Ghalib tersenyum menyeringai mendengar gertakan Lisa. Sedangkan Lisa terlihat kesal melihat reaksinya.
“Membalas kami katamu?” ulang Ghalib.
Lisa hanya diam, tidak menjawab. Dari awal bertemu sikap Ghalib yang superior membuat Lisa ketakutan bahkan ketika dalam situasi seperti ini pun, masih ada rasa takut itu. Hanya saja Lisa berusaha menyembunyikannya dengan baik.
“Kamu bukan apa-apa, Lisa. Kamu tidak punya kuasa. Jangan bermimpi kamu semudah itu menjadi bagian dari keluarga ini.”
Mata Lisa meruncing dan terlihat marah. Pertemuan pertamanya dengan Ghalib sudah menimbulkan kesan tak suka dan kini dia malah akan sering berinteraksi dengannya.
“Sampai kapan pun anak pelakor adalah pelakor. Tidak punya status sah dan resmi dalam sebuah pernikahan. Jadi, jangan berharap kamu bisa membalasku apalagi Lea.”
“Kalian itu hanya maling. Pertama maling suami orang, kemudian maling status lalu mau maling apa lag
“Tuan, ada Tuan Fandi ingin bertemu,” ucap Pak Jonas sore itu.Ghalib hanya diam sambil melirik asistennya sekilas. Ia sudah menduga ayahnya akan menemuinya lagi usai ulahnya tadi ke Lisa. Melihat tidak ada jawaban dari Ghalib, Pak Jonas kembali bersuara.“Tuan … .”Ghalib menghela napas panjang, mengangkat kepala sambil melihat Pak Jonas.“Suruh dia masuk!!”Pak Jonas mengangguk kemudian tak lama pria paruh baya itu sudah keluar dari ruangan Ghalib. Setelahnya terlihat Tuan Fandi yang masuk ke dalam ruangan.Ghalib masih menunduk dan terlihat sibuk dengan berkas di tangannya. Namun, meski demikian ia mendengar langkah kaki yang semakin mendekat menghampirinya.“Apa pelakor itu yang memintamu ke sini?” sapa Ghalib.Tuan Fandi terdiam, menghela napas dengan jakun yang naik turun.“Apa kamu bisa menghilangkan julukannya, Ghalib? Dia adikmu.”Ghalib mendengkus, mendongak menatap Tuan Fandi dengan tajam.“Dia anakmu, bukan anak ibuku. Jadi dia bukan adikku. Jangan paksa aku!!!”Tuan Fandi
“LISA!!!??”Lea sangat terkejut saat melihat Lisa ada di sini. Penampilannya sudah berubah, bahkan Lea melihat perut Lisa sudah rata. Apa dia sudah melahirkan?“Kamu pasti terkejut melihatku di sini, bukan?”Seolah tahu dengan tanya di benak Lea, Lisa kembali bersuara. Lea hanya diam tidak berkomentar, tapi dia melihat reaksi berbeda yang ditunjukkan pria tampan di sampingnya.Lisa tersenyum miring sambil melihat Ghalib dengan sudut matanya.“Ghalib, kenapa kamu tidak jelaskan padanya tentang status kita?”Lea semakin terkejut dan menoleh ke Ghalib seakan meminta penjelasan. Ghalib hanya menyeringai sambil membalas tatapan Lisa.“Mau menjelaskan apa?”“Katakan saja jika kita adik kakak!!!”Sontak Lea terperangah saat mendengar ucapan Lisa. Sementara Ghalib hanya tertawa mendengar ucapan Lisa.“Adik kakak dari mana? Ayahku sudah mati dan bajingan itu
Ghalib tersenyum menyeringai mendengar gertakan Lisa. Sedangkan Lisa terlihat kesal melihat reaksinya.“Membalas kami katamu?” ulang Ghalib.Lisa hanya diam, tidak menjawab. Dari awal bertemu sikap Ghalib yang superior membuat Lisa ketakutan bahkan ketika dalam situasi seperti ini pun, masih ada rasa takut itu. Hanya saja Lisa berusaha menyembunyikannya dengan baik.“Kamu bukan apa-apa, Lisa. Kamu tidak punya kuasa. Jangan bermimpi kamu semudah itu menjadi bagian dari keluarga ini.”Mata Lisa meruncing dan terlihat marah. Pertemuan pertamanya dengan Ghalib sudah menimbulkan kesan tak suka dan kini dia malah akan sering berinteraksi dengannya.“Sampai kapan pun anak pelakor adalah pelakor. Tidak punya status sah dan resmi dalam sebuah pernikahan. Jadi, jangan berharap kamu bisa membalasku apalagi Lea.”“Kalian itu hanya maling. Pertama maling suami orang, kemudian maling status lalu mau maling apa lag
