Share

Bab 5

Suara jam dinding terus berbunyi, bau khas dari obat - obatan menguar kuat. Di pojokan brankar UKS sana terdapat seorang gadis yang tertidur lelap. Hujan telah berhenti, menyisakan setitik embun diujung daun yang terus membasahi bumi. Tangan lelaki itu terus tergerak untuk mengelus surai gadisnya, mata yang biasanya menatapnya tajam dan penuh kemarahan kini tengah terpejam. Nalendra tersenyum sambil memainkan sehelai rambut Leana, "Baby, apa yang kau lakukan padaku?" gumamnya dengan tatapan yang tidak berhenti menatap wajah damai gadisnya, "Mengapa aku bisa mencintaimu sampai seperti ini, rasanya aku bisa gila jika kau pergi." lirih lelaki itu, mata tajam sebiru lautan yang tidak pernah ada orang yang berani menatapnya kini meneteskan air matanya. Ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa kehadiran seorang Leana.

Tidak peduli gadisnya mencintainya atau tidak, itu tidak penting. Jika Leana tetap bersamanya, itu sudah lebih dari cukup.

Nalendra tersentak ketika mendapati raut wajah Leana yang seketika berubah, sepertinya gadisnya tengah mimpi buruk. Tangannya beralih mengusap pelan air mata Leana, bahkan dalam tidur pun gadisnya menangis. Merasakan usapan pada matanya, seketika mata tajam hitam pekat itu terbuka yang membuat Nalendra tersenyum. "Baby sudah bangun?"

Leana tidak menjawab, dan dengan kasar ia menepis tangan lelaki itu. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Leana sambil berusaha untuk bangkit, namun nyeri dipunggungnya sungguh menyiksanya.

"Menjemput tunanganku," jawab Nalendra santai sambil membantu gadisnya untuk bangkit namun lagi - lagi hanya penolakan yang ia dapat. Nalendra menekan luka di punggung Leana, kemudian mendorongnya yang membuat gadis itu memekik kaget namun dengan sigap Nalendra segera menangkapnya. "Apa yang kau lakukan bego?!" pekik Leana yang membuat Nalendra segera menyumpal mulut gadisnya dengan saputangan.

"Hmpptt hmpptt," Leana meronta kuat, dalam dekapan lelaki itu. Hatinya memanas melihat senyum penuh kepuasan dari lelaki itu. Nalendra melangkah keluar UKS dengan Leana yang berada dalam dekapannya. Senyumnya tidak pudar sedikitpun, ketika melihat bagaimana gadisnya meronta dan tidak berdaya.

Leana berusaha menggapai saputangan yang meyumpal mulutnya sekuat tenaga. Meski tangannya tidak diikat, namun lelaki itu seperti mengunci tangannya. Tatapan dari para mahasiswa lain bahkan sudah ia acuhkan, terserah orang - orang menganggapnya seperti apa.

Sampai parkiran Nalendra membuka pintu mobilnya lalu mendudukkan Leana dengan hati - hati. Merasa tangannya bebas, dengan cepat Leana mengambil saputangan di mulutnya dan melemparnya kasar. "Dasar gila!" gumamnya dan dengan cepat ia membuka pintu mobil, namun apa ini terkunci?

Leana menatap Nalendra tajam, namun lelaki itu hanya menunjukkan senyumannya. "Buka!"

"Buka pintunya Al!" teriak Leana kesal sambil terus berusaha membuka pintu mobil yang telah dikunci itu. Entah bagaimana lelaki itu sudah berada disampingnya ketika ia membuka mata. Lalu dimana Hellena?

"Jangan mimpi!" ujar Nalendra datar dan segera menancap gas meninggalkan area kampus.

"Aku hanya meminta waktu sehari untuk tidak diganggu Al, bahkan sekarang aku telah melewatkan kuliahku!" teriak Leana kesal, bertemu dengan lelaki itu di pagi hari sungguh membuatnya harinya selalu buruk.

"Shut up!" desis Nalendra seraya menatap Leana tajam, iris biru lelaki itu seakan menusuk netranya. "Aku sudah cukup sabar menghadapi sikapmu hari ini!" ujar lelaki itu sambil menambah kecepatan mobilnya, gadisnya sungguh menguji kesabarannya. "Kebebasan? Huh, kau tidak akan pernah mendapatkannya selama aku masih bernafas!" smirk lelaki itu sambil terus menambah kecepatannya.

"Kalau begitu, bagaimana jika aku membunuhmu saja?" gumam Leana pelan, namun nampaknya masih terdengar nyaring ditelinga lelaki itu.

"Kau tidak akan bisa melakukannya, tidak akan pernah!" jawab Nalendra sambil tertawa.

Leana mendengus dan melihat keluar jendela, dan seketika ia terkejut. Ia kira lekaki itu akan membawanya pulang ke rumah.

"Itu juga rumahmu by," jawab Nalendra, seperti bisa membaca pikiran gadisnya.

"Aku tidak mau!"

"Aku tidak meminta persetujuanmu!"

Mobil itu terus melaju dan mengarah ke sebuah mansion megah di tepi laut, Leana memilin ujung bajunya. Nafasnya tidak beraturan, rasanya sesak. Ingatan tentang bangunan megah itu sungguh buruk. Jangankan memasukinya, menginjakkan kakinya disana saja rasanya ia tidak sudi.

"Kita sampai, ayo by!"

Nalendra turun dan membukakan gadisnya pintu mobil, lalu mengulurkan tangannya pada Leana. Namun gadis itu bergeming, matanya melirik sekitar dengan teliti. Ramai sekali pengawal disini, dan itu menyulitkannya untuk kabur.

Leana melirik sekitar lalu menatap uluran tangan Nalendra, lelaki itu tersenyum lalu berkata, "Jangan sok pintar by, aku tau apa yang kau pikirkan sekarang!" ujarnya lalu menarik paksa Leana untuk keluar dari mobil. Gadis itu tidak menanggapinya dan mengikuti langkah besar lelaki itu dengan kaki yang bergetar.

Kenapa semuanya harus ia lakukan secara terpaksa, tidak adakah yang ingin mengetahui apa yang ia inginkan sebenarnya?

"Cepat! Atau aku yang akan menyeretmu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status