Share

Bab 5

Author: miraw
last update Last Updated: 2022-07-19 07:11:02

Suara jam dinding terus berbunyi, bau khas dari obat - obatan menguar kuat. Di pojokan brankar UKS sana terdapat seorang gadis yang tertidur lelap. Hujan telah berhenti, menyisakan setitik embun diujung daun yang terus membasahi bumi. Tangan lelaki itu terus tergerak untuk mengelus surai gadisnya, mata yang biasanya menatapnya tajam dan penuh kemarahan kini tengah terpejam. Nalendra tersenyum sambil memainkan sehelai rambut Leana, "Baby, apa yang kau lakukan padaku?" gumamnya dengan tatapan yang tidak berhenti menatap wajah damai gadisnya, "Mengapa aku bisa mencintaimu sampai seperti ini, rasanya aku bisa gila jika kau pergi." lirih lelaki itu, mata tajam sebiru lautan yang tidak pernah ada orang yang berani menatapnya kini meneteskan air matanya. Ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa kehadiran seorang Leana.

Tidak peduli gadisnya mencintainya atau tidak, itu tidak penting. Jika Leana tetap bersamanya, itu sudah lebih dari cukup.

Nalendra tersentak ketika mendapati raut wajah Leana yang seketika berubah, sepertinya gadisnya tengah mimpi buruk. Tangannya beralih mengusap pelan air mata Leana, bahkan dalam tidur pun gadisnya menangis. Merasakan usapan pada matanya, seketika mata tajam hitam pekat itu terbuka yang membuat Nalendra tersenyum. "Baby sudah bangun?"

Leana tidak menjawab, dan dengan kasar ia menepis tangan lelaki itu. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Leana sambil berusaha untuk bangkit, namun nyeri dipunggungnya sungguh menyiksanya.

"Menjemput tunanganku," jawab Nalendra santai sambil membantu gadisnya untuk bangkit namun lagi - lagi hanya penolakan yang ia dapat. Nalendra menekan luka di punggung Leana, kemudian mendorongnya yang membuat gadis itu memekik kaget namun dengan sigap Nalendra segera menangkapnya. "Apa yang kau lakukan bego?!" pekik Leana yang membuat Nalendra segera menyumpal mulut gadisnya dengan saputangan.

"Hmpptt hmpptt," Leana meronta kuat, dalam dekapan lelaki itu. Hatinya memanas melihat senyum penuh kepuasan dari lelaki itu. Nalendra melangkah keluar UKS dengan Leana yang berada dalam dekapannya. Senyumnya tidak pudar sedikitpun, ketika melihat bagaimana gadisnya meronta dan tidak berdaya.

Leana berusaha menggapai saputangan yang meyumpal mulutnya sekuat tenaga. Meski tangannya tidak diikat, namun lelaki itu seperti mengunci tangannya. Tatapan dari para mahasiswa lain bahkan sudah ia acuhkan, terserah orang - orang menganggapnya seperti apa.

Sampai parkiran Nalendra membuka pintu mobilnya lalu mendudukkan Leana dengan hati - hati. Merasa tangannya bebas, dengan cepat Leana mengambil saputangan di mulutnya dan melemparnya kasar. "Dasar gila!" gumamnya dan dengan cepat ia membuka pintu mobil, namun apa ini terkunci?

Leana menatap Nalendra tajam, namun lelaki itu hanya menunjukkan senyumannya. "Buka!"

"Buka pintunya Al!" teriak Leana kesal sambil terus berusaha membuka pintu mobil yang telah dikunci itu. Entah bagaimana lelaki itu sudah berada disampingnya ketika ia membuka mata. Lalu dimana Hellena?

"Jangan mimpi!" ujar Nalendra datar dan segera menancap gas meninggalkan area kampus.

"Aku hanya meminta waktu sehari untuk tidak diganggu Al, bahkan sekarang aku telah melewatkan kuliahku!" teriak Leana kesal, bertemu dengan lelaki itu di pagi hari sungguh membuatnya harinya selalu buruk.

"Shut up!" desis Nalendra seraya menatap Leana tajam, iris biru lelaki itu seakan menusuk netranya. "Aku sudah cukup sabar menghadapi sikapmu hari ini!" ujar lelaki itu sambil menambah kecepatan mobilnya, gadisnya sungguh menguji kesabarannya. "Kebebasan? Huh, kau tidak akan pernah mendapatkannya selama aku masih bernafas!" smirk lelaki itu sambil terus menambah kecepatannya.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku membunuhmu saja?" gumam Leana pelan, namun nampaknya masih terdengar nyaring ditelinga lelaki itu.

