemen itu."Jawabannya gampang. Karena hotel ini milik pamanku. Apa Mas Andi tidak pernah memberi tahu tentang harta kekayaan keluargaku? Apa dia hanya menyombongkan tentang gajinya yang di gunakan untuk membayiai kebutuhanku sebagai istri sahnya?" Tanya Sinta dengan nada sombong yang bisa mengatakan dengan tepat apa yang selalu di ucapkan oleh Andi padanya selama ini.Badan langsingnya melenggang santaidengan suara sepatu hak tinggi yang terdenagr keras. Sinta lalu duduk di sofa. Sama sekali tidak terlihat jika Sinta baru melahirkan satu minggu yang lalu. Karena badannya terlihat sangat ramping. Membuat Arum merasa sedikit iri dengan bentuk tubuh pro

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status