“APA!!!”Ghalib langsung berdiri dari kursinya dan menatap Lisa dengan tak percaya. Meski penampilan Lisa telah berubah, tapi wajah licik itu masih melekat di ingatan Ghalib. Bukannya dia bersama keluarga Kenan, kenapa tiba-tiba ada di sini dan menjadi adik tirinya?“Selamat siang, Nek. Selamat siang, Ghalib.” Lisa menyapa dengan senyum manisnya.“Permainan licik apa lagi yang kamu mainkan, Pelakor? Hingga masuk ke keluargaku?” sergah Ghalib.Semua yang hadir di sana tampak terkejut mendengar kalimat Ghalib. Nyonya Emilia kebingungan sambil menoleh ke Tuan Fandi seolah meminta penjelasan. Tentu saja melihat reaksi putra dan ibunya membuat Tuan Fandi mengambil sikap.“Ghalib!! Jaga sopan santunmu. Ayah tahu Ayah pernah melakukan kesalahan, tapi bagaimanapun Lisa adalah adikmu.”Ghalib mendengkus kesal, menatap tajam ke arah Tuan Fandi. Lalu tanpa berkata apa-apa meninggalkan ruang makan itu. Nyonya Emilia terkejut dan memanggilnya.“Gh
“Tidak. Ini sudah jam pulang kantor. Kalau ingin menemui saya, buat janji dulu dengan asisten saya,” ketus Ghalib.Tuan Fandi terdiam, menganggukkan kepala sambil menatap Ghalib penuh kerinduan. Ghalib memalingkan wajah dan bersiap pergi. Namun, Tuan Fandi keburu mengejarnya.“GHALIB!!! Ayah hanya ingin bicara sebentar.”Ghalib menghentikan langkah, tapi dia tidak menoleh sedikit pun ke Tuan Fandi.“Maaf, Tuan. Ayah saya sudah meninggal. Mungkin Anda salah orang. Untuk keperluan yang lain, besok pagi saja.”Tuan Fandi membisu, mengerat bibirnya sambil menatap Ghalib dengan mata berkaca. Ini semua memang salahnya, tapi dia tidak menduga Ghalib akan menganggapnya sudah tiada. Tanpa menunggu jawaban dari Tuan Fandi, Ghalib sudah berlalu pergi meninggalkan kantor.Dari jauh, Pak Jonas hanya diam memperhatikan. Pria paruh baya itu sudah bekerja cukup lama dengan keluarga Ghalib. Ia tahu bagaimana hancurnya Ghal
“Lakukan apa saja asal dia selamat,” imbuh pria itu.Dua perawat itu mengangguk kemudian berlalu pergi meninggalkan pria tak dikenal itu. Ghea yang ada di sana hanya diam sambil sesekali melirik pria tersebut.Siapa sejatinya pria ini? Kenapa dia sangat peduli dengan Lisa? Apa dia kerabat dekat Lisa? Namun, kenapa wajahnya tidak asing di ingatan Ghea.Karena harus melanjutkan pekerjaan, akhirnya Ghea berlalu pergi meninggalkan pria itu. Sementara itu, pria yang tak lain Tuan Fandi tampak sedang melakukan sebuah panggilan.“Siapkan semuanya. Aku akan bawa putriku menemui neneknya!!”Malam telah bergayut saat Lisa membuka mata. Wajahnya sangat lesu dan tampak lemah. Bibirnya pucat dengan banyak keringat yang bercokol di keningnya. Tubuhnya yang kurus sangat sinkron dengan keadaaannya sekarang.Perlahan Lisa melihat perutnya. Perutnya sudah rata dan Lisa yakin, bayinya sudah tidak bisa diselamatkan. Nyonya Eliana dan ora