"Kau tidak akan bisa melakukannya, tidak akan pernah!" jawab Nalendra sambil tertawa.

Leana mendengus dan melihat keluar jendela, dan seketika ia terkejut. Ia kira lekaki itu akan membawanya pulang ke rumah.

"Itu juga rumahmu by," jawab Nalendra, seperti bisa membaca pikiran gadisnya.

"Aku tidak mau!"

"Aku tidak meminta persetujuanmu!"

Mobil itu terus melaju dan mengarah ke sebuah mansion megah di tepi laut, Leana memilin ujung bajunya. Nafasnya tidak beraturan, rasanya sesak. Ingatan tentang bangunan megah itu sungguh buruk. Jangankan memasukinya, menginjakkan kakinya disana saja rasanya ia tidak sudi.

"Kita sampai, ayo by!"

Nalendra turun dan membukakan gadisnya pintu mobil, lalu mengulurkan tangannya pada Leana. Namun gadis itu bergeming, matanya melirik sekitar dengan teliti. Ramai sekali pengawal disini, dan itu menyulitkannya untuk kabur.

Leana melirik sekitar lalu menatap uluran tangan Nalendra, lelaki itu tersenyum lalu berkata, "Jangan sok pintar by, aku tau apa yang kau pikirkan sekarang!" ujarnya lalu menarik paksa Leana untuk keluar dari mobil. Gadis itu tidak menanggapinya dan mengikuti langkah besar lelaki itu dengan kaki yang bergetar.

Kenapa semuanya harus ia lakukan secara terpaksa, tidak adakah yang ingin mengetahui apa yang ia inginkan sebenarnya?

"Cepat! Atau aku yang akan menyeretmu!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 19

    Suara tembakan revolver itu menggema di keheningan malam, dan detik itu juga seorang lelaki melompat dari bukit tersebut. Meninggalkan seorang gadis yang baru saja ia nyatakan cintanya, tengah merintih kelu sembari mencengkram erat lengan kanannya yang terkena timah panas."Arghh..." rintih Leana terduduk sambil menutup lukanya dengan jas pemberian Melvian, dan tanpa ia sadari ada sepasang mata yang menatapnya tajam penuh intimidasi.Nalendra tersenyum smirk dan menaruh revolvernya kembali, setelah menyelamatkan lelaki itu dengan beraninya gadisnya memeluk jas dari lelaki lain. "Bitch!" desis Nalendra tajam dan merampas kasar jas tersebut lalu membuangnya asal. Tangannya terangkat menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik yang tengah merintih itu, namun tak ada setetes liquid bening yang jatuh. Harus ia akui, jika Leana seorang gadis yang tangguh. "Why baby?" bisik Nalendra rendah sambil mengelus puncuk kepala gadisnya lembut, nafasnya yang hangat dan teratur menerpa per

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 18

    Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan dua insan berbeda usia itu saling berbincang ramah. Berbalut jas hitam yang terlihat pas ditubuh tegapnya, Nalendra begitu terlihat menawan dengan tatapan biru safirnya yang tajam. Rafa tidak berhenti menyunggingkan senyumnya kala melihat calon menantunya yang menenteng banyak paper bag dan tentunya dari merk yang terkenal."Masuklah Al, Lea ada dikamarnya."Tanpa menjawabnya Nalendra melangkahkan kakinya dan berjalan menuju kamar gadisnya, namun sebelum itu ia menaruh paper bag itu di atas meja sembari tersenyum sinis menatap Rafa. Ia mengambil salah satu paper bag, dan menatapnya lembut. Ini adalah hadiah spesial untuk gadisnya.Sampai di ambang pintu Nalendra menghentikan langkahnya, aroma parfum yang begitu menguar sangat mengusik indera penciumannya. Lelaki itu tersenyum smirk, lalu menoleh kesamping. Menatap Emely yang memandangnya penuh takut, lalu wanita paruh baya itu memasuki kamarnya dan mengunci pintunya."Berani kau bermain-main den

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 17

    "Wtf, kenapa lo harus secantik ini Lea?" gumamnya sendiri sembari memperhatikan dirinya di cermin, lekukan tubuhnya terpahat sempurna dalam balutan one shoulder dress hitam yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih.Gadis itu terkikik geli seraya memutar tubuhnya perlahan, sudah lama ia tidak memakai dressnya dan tidak disangka jika balutan dress ini mampu membuatnya terlihat lebih dewasa. Leana menyisir rambutnya perlahan, sepertinya disisir biasa tidak akan sepadan dengan dressnya. Gadis itu tampak berpikir sejenak, dan ekor matanya melirik catokan curly di meja riasnya dan ia tahu apa yang harus di lakukan."Kencan, kencan, kencan lalalala..." Senandung kecil terus mengalun indah, tangannya dengan lihai memberikan sentuhan make-up di wajahnya. Leana memperhatikan dirinya sejenak di cermin, satu kata yang dapat ia berikan. "Sempurna!""Ayo Lea, tunjukin pesona lo pada si Melvian!"Tangannya mengambil ponsel untuk membalas pesan dari Melvian yang katanya akan menjemputnya lan

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 16

    Pintu tertutup sempurna, meninggalkan Nalendra yang mematung di tempat. Gadisnya begitu keras kepala, ia terkekeh pelan sambil meraup wajahnya kasar. Gadis kecilnya yang lugu telah berubah menjadi singa betina, dan itu tentu saja berkat dirinya. Nalendra melangkahkan kakinya dan kembali duduk, seraya menyalakan sebatang nikotin pikirannya menerawang jauh memikirkan apa yang telah berlalu. "Lo terlalu membiarkannya berkeliaran bebas!" celetuk seseorang membuat Nalendra menoleh dan menatap lelaki yang berdiri di ambang pintu itu datar. "Bukan urusan lo!" sahut Nalendra acuh.Defrizal terkekeh lalu duduk di hadapan Nalendra dan menuangkan segelas wine. "Lo terlalu larut dalam peran, dan jangan sampai lo lupa tujuan awal kita!" peringatnya menatap Nalendra serius. Nalendra tidak menjawab, ia terus menyesap sebatang nikotin yang berada di sela jarinya sembari menatap lurus ke jendela. Kata-kata yang di lontarkan oleh Defrizal tidak salah, namun ia benci jika mengingat semua itu."Tapi d

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 15

    "Aww perih by!" Plak!"Sakit by, kok malah di geplak sih?" gerutu Nalendra ketika Leana malah memukul tangannya yang sedang diobati itu. Leana membanting kotak obat itu dengan kasar, telinganya panas ketika mendengar segala rengekan yang keluar dari mulut seorang Nalendra. Rasanya ia menyesal telah menghentikan lelaki itu, kenapa tadi ia tidak pergi saja?"By kok berhenti sih? Ayo obatin lagi, sakit nih tangan aku!""Bacot anjing!" gumam Leana kesal sambil mengacak rambutnya kasar, sepertinya Nalendra benar-benar mengidap gangguan bipolar. Leana menoleh ketika merasakan lelaki itu yang menatapnya intens, "Keceplosan!" ujarnya cepat ketika mengetahui apa yang akan dikatakan oleh lelaki dihadapannya ini. Terdengar helaan nafas kemudian Nalendra tersenyum, ia senang ketika gadisnya mengetahui kesalahannya. "Kalau sakit ngapain masih dilakuin? Bego si jadi orang!" gerutu Leana sambil mengisi kapas ditangannya dengan obat merah. Tangan Nalendra cukup bengkak dengan darah yang sedikit ke

  • Siksa Dendam Perjodohan   Bab 14

    Leana menoleh dengan smirk nya yang masih terpatri, gadis itu mendekatkan wajahnya dan berbisik pelan di telinga seorang gadis yang meringkuk ketakutan. "Lo selamat sekarang Riana, tapi nggak tau deh nanti!" kekeh Leana seraya memasukkan pisaunya ke sakunya kembali."Kamu tuli Leana?""Saya nggak tuli pak!" seru Leana cepat sembari menghampiri seorang lelaki yang sudah meneriakinya itu. Lelaki itu tersenyum miring menatap mahasiswi nya yang cukup urakan itu. "Ikut ke ruangan saya sekarang!"Leana mendengus dan berjalan cepat mendahului lelaki itu. Telinganya sungguh panas mendengar segala desas-desus mengenai dirinya dari mulut tajam penghuni kampus yang menyaksikan dirinya. Leana tersenyum miring seraya menatap satu persatu mahasiswa yang menatap dirinya secara terang-terangan.Merasa di tatap demikian tajam oleh Leana, semua para masiswa seketika mengalihkan pandangannya dan berlalu pergi dari sana. Sementara seorang gadis yang masih terduduk di lantai secara mengenaskan itu mengep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status